Rabu, 31 Oktober 2018
Makalah Psikologi Sosial: Hubungan dan Daya Tarik Interpersonal
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interaksi Sosial
2.2 Faktor – Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial
2.3 Situasi Sosial
2.4 Kenyataan Sosial
2.5 Daya Tarik Interpersonal
2.6 Kemampuan Hubungan Interpersonal
2.7 Teori – Teori Tentang Hubungan Sosial
2.8 Kesulitan – Kesulitan dalam Hubungan Sosial
2.9 Cinta,Kepuasan dan Komitmen,Konflik,Mengakhiri Hubungan
BAB III : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interaksi sosial dapat terjadi karena manusia selalu melakukan hubungan dan memberikan pengaruh timbal balik kepada manusia lainnya.Hal itu dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mempertahankan kehidupannya.Interaksi sosial mempunyai pengertian suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik (Bimo Walgito,1990).nteraksi sosial sebagai hubungan antar orang per orang atau dengan kelompok manusia (Soekanto,1997).Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, di mana kelaküan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Social Psychology oleh H.Bonner).Dengan demikian, dengan interaksi sosial akan memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan didalam masyarakat yang akan membentuk hal-hal yang baru yang membuat dinamika masyarakat menjadi hidup. Perubahan-perubahan ini akan terjadi sambung-menyambung dari generasi yang satu ke generasi berikutnya sepanjang zaman.
Daya tarik interpesonal Menurut Pearson (1983),manusia adalah makhluk sosial.Artinya,sebagai makhluk sosial,kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri,kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain,mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain,membentuk interaksi,serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut.Kita melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain,Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih,yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsiten.Ketika akan menjalin hubungan interpersonal,akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
Baron dan Byrne (2006) menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah penilaian sesorang terhadap sikap orang lain,di mana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi,dari strong liking sampai dengan strong dislike.Jadi,ketika kita berkenalan dengan orang lain,kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut;apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman kita atau orang tersebut ternyata kurang sesuai,sehingga kita lebih memilih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali.Konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan interpersonal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik (Bimo Walgito,1990).Sementara Soekanto (1997) mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan antar orang per orang atau dengan kelompok manusia.
Tegasnya individu memerlukan hubungan dengan lingkungannya; tanpa hubungan ini individu bukanlah individu lagi. Dalam hal ini sarjana psikologi Woodworth menambahkan bahwa hubungan manusia dengan lingkungan meliputi pengertian :
· Individu dapat bertentangan dengan lingkungan
· Individu dapat menggunakan lingkungan
· Individu dapat berpartisipasi (ikut-serta) dengan lingkungan
· Individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
kehidupan manusia dalam masyarakat mempunyai 2 macam fungsi yaitu berfungsi sebagai obyek dan sebagai subyek.Demikian juga manusia lain (milieu), juga berfungsi sebagai subyek dan obyek. Itulah sebabnya maka H. Bonner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial sebagai berikut :
"Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, di mana kelaküan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya".
Hal ini sebenarnya merupakan keuntungan yang besar bagi manusia, sebab dengan adanya dua macam fungsi yang dimiliki itu timbullah kemajuan-kemajuan dalam hidup bemasyarakat. Jika manusia ini hanya sebagai obyek semata-mata maka hidupnya tidak mungkin lebih tinggi daripada kehidupan benda-benda mati, sehingga kehidupan manusia tidak mungkin timbul kemajuan.
Sebaliknya andaikata manusia ini hanya sebagai subyek semata-mata, maka ia tak mungkin bisa hidup bemasyarakat (tak bisa dengan manusia lain) sebab pergaulan baru bisa terjadi apabila ada give and take dari masing-masing anggota masyarakat itu. Jadi jelas bahwa hidup individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan dan selalu berinteraksi antara yang satu dengan yang Iain.
Interkasi manusia tak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,yaitu (1) adanya kontak sosial,dan (2) adanya komunikasi.Kontak sosial dapat terjadi antara individu dengan individu,antara individu dengan kelompok,dan antara kelompok dengan kelompok.Kontak sosial juga dapat terjadi secara primer yaitu kontak yang dilakukan secara langsung atau face to face dan sekunder jika hubungan itu melalui perantara orang atau media lainnya.Sementara komunikasi baik verbal maupun nonverbal merupakan saluran untuk menyampaikan perasaan ataupun ide/pikiran dan sekaligus sebagai media untuk dapat menafsirkan atau memahami pikiran atau perasaan orang lain.
Menurut Soekanto (1997) ada empat pola interaksi sosial,yaitu :
1) kerjasama (cooperation)
2) persaingan (competititon)
3) pertentangan (conflict)
4) akomodasi (accomodation)
Menurut Gillin & Gillin (dalam Soekanto,1997) ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial,yaitu proses asosiatif dan proses diasosiatif.Proses asosaiatif terdiri dari akomodasi,asimiliasi,dan akulturasi,sedangkan proses diasosiatif meliputi persaingan dan pertentangan atau pertikaian yang mencangkup kontroversi dan konflik.
B. Faktor-Faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial
Bentuk dasar berlangsungnya interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor.,baik itu secara tunggal maupun bergabung,faktor – faktor tersebut adalah :
a) Faktor Imitasi
Gabriel Tarde menyatakan bahwa seluruh kehidupan sosial manusia didasari oleh faktor-faktor imitasi. Walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik.
Dalam lapangan pendidikan dan perkembangan keribadian individu, imitasi mempunyai peranan yang sangat penting karena dengan mengikuti suatu contoh yang baik akan merangsang seseorang untuk melakukan perilaku yang baik pula. Apabila seseorang telah dididik untuk mengikuti suatu tradisi tertentu yang melingkupi segala situasi sosial maka orang tersebut akan memiliki suatu kerangka tingkah laku dan sikap moral yang dapat menjadi pokok pangkal guna memperluas perkembangan perilaku yang positif (Gerungan, 1996).
Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti digambarkan di atas juga mempunyai segi-segi yang negatif, yaitu :
· mungkin yang diimitasi itu salah, sehingga menimbulkan kesalahan kolektif yang meliputi jumlah manusia yang besar.
· kadang-kadang orang yang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, sehingga dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritisi
Adapun syarat-syarat terjadinya imitasi adalah sebagai berikut:
· Terdapatnya minat, perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu yang ingin diimitasi
· Adanya sikap yang menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang hendak diimitasi
· Individu yang melakukan imitasi suatu pandangan atau tingkah laku, bisanya karena hal tersebut mempunyai penghargaan sosial yang tinggi
b) Faktor Sugesti
Sugesti disini meiliki artian hampir sama dengan imitasi,yang dimaksud dengan sugesti disini adahal pengaruh psikis,yang yang datang dari dirinya sendiri ataupun dari luar.
Psikologi sugesti dibedakan menjadi dua,yaitu :
· auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri.
· hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Terdapat beberapa keadaan yang mempermudah terjadinya sugesti dapat diterima oleh individu lain:
a. Sugesti karena hambatan berpikir
Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa individu yang dikenai mengambil alih pandangan-pandangan dari individu lain tanpa memberikan pertimbangan kritis terlebih dahulu (tanpa disertai proses evaluasi informasi). Sugesti akan lebih mudah terjadi apabila individu yang dikenai berada dalam kondisi yang lelah karena dalam kondisi lelah kemampuan berpikir kritis individu menjadi terhambat.
b. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah
Sugesti akan lebih mudah terjadi apabila individu yang dikenai berada dalam kondisi berpikir yang terpecah, misalnya sedang mengalami konflik. Dalam kondisi yang sedang kebingungan untuk menentukan pilihan terhadap sesuatu hal, apakha akan mudah bagi individu tersebut untuk dipengaruhi.
c. Sugesti karena otoritas
Individu cenderung akan dengan mudah menerima pandangan atau sikap tertentu dari individu lain yang dianggap ahli pada bidangnya. Misalnya pejabat, ilmuwan atau individu-individu yang memiliki prestise social yang tinggi akan lebih mudah memberikan pengaruhnya kepada orang lain.
d. Sugesti karena mayoritas
Pada umumnya individu akan lebih mudah untuk menerima pendapat atau pandangan yang didukung oleh mayoritas kelompok atau anggota masyarakat.
e. Sugesti karena will-to-believe
Diterimanya suatu pandangan atau pendapat yang diberikan oleh Individu lain karena individu yang bersangkutan telah memiliki pendapat yang sama sebelumnya. Dengan demikian individu tersebut akan lebih mudah dan dengan sadar bersedia untuk menerima pandangan karena telah meyakini padangan yang dirimanya itu sebelumnya.
c) Faktor Indentifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang Iain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah (Ahmadi, 1990). Proses identifikasi pertama-tama berlangsung secar tidak sadar,dan selanjutnya irrasional. Identifikasi memungkinkan terjadinya pengaruh yang lebih mendalam daripada proses imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya identifikasi diawali oleh adanya imitasi maupun sugesti.
d) Faktor Simpati
Simpati merupakan suatu bentuk interaksi yang melibatkan adanya ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Simpati timbul tidak berdasarkan pada pertimbangan yang logis dan rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Soekanto (1990) menyampaikan bahwa dorongan utama pada simpati adalah adanya keinginan untuk memahami pihak lain dan bekerja sama.
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain. Seperti pada proses identifikasi, proses simpati pun kadang-kadang berjalan tidak atas dasar logis rasionil, melainkan berdasarkan penilaian perasaan.
Adam Smith membedakan 2 bentuk dasar dari simpati :
o Simpati yang menimbulkan respon secara cepat (hampir refleks)
o Simpati yang sifatnya lebih intelektuil, artinya seseorang dapat bersimpati pada orang lain sekalipun dia tidak dapat merasakan apa yang dia rasakan.
Herbert Spencer (1870) mengemukakan 2 bentuk simpati :
o Perspectively presentative yang cepat seperti refleks).
o Representative (yang sadar refleksife).
Theodore Ribot membagi simpati menjadi 3 :
o Tipe primitif atau otomatis, yang dapat diterangkan, dengan respon bersyarat.
o Refleksif, yang mana seseorang sadar dalam dirinya terhadap keadaan jiwanya. la tahu, bahwa ia merasa apa yang dirasakan orang lain, biarpun ia sendiri tidak mengalaminya.
o Tipe yang intelektuil, yaitu rasa setia, rasa toleran dan philantropi : bentuk ini tidak diarahkan pada orang tertentu, tetapi mempunyai corak-corak yang lebih umum dan abstrak.
C. Situasi Sosial
Situasi sosial adalah suatu kondisi tertentu di mana berlangsung hubungan antara individu yang satu dengan yang lain atau terjadi saling hubungan antara 2 (dua) individu atau lebih. Situasi sosial ini dibedakan atas :
1. togetherness situation atau situasi kebersamaan yaitu suatu situasi di mana sejumlah individu berkumpul.
2. group situation disebut juga situasi kelompok atau kelompok sosial.
Seorang individu akan selalu berada pada situasi sosial,karena perannya menjadi perangsang tingkah laku individu,oleh Sherif and Sherif situasi tersebut disebut Social stimulus situation.
Situasi perangsang sosial digolongkan menjadi dua kelompok besar :
1. Orang lain,yang dapat berupa :
1) Individu – individu lain sebagai perangsang.
2) Kelompok sebagai situasi perangsang,dibedakan menjadi dua :
a) Hubungan intragrup
b) Hubungan intergrup
2. Hasil kebudayaan :
1) Kebudayaan materi (materiil cultural)
2) Kebudayaan non materi ((non material culture)
(sherif and sherif 1956)
D. Kenyataan Sosial
Disini kita akan memahami tentang bagaimana individu mereaksikan diri terhadap lingkungannya.lingkungan dalam hal ini bisa diartikan sebagai lingkungan fisik, (alam atau benda yang kongkret),maupun lingkungan psikis (jiwa orang orang dalam lingkungannya),dan juga lingkungan rohaniah (keyakinan,ide,filsafat).
Kenyataan sosial akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda.individu akan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.ia menyesuaikan diri dengan lingkungan itu tapi kerap kali dengan tekanan terhadap satu atau dua segi dari lingkungannya tersebut.
Menyesuaikan diri memiliki artian yang luas,seperti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan,tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri.Penyesuain diri bisa bersifat “aktif (autoplastis)” dimana individu adalah yang berperan mempengaruhi lingkungan,ataupun juga “pasif (aloplastis)” dimana kegiatan individu ditentukan oleh lingkungan.
E. Daya Tarik Interpersonal
Menurut Pearson (1983),manusia adalah makhluk sosial.Artinya,sebagai makhluk sosial,kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri,kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain,mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain,membentuk interaksi,serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut.Kita melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain,Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih,yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsiten.Ketika akan menjalin hubungan interpersonal,akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
Baron dan Byrne (2006) menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah penilaian sesorang terhadap sikap orang lain,di mana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi,dari strong liking sampai dengan strong dislike.Jadi,ketika kita berkenalan dengan orang lain,kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut;apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman kita atau orang tersebut ternyata kurang sesuai,sehingga kita lebih memilih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali.Konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan interpersonal.
Lebih tandas, menurut Argyle (1994) ada beberapa strategi dalam menciptakan teman, memperoleh teman baru dan mempertahankan hubungan lebih lanjut utamanya dalam ketrampilan verbal yang meliputi:
a. Memberi pujian atau penghargaan untuk meningkatkan perasaan senang bagi partner interaksi.
b. Berbicara hal-hal atau kejadian-kejadian yang menyenangkan untuk mempertahankan topik pembicaraan yang menyenangkan.
c. Menyetujui, karena tujuan pembicaraan adalah tidak untuk menyelesaikan masalah, tetapi menjaga agar hubungan tetap berlanjut, sehingga jika memungkinkan seseorang harus menyetujui dengan apa yang dikatakan lawan bicaranya.
d. Menyebut nama lebih disukai nama pertama.
e. Memberikan atau menawarkan pertolongan atau bantuan dalam bentuk informasi, simpati atau bantuan secara praktis.
f. Humor karena ini akan membuat pertemuan menjadi lebih menyenangkan dan menjadi tanda sikap positif terhadap orang lain. Humor bisa memecahkan hambatan-hambatan sosial, mengurangi ketegangan, meningkatkan kesenangan dan mengakibatkan perasaan dan sikap yang terbagi (dialami bersama),misalnya yang tertuju pada obyek humor.
Selain yang disebutkan di atas, ada beberapa ketrampilan verbal lainnya yang dianggap penting untuk mengembangkan hubungan lebih lanjut:
1. Pencarian kesamaan yaitu menemukan segala sesuatu yang dapat dibagi dengan orang lain, khususnya minat,pendapat dan teman-teman
2. Pertanyaan-pertanyaan pribadi yang dapat membimbing pada hubungan menjadi lebih intim.
3. Self disclosure (pengungkapan diri) yang menandakan rasa percaya pada partner interaksi dan ini adalah penting untuk tingkat hubungan yang lebih dekat/intim.Seharusnya penyingkapan/pengungkapan diri melalui proses yang pelan-pelan dan timbal balik dan terutama menyangkut topik-topik yang sifatnya lebih pribadi daripada deskriptif/faktual atau impersonal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu ketertarikan interpersonal:
a. Faktor internal (Baron dan Bryne,2008)
Faktor internal yaitu faktor yang muncul dari dalam diri kita sendiri.Meliputi dua hal yaitu kebutuhan untuk berinteraksi (need for affilation) dan pengaruh perasaan.Interaksi dengan orang lain dapat terjadi dimana saja misalnya di rumah, sekolah,kantor pos,kantin,dan lain-lain.Namun untuk saling berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita berbeda-beda satu sama lain.
· Kebutuhan untuk berinteraksi (Need for affiliation)
Menurut McClelland,kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan dimana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan,bergabung dalam kelompok,berpartisipasi dalam kegiatan,menikmati aktivitas bersama keluarga atau teman,menunjukkan perilaku saling bekerja sama,saling mendukung,dan konformitas.Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi,berusaha mencapai kepuasan terhadap kebutuhan ini,agar disukai,diterima oleh orang lain,serta mereka cenderung untuk memilih bekerja sama orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompkan kelompok.
· Pengaruh perasaan
Jika kita membuat orang lain senang saat kita bertemu dengannya,maka interaksi akan lebih mudah terjalin.Sebaliknya jika kita bertemu orang tersebut dan kita membuat perasaaannya negatif (kesal,marah),orang tersebut akan lebih sulit untuk berinteraksi dengan kita.Penelitian Byrne,dkk (1975) dan Fraley & Aron (dalam Baron,Bryne,2006) menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi sosial,humor digunakan secara umum untuk mencairkan suasana dan memfasilitasi interaksi pertemanan.Humor yang menghasilkan tawa membuat kita lebih mudah berinteraksi,sekalipun dengan orang yang belum dikenal.Dalam kalimat “tertawa itu sehat” dapat diartikan dengan kita tertawa,perasaan kita akan senang,sehingga kita dapat berfikir lebih sehat dan berperilaku dengan baik.Jadi,kita dapat berinteraksi dengan orang lain pada saat kondisi perasaan kita positif.Hal ini terjadi pada saat kita seneng kita lebih terbuka untuk melakukan komunikasi.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi dimulainya suatu hubungan interpersonal adalah kedekatan proximity dan daya tarik fisik.Baron dan byrne (2008) menjelaskan bahwa kedekatan secara fisik antara dua orang yang tiggal dalam satu lingkungan yang sama seperti di kantor dan di kelas menunjukkan bahwa semakin dekat jarak geografis antara mereka maka semakin besar pula kemungkinan dua orang tersebut untuk bertemu.Selanjutnya,penemuan itu menghasilkan penilaian postif satu sama lain dan menimbulkan ketertarikan
· Daya tarik fisik
Sebuah penelitian mengenai daya tarik fisik menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik penampilan ketenangan,mudah bergaul,mandiri,dominan, dan maskulin (untuk laki-laki) dan feminim (untuk perempuan) daripada orang yang tidak menarik (Dion & Dion,1991 ; Hatfield & Sprecher,1986a dalam Baron Byrne,2008).Jadi kita cenderung untuk memilih berinteraksi dengan orang yang menarik dibandingkan dengan orang yang kurang menarik karena orang yang menarik memiliki karakteristik lebih positif.
Salah satu alasan daya tarik fisik sangat penting karena sebagaimana ras dan jenis kelamin,penampilan fisik adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah didapat.Jika informasi karakteristik personal lain seperti integelensi atau kebaikan hati tidak cepat tersedia dan kurang menonjol.Demikian juga kecantikan bagi pasangan dapat meningkatkan harga diri (radiating beuatu effect).Meskipun penampilan fisik dapat berakibat negatif,artinya sesorang yang dikelilingi orang cantik nampak menjadi kurang menarik karena adanya proses perbandingan.Hal ini disebabkan adanya “contrast effect”
c. Faktor interaksi
Pada faktor interaksi terdapat 2 hal,yaitu persamaan-perbedaan (similarity-dissimilarity) dan reciporal liking.
· Persamaan-perbedaan
Ketika kita menyukai sesorang yang memiliki opini yang berbeda dengan kita,kita mengasumsikan orang tersebut menyukai kita apa adanya dan bukan karena opini kita.Keuntungan yang kita peroleh dari berinteraksi dengan orang yang mempunyai sikap berbeda adalah kita lebih dapat belajar hal yang baru dan bernilai darinya. (Kruglanski & Mayseless,1987,dalam Pines,1999)
· Reciponal Liking
Faktor Lain yang juga memengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita.Secara umum,menyukai orang yang juga menyukai kita dan tidak menyukai orang yang juga tidak menyukai kita.Dengan kata lain,kita memberikan kembali (recipcrocate) perasaan yang diberikan orang lain kepada kita (Dwyer,2000) la juga menambahkan pada dasarnya ketika kita disukai orang lain hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga diri),membuat kita merasa bernilai dan akhirnya mendapatkan Positive reinforcement.
F. Kemampuan Hubungan Interpersonal
Untuk mempertahankan hubungan dalam jangka waktu lama diperlukan kemampuan kompetensi untuk menjalin hubungan interpersonal.Menurut Buhrmeister,dkk. (1988) terdapat lima domain kompetensi interpersonal,yaitu:
a. Initiative : untuk memulai suatu bentuk interaksi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Dengan demikian,pengertian inisiatif selalu diarahkan baik kepada penciptaan suatu hubungan antar pribadi yang baru dengan seseorang yang belum atau baru dikenal maupun tindakan-tindakan yang dapat membantu mempertahankan hubungan yang telah dibina
b. Negative Asseration : kemampuan untuk mempertahankan diri dari tuduhan yang tidak benar atau tidak adil, kemampuan untuk mengatakan tidak terhadap permintaan-permintaan yang tidak masuk akal, dan kemampuan untuk meminta pertolongan atau bantuan saat diperlukan.
c. Disclosure : pengungkapan bagian dalam diri (innerself) antara lain berupa pengungkapan ide-ide, pendapat, minat, pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaannya kepada orang lain. Dengan hanya menyimpan ide-ide yang kita miliki maka akan membuat suatu hubungan menjadi tidak berkembang. Pada saat pengungkapan diri individu untuk sementara waktu merendahkan pertahanannya (defens) dan memberikan gambaran tentang diri yang sebenarnya. Self-disclosure dapat mengubah suatu perkenalan yang tidak mendalam menjadi suatu hubungan yang lebih serius dan diperolehnya teman baru, utamanya pengungkapan diri yang sifatnya hal-hal pribadi/evaluatif.
d. Emotional Support: ekspresi perasaan yang memperlihatkan adanya perhatian, simpati dan penghargaan terhadap orang lain. Emotional support juga mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberikan perasaan nyaman kepada orang lain yang sedang dalam kondisi tertekan dan bermasalah. Kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampuan untuk memberikan afeksi dan empati.
e. Conflict Management: cara atau strategi untuk menyeiesaikan adanya pertentangan dengan orang lain yang mungkin terjadi saat melakukan hubungan interpersonal. Walaupun konflik dapat merusak hubungan sosial tetapi ada cara-cara yang dapat dapat digunakan untuk mengendalikan hal-hal tersebut.Konflik dapat disalurkan dan dibangun secara konstruktif sehingga meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi. Teknik-teknik pengendalian dan kemampuan verbal individu dapat digunakan sebagai media untuk menangani konflik dan mengarahkannya menuju akhir yang konstruktif.
Lebih tandas, menurut Argyle (1994) ada beberapa strategi dalam menciptakan teman,
memperoleh teman baru dan mempertahankan hubungan lebih lanjut utamanya dalam ketrampilan verbal yang meliputi:
a. Memberi pujian atau penghargaan untuk meningkatkan perasaan senang bagi partner interaksi.
b. Berbicara hal-hal atau kejadian-kejadian yang menyenangkan untuk mempertahankan topik pembicaraan yang menyenangkan.
c. Menyetujui, karena tujuan pembicaraan adalah tidak untuk menyelesaikan masalah, tetapi menjaga agar hubungan tetap berlanjut, sehingga jika memungkinkan seseorang harus menyetujui dengan apa yang dikatakan lawan bicaranya.
d. Menyebut nama lebih disukai nama pertama.
e. Memberikan atau menawarkan pertolongan atau bantuan dalam bentuk informasi, simpati atau bantuan secara praktis.
f. Humor karena ini akan membuat pertemuan menjadi lebih menyenangkan dan menjadi tanda sikap positif terhadap orang lain. Humor bisa memecahkan hambatan-hambatan sosial, mengurangi ketegangan, meningkatkan kesenangan dan mengakibatkan perasaan dan sikap yang terbagi (dialami bersama),misalnya yang tertuju pada obyek humor.
Selain yang disebutkan di atas, ada beberapa ketrampilan verbal lainnya yang dianggap penting untuk mengembangkan hubungan lebih lanjut:
1. Pencarian kesamaan yaitu menemukan segala sesuatu yang dapat dibagi dengan orang lain, khususnya minat,pendapat dan teman-teman
2. Pertanyaan-pertanyaan pribadi yang dapat membimbing pada hubungan menjadi lebih intim.
3. Self disclosure (pengungkapan diri) yang menandakan rasa percaya pada partner interaksi dan ini adalah penting untuk tingkat hubungan yang lebih dekat/intim.Seharusnya penyingkapan/pengungkapan diri melalui proses yang pelan-pelan dan timbal balik dan terutama menyangkut topik-topik yang sifatnya lebih pribadi daripada deskriptif/faktual atau impersonal.
G. Teori-Teori tentang Hubungan Sosial
1. Reinforcement-Affect Theory
Barangkali penjelasan paling dasar terjadinya daya tarik interpersonal sehingga terbentuklah suatu hubungan adalah berasal dari reinforcement (penguatan), yaitu bahwa kita cenderung menvukai orang yang memberikan ganjaran atau pengukuh positif pada kita dan tidak menyukai orang yang memberikan pengukuh negatif pada kita.
Sebagaimana dirumuskan oleh Byrne dan Clore (1974), daya tarik interpersonal dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses belajar. Model ini mengasumsikan bahwa stimuli dapat diklasifikasikan sebagai (imbalan) dan punishment (hukuman). Dimana rewarding stimuli menimbulan afek positif, sedang punishing stimuli menimbulkan afek negatif. Evaluasi kita tentang orang atau obyek didasarkan pada derajat afek positif atau negatif yang kita alami dan stimulus netral diasosiasikan dengan afek iłu sehingga akan menghasilkan afek yang sama. Dengan demikian kita menjadi suka pada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik dan tidak suka pada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk.
2. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Teori ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang pada kita. Kita menyukai seseorang bila kita mempersepsi bahwa interaksi kita dengan orang itu bersifat menguntungkan yaitu bila ganjaran yang kita peroleh dari hubungan iłu lebih besar daripada kerugiannya. Dałam penilaian iłu, kita juga akan mengadakan perbandingan, menilai keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibanding keuntungan yang kita peroleh dari orang lain.
Menurut perspektif teori ini, ganjaran memiliki 6 bentuk dasar yaitu cinta, uang, status, informasi, barang, dan jasa. Keenam bentuk iłu diklasifikasikan menjadi dua dimensi yaitu partikularisme dan nonpartikular (Sears, dkk., 1999). Dałam dimensi partikularisme termasuk bentuk-bentuk ganjaran Yang nilainya bergantung pada Pemberi. Nilai cinta dengan bentuk-bentuk ungkapannya sangat tergantung kepada siapa kita memberi.Sebaliknya uang dipandang bermanfaat tanpa mempedulikan siapa pemberinya;uang merupakan ganjaran yang bersifat nonpartikular atau universal.
3. Teori Keadilan (Equity Theory)
Sebenarnya teori ini merupakan turutan dari teori pertukaran social. Sebab pada prinsipnya teori ini juga berpendapat bahwa pola hubungan manusia melibatkan proses tukar-menukar, dimana supaya pertukaran itu bisa menumbuhkan keharmonisan dan perasaan senang atau kepuasan maka harus dilandasi prinsip keadilan.
Teori ini juga mengasumsikan bahwa dalam pertukaran itu kita menuruti strategi minimal (minimax strategy), yaitu berusaha unttlk meminimalkan pengeluaran (cost) dan memaksimalkan ganjaran (reward).Dengan demikian, orang cenderung untuk tetap meneruskan hubungan yang dipersepsi memberi ganjaran dan menjauhi hubungan yang dipersepsi terlalu besar pengeluarannya.
Beberapa asumsi teori keadilan:
1. Manusia berusaha memaksimalkan hasil yang mungkin mereka peroleh dalam suatu hubungan
2. Apabila individu berada dalam situasi yang dirasa tidak adil (inequity),maka ia akan mengalami tekanan emosional,dan hal ini menuntut dicapainya situasi yang dirasa adil (equity)
3. Semakin besar situasi (inequity),maka semakin besar pula drive atau motivasi untuk memulihkan ke situasi equity.
4. Masyarakat (kelompok) berusaha untuk memaksa orang lain berbuat sesuai dengan prinsip equity.Orang yang tidak berbuat sesuai dengan prinsip equity akan mendapatkan hukuman,sedangkan orang yang berbuat sesuai equity mendapatkan ganjaran.
H. Kesulitan-Kesulitan dalam Hubungan Sosial
1. Kecemasan sosial (social anxiety)
Kecemasan social adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran orang-orang Iain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan/kekuatan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial.
Kecemasan sendiri merupakan suatu respon yang beragam terhadap situasi-situasi yang mengancam, yang Pada umumnya berwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan syaraf fisiologis, dan suatu pengalaman subyektif dari ketegangan atau kegugupan Individu-individu yang pemalu dan cemas secara social cenderung untuk menolak orang Iain, barangkali karena mereka ketakutan ditolak diri mereka sendiri. Mereka juga menarik diri dan tak efektif dalam interaksi sosial, barangkali karena mereka mempersepsi reaksi negatif bahkan ketika tak ada seorangpun yang hadir. Sehingga tak mengherankan, orang-orang Iain pada umumnya bereaksi secara negatif dalam berinteraksi dengan individu-individu yang cemas secara sosial.
Sebenarnya setiap orang pernah mengalami kecemasan sosial sekalipun hanya kadang-kadang. Ketika mengalami hal ini biasanya mereka tidak hanya mengalami ketegangan yang subyektif (subjective tcnsion) tetapi berperilaku (overt behavior) dalam cara-cara yang mengganggu interaksi sosial. Ketika gugup (nervous), orang mungkin menunjukkan secara terbuka indikasi-indikasi dari inner arousal mereka (misalnya gemetar, gelisah), menghindari orang Iain, dan gangguan pada perilaku-perilaku Iain yang terus-menerus (misalnya tidak lancer berbicara, kesulitan konsentrasi). Sehingga berakibat, kecemasan adalah suatu kekurangan dalam hubungan sosial, karena orang yang gugup (nervous) dan terhambat mungkin menjadi kurang efektif secara sosial Perasaan tidak nyaman dalam hubungan sosial dapat timbul dari berbagai sumber. Kemungkinan ini merupakan suatu reaksi yang dipelajari untuk menghadapi hubungan sosial yang tak menyenangkan, bisa karena masalah-masalah di masa lampau yang mendukung pada kecemasan sosial di masa selanjutnya. Kecemasan hubungan sosial mungkin juga berhubungan dengan keyakinan bahwa mereka merasa kurang memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk keberhasilan dalam menjalin hubungan sosial. Meskipun sebenarnya ia memiliki kemampuan itu, tetapi keyakinannya ia kurang.
2. Kesepian
Kesepian adalah perasaan kurang memiliki hubungan sosial yang diakibatkan ketidakpuasan dengan hubungan sosial yang ada (Brehm & Kassin, 1993). Kesepian juga berarti suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang Iain (Bruno, 2000). Menurut Robert Weiss (dalam Brehm & kassin, 1993) ada dua jenis kesepian, yaitu (1) isolasi sosial, yaitu seseorang yang menginginkan hubungan sosial tetapi tidak memiliki jaringan temanteman atau kerabat. (2) emotional isolation, seseorang yang menginginkan suatu hubungan yang mendalam (intens), tetapi tidak memiliki hubungan dengan sedikit orang atau dengan satu orang secara mendalam.
Penting untuk disadari bahwa kesendirian (solitude) dapat sangat berbeda dengan kesepian. Kesendirian terjadi bila anda sendirian. Sama *kali tidak ada orang Iain di sekitar anda. Saat seperti itulah bisa terjadi kesendirian. Waktu yang dicurahkan untuk menyendiri bisa menjadikan hidup diperkaya dan kreatif, dan anda sama sekali tidak merasa kesepian.
Kesendirian bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kesendirian secara Sukarela dan sebaliknya. Kesendirian sukarela adalah keadaan yang anda pilih sendiri. Dengan cara ini anda merasakan "istirahat sejenak" Persoalan sehari-hari, dari orang-orang Iain. Saat seperti itu adalah kesempatan untuk berpikir, untuk mengobati luka batin/jiwa, atau untuk menulis, melukis, atau mendengar musik kesukaan anda, atau bermeditasi, dan Iain sebagainya.Kesendirian tidak suka rela terjadi bukan karena pilihan individu tersebut melainkan karena terpaksa.
I. Cinta
Menurut Izard (dalamStrongman,1998),cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Dalamteorinya, Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy) dan komitmen/keputusan (commitment/decision).
Cinta memliki artian yang berbeda,ada yang disebut companionate love (cinta persahabatan) dan passionate atau romantic love (cinta birahi).companionate love adalah afeksi yang kita rasakan terhadap seseorang yang kehidupannya saling berjalin dengan kehidupan kita.perbedaaan antara rasa suka dan companionate love barangkali pada kedalaman perasaan kita dan derajat keterlibatan kita dengan seseorang.
Passionate love adalah sesuatu yang sama sekali lain.Berscheid, dkk (dalam Brigham 1191) menyatakan passionate love berbeda dengan suka dalam beberapa hal:
1. Rasa suka berkaitan dengan ganjaran,passionate love lebih merangsag fantasi yang mungkin memlebihi ganjaran
2. Rasa suka biasanya tumbuh dan berkembang pesat sedangkan passionate love memudar seiring waktu
3. Rasa suka lebih mengarah ke pemikiran dan perasaan yang positif sedangkan passionate love hampir selalu berhubungan dengan emosi.
Di satu sisi, Hatfield,dkk (dalam Brigham ,1991) mendefinisikan passionate love memiliki komponen kognitif,emosiaonal,dan behavioral yang khas.
Komponen – komponen dalam passionate love
1. Definisi cinta
Ada empat komponen dalam cinta menurut Rubin,Harold Kelly (1983),yaitu :
· Memberi perhatian (caring)
· Perasaan membutuhkan (needing)
· Menaruh rasa percaya (trust)
· Toleransi terhadap kesalahan partner
Dalam riset lain (Davis,1985) menumukan data bahwa persahabatan dan cinta memiliki karakteristik yang umum (enjoyment,acceptance,trust,respect, mutual assistance,confiding,understanding,spontaneity).
Namun cinta lebih dari itu,cinta memiliki dua kelompok faktor :
1) Kelompok birahi (passion) : meliputi perasaan/terpesona (menaruh perhatian)
2) Kelompok caring : memberi perhatian
2. Gaya percintaan
Bentuk – bentuk gaya cinta oleh Lee (dalam Brigham,1991) :
a. Cinta Romantik
b. Cinta memiliki
c. Cinta kawan baik
d. Cinta pragmatic
e. Cinta altruistic
f. Cinta main main
3. Faktor – Faktor yang Berkaitan dengan Cinta
a. Ganjaran (reward)
Ganjaran ini didapatkan ketika seseorang memiliki karakteristik seperti yang diinginkan masyarakat ataupun memiliki kesamaan atau kedekatan dalam sikap,nilai-nilai,daya tarik fisik dan saling mencintai.
b. Perbedaan Gender
Pria dan wanita dalam penelitiannya memiliki reaksi yamng berbeda atas tahapan-tahapan asmara.
4. Cemburu : Reaksi terhadap Ancaman dalam Suatu Hubungan
Cemburu adalah reaksi terhadap ancaman yang dipersiapkan terhadap keberadaan eksistensi) hubungan (Berhm dan Kassin,1993).Ancaman tidak selalu berupa kenyataan atau dibatasi oleh realitas.Biasanya cemburu diciptakan oleh perpespi bahwa pasangannya telah tertari oleh orang lain (Buunk & Bringle,1987).
White (1981) mengemukakan bahwa cemburu didasari oleh dua kehilangan,yaitu : kehilangan ganjaran dari partner yang emnyenangkan dalam hubungan itu;kedua,pukulan atau tamparan atas harga diri yang terjadi pada gagasan tentang penolakan oleh partnernya.
Menurut Gregory White (1981),pengalama cemburu memiliki empat fase :
1) Penaksiran awal (primary appraisal) : individu menafsirkan adanya ancaman dalam hubungan
2) Penafsiran kedua (secondary appraisal) : memahami situasi dan berpikir tentang cara memahaminya.
3) Reaksi emosi (emotional reaction) : perasaan cenderung negatif (sedih,menderita,malu,curiga,sakit hati,bermusuh),ataupun reaksi positif (terpesona,mencintai,perasaan yang hidup)
4) Persepsi
J. Kepuasan dan Komitmen
Kepuasan berarti bahwa kita merasa puas ketika ganjaran dipersepsi lebih besar daripada biaya.Sementara pengertian tentang komitmen sangan kompleks dan beragam.Sebagai ilustrasi komitmen dalam pernikahan yang dijelaskan oleh Duval dan Miller (1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara sosial,yang ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual,melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesama pasangan.
K. Konflik
1. Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata “confligere-conflictum” yang artinya saling berbenturan.yaitu semua bentuk ketidaksesuaian,benturan,tabrakan,pertentangan,perkelahian dan interaksi yang antagonis bertentanga (Chaplin,2001)
Menurut wood (2002) ketidaksepakatan belum dianggap sebagai konflik sebab ketidaksepakatan tidak selalu hasilnya oposisi.Sedangkan konflik selalu melibatkan oposisi sehingga ada ketegangan diantara tujuan,preferensi,ataupun keputusan yang dipersepsi sebagai tidak selaras.
Deutsch (1973) yang selama ini definisinya banyak dikutip para ahli menyatakan bahwa suatu konflik ada kapanpun ketika terjadi ketidakselarasan aktivitas-aktivitas. Suatu aktivitas yang tidak selaras dengan aktivitas lainnya adalah jika salah satunya menghalangi, menghambat dan mengganggu peluang/kesempatan atau efektivitas dari aktivitas kedua. Ketidakselarasan aktivitas mungkin ada dalam diri orang tersebut, diantara dua orang atau diantara dua kelompok atau lebih (dalam Myers & Myers, 1992).
Jadi konflik interpersonal adalah suatu situasi interpersonal dimana tindakan-tindakan atau tujuan dari sesorang terganggu atau terhambat/terhalangi oleh orang lain,yang biasanya terjadi adanya pertenttangan kepentingan (interest) atau ketidaksepakatan pendapat
Sumber Terjadinya Konflik
Konflik dapat terjadi berdasarkan (1) Adanya perbedaan dalamkebutuhan (needs), nilai-nilai (values) dan tujuan (goals);(2) Langkanya sumber-sumber daya seperti kekuasaan (power), pengaruh, uang, waktu, ruang, popularitas dan posisi;(3) Adanya persaingan (rivalry) (Johnson & Johnson, 1991)
Menurut Johnson (1993), konflik yang pada umumnya terjadi dalam hubungan interpersonal adalah konflik kepentingan (interest).Untuk memahami konflik tersebut, seseorang perlu memahami apa itu keinginan (wants), kebutuhan (needs), tujuan (goals), dan kepentingan (interest). Wants adalah keinginan untuk sesuatu. Tiap-tiap orang pada dasarnya memiliki sejumlah keinginan yang unik. Needs adalah suatu kebutuhan yang dikaitkan dengan keperluan untuk mempertahankan hidup dan reproduksi (misalnya menggunakan air, makanan, tempat berteduh), rasa memiliki (cinta, membagi, kerjasama) dan kekuasaan, kebebasan dan kesenangan (Glasser, 1989). Berdasar pada wants dan needs individu menyusun tujuan yaitu suatu keadaan ideal yang dianggap berharga/bernilai dan ingin dicapai. Sementara interest adalah keuntungan potensial yang diperoleh melalui pencapaian tujuan
Model Revolusi Konflik
Menurut Devito (1995), ada beberapa tahap yang akan 'dilalui dalam penyelesaian konflik, yaitu:
a) Mendefinisikan Konflik.
Pada tahap ini pihak-pihak yang mengalami konflik mendefinisikan isi permasalahan yang menjadi akar penyebsb konflik.Dalam mendefinisikan konflik, hendaknya dihindari kata-kata atau istilah abstrak (misalnya , tidak berperasaan dan dingin sikapnya)
b) Menyelidiki kemungkinan –kemungkinan penyelesaian konflik
Pada tahap ini mencoba untuk mengidentifikasi beberapa solusi yang memungkinkan.Untuk itu perlu dipilih solusi yang memungkikan kedua belah pihak merasa menang (win win solution) atau mencapai apa yang diinginkan.Sedapat mungkin dihindari taktik kalah-menang.Untuk itu,perlu dipertimbangkan bobot biaya (cost) dan ganjaran (reward) dari masing-masing solusi itu.
c) Menguji (tes) terhadap solusi itu.
Pada tahap ini dilakukan pengujian solusi dalam praktek kehidupan sehari-hari.
d) Mengevaluasi solusi
Pada tahap ini akan dinilai apakah solusi yang telah dipraktekkan itu dapat membantu menyelesaikan konflik.Apakah situasinya menjadi makin baik atau memburuk daripada sebelum solusi itu dicoba diterapkan?apakah solusi lain mungkin lebih efektif?
e) Menerima atau menolak solusi
Jika pihak-pihak yang berkonflik menerima solusi itu maka siap untuk lebih menerapkannya secara permanen.tetapi jika memtuskan bahwa ini bukan solusi yang baik (benar),maka kemungkinan akan menguji alternatif solusi lainnya atau barangkali kembali untuk mendefinisikan konflik tersebut.
Manajemen Konflik
Manajemen konflik interpersonal adalah cara atau strategi individu bertingkahlaku di dalam suatu konflik dengan orang lain yang akan ditenkukan oleh seberapa penting tujuan-tujuan pribadi hubungan dengan pihak lain (Johnson & Johnson, 1991).Sementara menurut Moberg (2001), gaya manejemen konflik adalah pola perilaku yang lebih disukai seseorang untuk diterapkan (dilakukan) ketika menghadapi situasi konflik.
Menurut Johnson & Johnson (1991) setiap orang yang berbeda akan menggunakan strategi dalanı manajernen konflik yang berbeda pula. Strategi ini dipelajari, biasanya pada masa anak-anak, dan berfungsi secara otomatis artinya seseorang sering tidak rnenyadari tindakannya dalam situasi konflik.Tetapi karena strategi manajemen konfik adalahhasil proses belajar, maka ini dapat dirubah dengan melalui proses pembelajaran yang baru.
Lebih lanjut, Johnson & Johnson (1991) menjelaskan bahwa pemilihan strategi manajemen konflik tergantung pada dua pusat perhatian yang ditekankan seseorang:Pencapaian suatu kesepakakan kebutuhan (needs) yang dimiliki seseorang dan mempertemukan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.Pemeliharaan hubungan yang selaras dengan orang lain.Berdasarkan dua pusat perhatian tersebut, ada lima strategi dasar dalam manajemen konflik yaitu:
1. The Turtle (Withdrawing).
Kura-kura lebih senang menarik dan bersembunyi di balik tempurung untuk menghindari konfiik. Mereka cenderumg menghindar dari pokok-pokokpersoalan maupun dari orang-orang yang dapat menimbulkan konflik.Mereka percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya akan berakhir sia-sia. Lebih mudah menarik diri dari konflik secara fisik maupun psikologis, daripada menghadapinya. Tentu saja akibatnya tujuan pribadi maupun hubungan dengan pihak lain tidak diperhatikan.
2. The Shark (Force).
Ikan hiu senang menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima solusi konflik yang ia sodorkan. Baginya tercapainya tujuan pribadi adalah hal yang utama, sedangkan hubungan dengan pihak lain tidak terlalu penting. Baginya konflik harus dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lainnya kalah. Ciri lain gaya ini ialah selalu mencari kemenangan dengan cara menyerang, mengungguli, dan mengancam pihak-pihak lain.
3. The Teddy Bear (Smoothing).
Seekor beruang kecil sangat mengutamakan hubungan dan kurang mementingkan tujuan-tujuan pribadinya. Ia ingin diterima dan disukai oleh orang lain. Ia berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari, demi keharmonisan. Setiap konflik tidak mungkin dipecahkan tanpa harus merusak hubungan. Konflik harus didamaikan, dan ia memilih sikap mengalah agar hubungan tidak menjadi menjadi rusak.
4. The Fox (Compromising).
Rubah senang mencari kompromi. Baginya tercapainya tujuan-tujuan pribadi maupun hubungan baik dengan pihak lain sama-sama penting.Ia mau mengorbankan sedikit tujuan-tujuannya dan hubungannya dengan pihak lain demi tercapainya kepentingan dan kebaikan bersama.
5. The Owl (Confronting).
Burung hantu sangat mengutamakan tujuan-tujuan pribadinya sekaligus hubungannya dengan pihak lain. Baginya,konflik merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya dan pemecahan itu harus sejalan dengan tujuan-tujuan pribadinya maupun tujuan-tujuan pribadi lawannya. Bagi individu dengan gaya ini, konflik bermanfaat meningkatkan hubungan dengan cara mengurangi ketegangan yang terjadi diantara dua pihak yang selalu berhubungan.Menghadapi konflik,individu akan selalu berusaha mencari penyelesaian yang memuaskan kedua pihak dan yang mampu menghilangkan ketegangan serta perasaan negatif yang mungkin muncul di dalam diri kedua pihak akibat konflik.
L. Mengakhiri Hubungan
Seringkali konflik dalam suatu hubungan tidak dapat dielakkan,entah dalam hubungan
persahabatan,perkawinan,ataupun hubungan antara orang tua dan anak.Biasanya konflik didahului karena adanya konflik atribusi diantara kedua belah pihak,terutama pada pihak yang merasa menderita dalam hubungan itu.
Bradbury & Fincham (1990) menemukan bahwa pada pihak pasangan yang menderita memandang penyebab atas kejadian-kejadian negatif berpengaruh secara global (dimensi globality menonjol), sedangkan kejadian-kejadian positif dilihat hanya sebagai kejadian khusus atau kebetulan. Jika digambarkan dengan teori Weiner, penyebab kejadian negatif dalam perkawinan dilihat sebagai hal yang global (mempengaruhi beberapa aspek dari hubungan itu), stabil (diharapkan akan terjadi lagi) dan dapat dikendalikan (oleh pasangannya). Fokus kejadian dilihat sebagai eksternal: "Itu kesalahannya".Pihak yang menderita dalam hubungan itu juga cenderung melihat Pasangan mereka bertingkah laku dimotivasi untuk dirinya sendiri dan memiliki niat yang negatif.
Ketika suatu hubungan yang erat mulai berkurang, maka muncul beberapa reaksi sebagaimana yang digambarkan oleh Rushbold & Zembrodt (1983) yaitu: membicarakan (voice), kesetiaan (loyalty), menolak (neglect),dan pergi(cxit).Reaksi-reaksi ini dibedakan berdasar dua dimensi, yaitu reaksi atau respon yang konstruktif destruktif dan aktif pasif. Reaksi voice (membicarakan) dan kesetiaan(loyalty) dianggap sebagai reaksi yang konstruktif karena Pada Umumnya berniat untuk mempertahankan hubungan, sedangkan exit (meninggalkan hubungan) dan neglect(menolak untuk menyelesaikan masalah) dianggap reaksi yang destruktif yang cenderung memutuskan atau mengakhiri hubungan. Istilah destruktif di sini lebih mengacu pada nasib hubungan yang dilakukan kedua belah pihak dan bukan pada individu-individu yang terlibat dalam hubungan itu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,A.1991.Psikologi Sosial (edisi revisi).PT.Rineka Cipta.Jakarta
Dayaksini,T., & Hudainah.2015.Psikologi Sosial.UMM press.Malang
Mercer,J., & Clayton,D.2012.Psikologi Sosial.Erlangga.Jakarta
W.Sawarsono,S., & A.Meinamo,E.2009.Psikologi Sosial.Salemba Humanika.Jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!