Rabu, 31 Oktober 2018

Makalah Psikologi Sosial: Hubungan dan Daya Tarik Interpersonal









DAFTAR ISI






KATA PENGANTAR


DAFTAR ISI


BAB I : PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang


BAB II : PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Interaksi Sosial


2.2 Faktor – Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial


2.3 Situasi Sosial


2.4 Kenyataan Sosial


2.5 Daya Tarik Interpersonal


2.6 Kemampuan Hubungan Interpersonal


2.7 Teori – Teori Tentang Hubungan Sosial


2.8 Kesulitan – Kesulitan dalam Hubungan Sosial


2.9 Cinta,Kepuasan dan Komitmen,Konflik,Mengakhiri Hubungan


BAB III : PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA



BAB I


PENDAHULUAN






1.1 Latar Belakang


Interaksi sosial dapat terjadi karena manusia selalu melakukan hubungan dan memberikan pengaruh timbal balik kepada manusia lainnya.Hal itu dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mempertahankan kehidupannya.Interaksi sosial mempunyai pengertian suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik (Bimo Walgito,1990).nteraksi sosial sebagai hubungan antar orang per orang atau dengan kelompok manusia (Soekanto,1997).Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, di mana kelaküan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Social Psychology oleh H.Bonner).Dengan demikian, dengan interaksi sosial akan memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan didalam masyarakat yang akan membentuk hal-hal yang baru yang membuat dinamika masyarakat menjadi hidup. Perubahan-perubahan ini akan terjadi sambung-menyambung dari generasi yang satu ke generasi berikutnya sepanjang zaman.


Daya tarik interpesonal Menurut Pearson (1983),manusia adalah makhluk sosial.Artinya,sebagai makhluk sosial,kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri,kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain,mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain,membentuk interaksi,serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut.Kita melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain,Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih,yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsiten.Ketika akan menjalin hubungan interpersonal,akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.


Baron dan Byrne (2006) menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah penilaian sesorang terhadap sikap orang lain,di mana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi,dari strong liking sampai dengan strong dislike.Jadi,ketika kita berkenalan dengan orang lain,kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut;apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman kita atau orang tersebut ternyata kurang sesuai,sehingga kita lebih memilih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali.Konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan interpersonal.













BAB II


PEMBAHASAN

A. Pengertian Interaksi Sosial


Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik (Bimo Walgito,1990).Sementara Soekanto (1997) mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan antar orang per orang atau dengan kelompok manusia.


Tegasnya individu memerlukan hubungan dengan lingkungannya; tanpa hubungan ini individu bukanlah individu lagi. Dalam hal ini sarjana psikologi Woodworth menambahkan bahwa hubungan manusia dengan lingkungan meliputi pengertian :


· Individu dapat bertentangan dengan lingkungan


· Individu dapat menggunakan lingkungan


· Individu dapat berpartisipasi (ikut-serta) dengan lingkungan


· Individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
kehidupan manusia dalam masyarakat mempunyai 2 macam fungsi yaitu berfungsi sebagai obyek dan sebagai subyek.Demikian juga manusia lain (milieu), juga berfungsi sebagai subyek dan obyek. Itulah sebabnya maka H. Bonner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial sebagai berikut :


"Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, di mana kelaküan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya".


Hal ini sebenarnya merupakan keuntungan yang besar bagi manusia, sebab dengan adanya dua macam fungsi yang dimiliki itu timbullah kemajuan-kemajuan dalam hidup bemasyarakat. Jika manusia ini hanya sebagai obyek semata-mata maka hidupnya tidak mungkin lebih tinggi daripada kehidupan benda-benda mati, sehingga kehidupan manusia tidak mungkin timbul kemajuan.


Sebaliknya andaikata manusia ini hanya sebagai subyek semata-mata, maka ia tak mungkin bisa hidup bemasyarakat (tak bisa dengan manusia lain) sebab pergaulan baru bisa terjadi apabila ada give and take dari masing-masing anggota masyarakat itu. Jadi jelas bahwa hidup individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan dan selalu berinteraksi antara yang satu dengan yang Iain.


Interkasi manusia tak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,yaitu (1) adanya kontak sosial,dan (2) adanya komunikasi.Kontak sosial dapat terjadi antara individu dengan individu,antara individu dengan kelompok,dan antara kelompok dengan kelompok.Kontak sosial juga dapat terjadi secara primer yaitu kontak yang dilakukan secara langsung atau face to face dan sekunder jika hubungan itu melalui perantara orang atau media lainnya.Sementara komunikasi baik verbal maupun nonverbal merupakan saluran untuk menyampaikan perasaan ataupun ide/pikiran dan sekaligus sebagai media untuk dapat menafsirkan atau memahami pikiran atau perasaan orang lain.


Menurut Soekanto (1997) ada empat pola interaksi sosial,yaitu :


1) kerjasama (cooperation)


2) persaingan (competititon)


3) pertentangan (conflict)


4) akomodasi (accomodation)


Menurut Gillin & Gillin (dalam Soekanto,1997) ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial,yaitu proses asosiatif dan proses diasosiatif.Proses asosaiatif terdiri dari akomodasi,asimiliasi,dan akulturasi,sedangkan proses diasosiatif meliputi persaingan dan pertentangan atau pertikaian yang mencangkup kontroversi dan konflik.


B. Faktor-Faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial


Bentuk dasar berlangsungnya interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor.,baik itu secara tunggal maupun bergabung,faktor – faktor tersebut adalah :


a) Faktor Imitasi


Gabriel Tarde menyatakan bahwa seluruh kehidupan sosial manusia didasari oleh faktor-faktor imitasi. Walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik.


Dalam lapangan pendidikan dan perkembangan keribadian individu, imitasi mempunyai peranan yang sangat penting karena dengan mengikuti suatu contoh yang baik akan merangsang seseorang untuk melakukan perilaku yang baik pula. Apabila seseorang telah dididik untuk mengikuti suatu tradisi tertentu yang melingkupi segala situasi sosial maka orang tersebut akan memiliki suatu kerangka tingkah laku dan sikap moral yang dapat menjadi pokok pangkal guna memperluas perkembangan perilaku yang positif (Gerungan, 1996).


Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti digambarkan di atas juga mempunyai segi-segi yang negatif, yaitu :


· mungkin yang diimitasi itu salah, sehingga menimbulkan kesalahan kolektif yang meliputi jumlah manusia yang besar.


· kadang-kadang orang yang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, sehingga dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritisi


Adapun syarat-syarat terjadinya imitasi adalah sebagai berikut:


· Terdapatnya minat, perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu yang ingin diimitasi


· Adanya sikap yang menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang hendak diimitasi


· Individu yang melakukan imitasi suatu pandangan atau tingkah laku, bisanya karena hal tersebut mempunyai penghargaan sosial yang tinggi


b) Faktor Sugesti


Sugesti disini meiliki artian hampir sama dengan imitasi,yang dimaksud dengan sugesti disini adahal pengaruh psikis,yang yang datang dari dirinya sendiri ataupun dari luar.


Psikologi sugesti dibedakan menjadi dua,yaitu :


· auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri.


· hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.


Terdapat beberapa keadaan yang mempermudah terjadinya sugesti dapat diterima oleh individu lain:


a. Sugesti karena hambatan berpikir


Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa individu yang dikenai mengambil alih pandangan-pandangan dari individu lain tanpa memberikan pertimbangan kritis terlebih dahulu (tanpa disertai proses evaluasi informasi). Sugesti akan lebih mudah terjadi apabila individu yang dikenai berada dalam kondisi yang lelah karena dalam kondisi lelah kemampuan berpikir kritis individu menjadi terhambat.


b. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah


Sugesti akan lebih mudah terjadi apabila individu yang dikenai berada dalam kondisi berpikir yang terpecah, misalnya sedang mengalami konflik. Dalam kondisi yang sedang kebingungan untuk menentukan pilihan terhadap sesuatu hal, apakha akan mudah bagi individu tersebut untuk dipengaruhi.


c. Sugesti karena otoritas


Individu cenderung akan dengan mudah menerima pandangan atau sikap tertentu dari individu lain yang dianggap ahli pada bidangnya. Misalnya pejabat, ilmuwan atau individu-individu yang memiliki prestise social yang tinggi akan lebih mudah memberikan pengaruhnya kepada orang lain.


d. Sugesti karena mayoritas


Pada umumnya individu akan lebih mudah untuk menerima pendapat atau pandangan yang didukung oleh mayoritas kelompok atau anggota masyarakat.


e. Sugesti karena will-to-believe


Diterimanya suatu pandangan atau pendapat yang diberikan oleh Individu lain karena individu yang bersangkutan telah memiliki pendapat yang sama sebelumnya. Dengan demikian individu tersebut akan lebih mudah dan dengan sadar bersedia untuk menerima pandangan karena telah meyakini padangan yang dirimanya itu sebelumnya.






c) Faktor Indentifikasi


Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang Iain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah (Ahmadi, 1990). Proses identifikasi pertama-tama berlangsung secar tidak sadar,dan selanjutnya irrasional. Identifikasi memungkinkan terjadinya pengaruh yang lebih mendalam daripada proses imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya identifikasi diawali oleh adanya imitasi maupun sugesti.






d) Faktor Simpati


Simpati merupakan suatu bentuk interaksi yang melibatkan adanya ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Simpati timbul tidak berdasarkan pada pertimbangan yang logis dan rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Soekanto (1990) menyampaikan bahwa dorongan utama pada simpati adalah adanya keinginan untuk memahami pihak lain dan bekerja sama.


Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain. Seperti pada proses identifikasi, proses simpati pun kadang-kadang berjalan tidak atas dasar logis rasionil, melainkan berdasarkan penilaian perasaan.


Adam Smith membedakan 2 bentuk dasar dari simpati :


o Simpati yang menimbulkan respon secara cepat (hampir refleks)


o Simpati yang sifatnya lebih intelektuil, artinya seseorang dapat bersimpati pada orang lain sekalipun dia tidak dapat merasakan apa yang dia rasakan.


Herbert Spencer (1870) mengemukakan 2 bentuk simpati :


o Perspectively presentative yang cepat seperti refleks).


o Representative (yang sadar refleksife).


Theodore Ribot membagi simpati menjadi 3 :


o Tipe primitif atau otomatis, yang dapat diterangkan, dengan respon bersyarat.


o Refleksif, yang mana seseorang sadar dalam dirinya terhadap keadaan jiwanya. la tahu, bahwa ia merasa apa yang dirasakan orang lain, biarpun ia sendiri tidak mengalaminya.


o Tipe yang intelektuil, yaitu rasa setia, rasa toleran dan philantropi : bentuk ini tidak diarahkan pada orang tertentu, tetapi mempunyai corak-corak yang lebih umum dan abstrak.






C. Situasi Sosial


Situasi sosial adalah suatu kondisi tertentu di mana berlangsung hubungan antara individu yang satu dengan yang lain atau terjadi saling hubungan antara 2 (dua) individu atau lebih. Situasi sosial ini dibedakan atas :


1. togetherness situation atau situasi kebersamaan yaitu suatu situasi di mana sejumlah individu berkumpul.


2. group situation disebut juga situasi kelompok atau kelompok sosial.


Seorang individu akan selalu berada pada situasi sosial,karena perannya menjadi perangsang tingkah laku individu,oleh Sherif and Sherif situasi tersebut disebut Social stimulus situation.


Situasi perangsang sosial digolongkan menjadi dua kelompok besar :


1. Orang lain,yang dapat berupa :


1) Individu – individu lain sebagai perangsang.


2) Kelompok sebagai situasi perangsang,dibedakan menjadi dua :


a) Hubungan intragrup


b) Hubungan intergrup


2. Hasil kebudayaan :


1) Kebudayaan materi (materiil cultural)


2) Kebudayaan non materi ((non material culture)
(sherif and sherif 1956)


D. Kenyataan Sosial


Disini kita akan memahami tentang bagaimana individu mereaksikan diri terhadap lingkungannya.lingkungan dalam hal ini bisa diartikan sebagai lingkungan fisik, (alam atau benda yang kongkret),maupun lingkungan psikis (jiwa orang orang dalam lingkungannya),dan juga lingkungan rohaniah (keyakinan,ide,filsafat).


Kenyataan sosial akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda.individu akan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.ia menyesuaikan diri dengan lingkungan itu tapi kerap kali dengan tekanan terhadap satu atau dua segi dari lingkungannya tersebut.


Menyesuaikan diri memiliki artian yang luas,seperti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan,tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri.Penyesuain diri bisa bersifat “aktif (autoplastis)” dimana individu adalah yang berperan mempengaruhi lingkungan,ataupun juga “pasif (aloplastis)” dimana kegiatan individu ditentukan oleh lingkungan.






E. Daya Tarik Interpersonal


Menurut Pearson (1983),manusia adalah makhluk sosial.Artinya,sebagai makhluk sosial,kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri,kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain,mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain,membentuk interaksi,serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut.Kita melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain,Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih,yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsiten.Ketika akan menjalin hubungan interpersonal,akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.


Baron dan Byrne (2006) menjelaskan bahwa interpersonal attraction adalah penilaian sesorang terhadap sikap orang lain,di mana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi,dari strong liking sampai dengan strong dislike.Jadi,ketika kita berkenalan dengan orang lain,kita sebenarnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut;apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman kita atau orang tersebut ternyata kurang sesuai,sehingga kita lebih memilih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali.Konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan interpersonal.


Lebih tandas, menurut Argyle (1994) ada beberapa strategi dalam menciptakan teman, memperoleh teman baru dan mempertahankan hubungan lebih lanjut utamanya dalam ketrampilan verbal yang meliputi:


a. Memberi pujian atau penghargaan untuk meningkatkan perasaan senang bagi partner interaksi.


b. Berbicara hal-hal atau kejadian-kejadian yang menyenangkan untuk mempertahankan topik pembicaraan yang menyenangkan.


c. Menyetujui, karena tujuan pembicaraan adalah tidak untuk menyelesaikan masalah, tetapi menjaga agar hubungan tetap berlanjut, sehingga jika memungkinkan seseorang harus menyetujui dengan apa yang dikatakan lawan bicaranya.


d. Menyebut nama lebih disukai nama pertama.


e. Memberikan atau menawarkan pertolongan atau bantuan dalam bentuk informasi, simpati atau bantuan secara praktis.


f. Humor karena ini akan membuat pertemuan menjadi lebih menyenangkan dan menjadi tanda sikap positif terhadap orang lain. Humor bisa memecahkan hambatan-hambatan sosial, mengurangi ketegangan, meningkatkan kesenangan dan mengakibatkan perasaan dan sikap yang terbagi (dialami bersama),misalnya yang tertuju pada obyek humor.


Selain yang disebutkan di atas, ada beberapa ketrampilan verbal lainnya yang dianggap penting untuk mengembangkan hubungan lebih lanjut:


1. Pencarian kesamaan yaitu menemukan segala sesuatu yang dapat dibagi dengan orang lain, khususnya minat,pendapat dan teman-teman


2. Pertanyaan-pertanyaan pribadi yang dapat membimbing pada hubungan menjadi lebih intim.


3. Self disclosure (pengungkapan diri) yang menandakan rasa percaya pada partner interaksi dan ini adalah penting untuk tingkat hubungan yang lebih dekat/intim.Seharusnya penyingkapan/pengungkapan diri melalui proses yang pelan-pelan dan timbal balik dan terutama menyangkut topik-topik yang sifatnya lebih pribadi daripada deskriptif/faktual atau impersonal.


Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu ketertarikan interpersonal:


a. Faktor internal (Baron dan Bryne,2008)


Faktor internal yaitu faktor yang muncul dari dalam diri kita sendiri.Meliputi dua hal yaitu kebutuhan untuk berinteraksi (need for affilation) dan pengaruh perasaan.Interaksi dengan orang lain dapat terjadi dimana saja misalnya di rumah, sekolah,kantor pos,kantin,dan lain-lain.Namun untuk saling berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita berbeda-beda satu sama lain.


· Kebutuhan untuk berinteraksi (Need for affiliation)


Menurut McClelland,kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan dimana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan,bergabung dalam kelompok,berpartisipasi dalam kegiatan,menikmati aktivitas bersama keluarga atau teman,menunjukkan perilaku saling bekerja sama,saling mendukung,dan konformitas.Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi,berusaha mencapai kepuasan terhadap kebutuhan ini,agar disukai,diterima oleh orang lain,serta mereka cenderung untuk memilih bekerja sama orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompkan kelompok.


· Pengaruh perasaan


Jika kita membuat orang lain senang saat kita bertemu dengannya,maka interaksi akan lebih mudah terjalin.Sebaliknya jika kita bertemu orang tersebut dan kita membuat perasaaannya negatif (kesal,marah),orang tersebut akan lebih sulit untuk berinteraksi dengan kita.Penelitian Byrne,dkk (1975) dan Fraley & Aron (dalam Baron,Bryne,2006) menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi sosial,humor digunakan secara umum untuk mencairkan suasana dan memfasilitasi interaksi pertemanan.Humor yang menghasilkan tawa membuat kita lebih mudah berinteraksi,sekalipun dengan orang yang belum dikenal.Dalam kalimat “tertawa itu sehat” dapat diartikan dengan kita tertawa,perasaan kita akan senang,sehingga kita dapat berfikir lebih sehat dan berperilaku dengan baik.Jadi,kita dapat berinteraksi dengan orang lain pada saat kondisi perasaan kita positif.Hal ini terjadi pada saat kita seneng kita lebih terbuka untuk melakukan komunikasi.


b. Faktor eksternal


Faktor eksternal yang mempengaruhi dimulainya suatu hubungan interpersonal adalah kedekatan proximity dan daya tarik fisik.Baron dan byrne (2008) menjelaskan bahwa kedekatan secara fisik antara dua orang yang tiggal dalam satu lingkungan yang sama seperti di kantor dan di kelas menunjukkan bahwa semakin dekat jarak geografis antara mereka maka semakin besar pula kemungkinan dua orang tersebut untuk bertemu.Selanjutnya,penemuan itu menghasilkan penilaian postif satu sama lain dan menimbulkan ketertarikan


· Daya tarik fisik


Sebuah penelitian mengenai daya tarik fisik menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik penampilan ketenangan,mudah bergaul,mandiri,dominan, dan maskulin (untuk laki-laki) dan feminim (untuk perempuan) daripada orang yang tidak menarik (Dion & Dion,1991 ; Hatfield & Sprecher,1986a dalam Baron Byrne,2008).Jadi kita cenderung untuk memilih berinteraksi dengan orang yang menarik dibandingkan dengan orang yang kurang menarik karena orang yang menarik memiliki karakteristik lebih positif.


Salah satu alasan daya tarik fisik sangat penting karena sebagaimana ras dan jenis kelamin,penampilan fisik adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah didapat.Jika informasi karakteristik personal lain seperti integelensi atau kebaikan hati tidak cepat tersedia dan kurang menonjol.Demikian juga kecantikan bagi pasangan dapat meningkatkan harga diri (radiating beuatu effect).Meskipun penampilan fisik dapat berakibat negatif,artinya sesorang yang dikelilingi orang cantik nampak menjadi kurang menarik karena adanya proses perbandingan.Hal ini disebabkan adanya “contrast effect”


c. Faktor interaksi


Pada faktor interaksi terdapat 2 hal,yaitu persamaan-perbedaan (similarity-dissimilarity) dan reciporal liking.


· Persamaan-perbedaan


Ketika kita menyukai sesorang yang memiliki opini yang berbeda dengan kita,kita mengasumsikan orang tersebut menyukai kita apa adanya dan bukan karena opini kita.Keuntungan yang kita peroleh dari berinteraksi dengan orang yang mempunyai sikap berbeda adalah kita lebih dapat belajar hal yang baru dan bernilai darinya. (Kruglanski & Mayseless,1987,dalam Pines,1999)


· Reciponal Liking


Faktor Lain yang juga memengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita.Secara umum,menyukai orang yang juga menyukai kita dan tidak menyukai orang yang juga tidak menyukai kita.Dengan kata lain,kita memberikan kembali (recipcrocate) perasaan yang diberikan orang lain kepada kita (Dwyer,2000) la juga menambahkan pada dasarnya ketika kita disukai orang lain hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga diri),membuat kita merasa bernilai dan akhirnya mendapatkan Positive reinforcement.


F. Kemampuan Hubungan Interpersonal


Untuk mempertahankan hubungan dalam jangka waktu lama diperlukan kemampuan kompetensi untuk menjalin hubungan interpersonal.Menurut Buhrmeister,dkk. (1988) terdapat lima domain kompetensi interpersonal,yaitu:


a. Initiative : untuk memulai suatu bentuk interaksi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Dengan demikian,pengertian inisiatif selalu diarahkan baik kepada penciptaan suatu hubungan antar pribadi yang baru dengan seseorang yang belum atau baru dikenal maupun tindakan-tindakan yang dapat membantu mempertahankan hubungan yang telah dibina


b. Negative Asseration : kemampuan untuk mempertahankan diri dari tuduhan yang tidak benar atau tidak adil, kemampuan untuk mengatakan tidak terhadap permintaan-permintaan yang tidak masuk akal, dan kemampuan untuk meminta pertolongan atau bantuan saat diperlukan.


c. Disclosure : pengungkapan bagian dalam diri (innerself) antara lain berupa pengungkapan ide-ide, pendapat, minat, pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaannya kepada orang lain. Dengan hanya menyimpan ide-ide yang kita miliki maka akan membuat suatu hubungan menjadi tidak berkembang. Pada saat pengungkapan diri individu untuk sementara waktu merendahkan pertahanannya (defens) dan memberikan gambaran tentang diri yang sebenarnya. Self-disclosure dapat mengubah suatu perkenalan yang tidak mendalam menjadi suatu hubungan yang lebih serius dan diperolehnya teman baru, utamanya pengungkapan diri yang sifatnya hal-hal pribadi/evaluatif.


d. Emotional Support: ekspresi perasaan yang memperlihatkan adanya perhatian, simpati dan penghargaan terhadap orang lain. Emotional support juga mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberikan perasaan nyaman kepada orang lain yang sedang dalam kondisi tertekan dan bermasalah. Kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampuan untuk memberikan afeksi dan empati.


e. Conflict Management: cara atau strategi untuk menyeiesaikan adanya pertentangan dengan orang lain yang mungkin terjadi saat melakukan hubungan interpersonal. Walaupun konflik dapat merusak hubungan sosial tetapi ada cara-cara yang dapat dapat digunakan untuk mengendalikan hal-hal tersebut.Konflik dapat disalurkan dan dibangun secara konstruktif sehingga meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi. Teknik-teknik pengendalian dan kemampuan verbal individu dapat digunakan sebagai media untuk menangani konflik dan mengarahkannya menuju akhir yang konstruktif.


Lebih tandas, menurut Argyle (1994) ada beberapa strategi dalam menciptakan teman,


memperoleh teman baru dan mempertahankan hubungan lebih lanjut utamanya dalam ketrampilan verbal yang meliputi:


a. Memberi pujian atau penghargaan untuk meningkatkan perasaan senang bagi partner interaksi.


b. Berbicara hal-hal atau kejadian-kejadian yang menyenangkan untuk mempertahankan topik pembicaraan yang menyenangkan.


c. Menyetujui, karena tujuan pembicaraan adalah tidak untuk menyelesaikan masalah, tetapi menjaga agar hubungan tetap berlanjut, sehingga jika memungkinkan seseorang harus menyetujui dengan apa yang dikatakan lawan bicaranya.


d. Menyebut nama lebih disukai nama pertama.


e. Memberikan atau menawarkan pertolongan atau bantuan dalam bentuk informasi, simpati atau bantuan secara praktis.


f. Humor karena ini akan membuat pertemuan menjadi lebih menyenangkan dan menjadi tanda sikap positif terhadap orang lain. Humor bisa memecahkan hambatan-hambatan sosial, mengurangi ketegangan, meningkatkan kesenangan dan mengakibatkan perasaan dan sikap yang terbagi (dialami bersama),misalnya yang tertuju pada obyek humor.


Selain yang disebutkan di atas, ada beberapa ketrampilan verbal lainnya yang dianggap penting untuk mengembangkan hubungan lebih lanjut:


1. Pencarian kesamaan yaitu menemukan segala sesuatu yang dapat dibagi dengan orang lain, khususnya minat,pendapat dan teman-teman


2. Pertanyaan-pertanyaan pribadi yang dapat membimbing pada hubungan menjadi lebih intim.


3. Self disclosure (pengungkapan diri) yang menandakan rasa percaya pada partner interaksi dan ini adalah penting untuk tingkat hubungan yang lebih dekat/intim.Seharusnya penyingkapan/pengungkapan diri melalui proses yang pelan-pelan dan timbal balik dan terutama menyangkut topik-topik yang sifatnya lebih pribadi daripada deskriptif/faktual atau impersonal.






G. Teori-Teori tentang Hubungan Sosial


1. Reinforcement-Affect Theory


Barangkali penjelasan paling dasar terjadinya daya tarik interpersonal sehingga terbentuklah suatu hubungan adalah berasal dari reinforcement (penguatan), yaitu bahwa kita cenderung menvukai orang yang memberikan ganjaran atau pengukuh positif pada kita dan tidak menyukai orang yang memberikan pengukuh negatif pada kita.


Sebagaimana dirumuskan oleh Byrne dan Clore (1974), daya tarik interpersonal dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses belajar. Model ini mengasumsikan bahwa stimuli dapat diklasifikasikan sebagai (imbalan) dan punishment (hukuman). Dimana rewarding stimuli menimbulan afek positif, sedang punishing stimuli menimbulkan afek negatif. Evaluasi kita tentang orang atau obyek didasarkan pada derajat afek positif atau negatif yang kita alami dan stimulus netral diasosiasikan dengan afek iłu sehingga akan menghasilkan afek yang sama. Dengan demikian kita menjadi suka pada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik dan tidak suka pada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk.


2. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)


Teori ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang pada kita. Kita menyukai seseorang bila kita mempersepsi bahwa interaksi kita dengan orang itu bersifat menguntungkan yaitu bila ganjaran yang kita peroleh dari hubungan iłu lebih besar daripada kerugiannya. Dałam penilaian iłu, kita juga akan mengadakan perbandingan, menilai keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibanding keuntungan yang kita peroleh dari orang lain.


Menurut perspektif teori ini, ganjaran memiliki 6 bentuk dasar yaitu cinta, uang, status, informasi, barang, dan jasa. Keenam bentuk iłu diklasifikasikan menjadi dua dimensi yaitu partikularisme dan nonpartikular (Sears, dkk., 1999). Dałam dimensi partikularisme termasuk bentuk-bentuk ganjaran Yang nilainya bergantung pada Pemberi. Nilai cinta dengan bentuk-bentuk ungkapannya sangat tergantung kepada siapa kita memberi.Sebaliknya uang dipandang bermanfaat tanpa mempedulikan siapa pemberinya;uang merupakan ganjaran yang bersifat nonpartikular atau universal.


3. Teori Keadilan (Equity Theory)


Sebenarnya teori ini merupakan turutan dari teori pertukaran social. Sebab pada prinsipnya teori ini juga berpendapat bahwa pola hubungan manusia melibatkan proses tukar-menukar, dimana supaya pertukaran itu bisa menumbuhkan keharmonisan dan perasaan senang atau kepuasan maka harus dilandasi prinsip keadilan.


Teori ini juga mengasumsikan bahwa dalam pertukaran itu kita menuruti strategi minimal (minimax strategy), yaitu berusaha unttlk meminimalkan pengeluaran (cost) dan memaksimalkan ganjaran (reward).Dengan demikian, orang cenderung untuk tetap meneruskan hubungan yang dipersepsi memberi ganjaran dan menjauhi hubungan yang dipersepsi terlalu besar pengeluarannya.


Beberapa asumsi teori keadilan:


1. Manusia berusaha memaksimalkan hasil yang mungkin mereka peroleh dalam suatu hubungan


2. Apabila individu berada dalam situasi yang dirasa tidak adil (inequity),maka ia akan mengalami tekanan emosional,dan hal ini menuntut dicapainya situasi yang dirasa adil (equity)


3. Semakin besar situasi (inequity),maka semakin besar pula drive atau motivasi untuk memulihkan ke situasi equity.


4. Masyarakat (kelompok) berusaha untuk memaksa orang lain berbuat sesuai dengan prinsip equity.Orang yang tidak berbuat sesuai dengan prinsip equity akan mendapatkan hukuman,sedangkan orang yang berbuat sesuai equity mendapatkan ganjaran.






H. Kesulitan-Kesulitan dalam Hubungan Sosial


1. Kecemasan sosial (social anxiety)


Kecemasan social adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran orang-orang Iain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan/kekuatan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial.


Kecemasan sendiri merupakan suatu respon yang beragam terhadap situasi-situasi yang mengancam, yang Pada umumnya berwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan syaraf fisiologis, dan suatu pengalaman subyektif dari ketegangan atau kegugupan Individu-individu yang pemalu dan cemas secara social cenderung untuk menolak orang Iain, barangkali karena mereka ketakutan ditolak diri mereka sendiri. Mereka juga menarik diri dan tak efektif dalam interaksi sosial, barangkali karena mereka mempersepsi reaksi negatif bahkan ketika tak ada seorangpun yang hadir. Sehingga tak mengherankan, orang-orang Iain pada umumnya bereaksi secara negatif dalam berinteraksi dengan individu-individu yang cemas secara sosial.


Sebenarnya setiap orang pernah mengalami kecemasan sosial sekalipun hanya kadang-kadang. Ketika mengalami hal ini biasanya mereka tidak hanya mengalami ketegangan yang subyektif (subjective tcnsion) tetapi berperilaku (overt behavior) dalam cara-cara yang mengganggu interaksi sosial. Ketika gugup (nervous), orang mungkin menunjukkan secara terbuka indikasi-indikasi dari inner arousal mereka (misalnya gemetar, gelisah), menghindari orang Iain, dan gangguan pada perilaku-perilaku Iain yang terus-menerus (misalnya tidak lancer berbicara, kesulitan konsentrasi). Sehingga berakibat, kecemasan adalah suatu kekurangan dalam hubungan sosial, karena orang yang gugup (nervous) dan terhambat mungkin menjadi kurang efektif secara sosial Perasaan tidak nyaman dalam hubungan sosial dapat timbul dari berbagai sumber. Kemungkinan ini merupakan suatu reaksi yang dipelajari untuk menghadapi hubungan sosial yang tak menyenangkan, bisa karena masalah-masalah di masa lampau yang mendukung pada kecemasan sosial di masa selanjutnya. Kecemasan hubungan sosial mungkin juga berhubungan dengan keyakinan bahwa mereka merasa kurang memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk keberhasilan dalam menjalin hubungan sosial. Meskipun sebenarnya ia memiliki kemampuan itu, tetapi keyakinannya ia kurang.


2. Kesepian


Kesepian adalah perasaan kurang memiliki hubungan sosial yang diakibatkan ketidakpuasan dengan hubungan sosial yang ada (Brehm & Kassin, 1993). Kesepian juga berarti suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang Iain (Bruno, 2000). Menurut Robert Weiss (dalam Brehm & kassin, 1993) ada dua jenis kesepian, yaitu (1) isolasi sosial, yaitu seseorang yang menginginkan hubungan sosial tetapi tidak memiliki jaringan temanteman atau kerabat. (2) emotional isolation, seseorang yang menginginkan suatu hubungan yang mendalam (intens), tetapi tidak memiliki hubungan dengan sedikit orang atau dengan satu orang secara mendalam.


Penting untuk disadari bahwa kesendirian (solitude) dapat sangat berbeda dengan kesepian. Kesendirian terjadi bila anda sendirian. Sama *kali tidak ada orang Iain di sekitar anda. Saat seperti itulah bisa terjadi kesendirian. Waktu yang dicurahkan untuk menyendiri bisa menjadikan hidup diperkaya dan kreatif, dan anda sama sekali tidak merasa kesepian.


Kesendirian bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kesendirian secara Sukarela dan sebaliknya. Kesendirian sukarela adalah keadaan yang anda pilih sendiri. Dengan cara ini anda merasakan "istirahat sejenak" Persoalan sehari-hari, dari orang-orang Iain. Saat seperti itu adalah kesempatan untuk berpikir, untuk mengobati luka batin/jiwa, atau untuk menulis, melukis, atau mendengar musik kesukaan anda, atau bermeditasi, dan Iain sebagainya.Kesendirian tidak suka rela terjadi bukan karena pilihan individu tersebut melainkan karena terpaksa.






I. Cinta


Menurut Izard (dalamStrongman,1998),cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Dalamteorinya, Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy) dan komitmen/keputusan (commitment/decision).


Cinta memliki artian yang berbeda,ada yang disebut companionate love (cinta persahabatan) dan passionate atau romantic love (cinta birahi).companionate love adalah afeksi yang kita rasakan terhadap seseorang yang kehidupannya saling berjalin dengan kehidupan kita.perbedaaan antara rasa suka dan companionate love barangkali pada kedalaman perasaan kita dan derajat keterlibatan kita dengan seseorang.


Passionate love adalah sesuatu yang sama sekali lain.Berscheid, dkk (dalam Brigham 1191) menyatakan passionate love berbeda dengan suka dalam beberapa hal:


1. Rasa suka berkaitan dengan ganjaran,passionate love lebih merangsag fantasi yang mungkin memlebihi ganjaran


2. Rasa suka biasanya tumbuh dan berkembang pesat sedangkan passionate love memudar seiring waktu


3. Rasa suka lebih mengarah ke pemikiran dan perasaan yang positif sedangkan passionate love hampir selalu berhubungan dengan emosi.






Di satu sisi, Hatfield,dkk (dalam Brigham ,1991) mendefinisikan passionate love memiliki komponen kognitif,emosiaonal,dan behavioral yang khas.


Komponen – komponen dalam passionate love


1. Definisi cinta


Ada empat komponen dalam cinta menurut Rubin,Harold Kelly (1983),yaitu :


· Memberi perhatian (caring)


· Perasaan membutuhkan (needing)


· Menaruh rasa percaya (trust)


· Toleransi terhadap kesalahan partner


Dalam riset lain (Davis,1985) menumukan data bahwa persahabatan dan cinta memiliki karakteristik yang umum (enjoyment,acceptance,trust,respect, mutual assistance,confiding,understanding,spontaneity).


Namun cinta lebih dari itu,cinta memiliki dua kelompok faktor :


1) Kelompok birahi (passion) : meliputi perasaan/terpesona (menaruh perhatian)


2) Kelompok caring : memberi perhatian


2. Gaya percintaan


Bentuk – bentuk gaya cinta oleh Lee (dalam Brigham,1991) :


a. Cinta Romantik


b. Cinta memiliki


c. Cinta kawan baik


d. Cinta pragmatic


e. Cinta altruistic


f. Cinta main main


3. Faktor – Faktor yang Berkaitan dengan Cinta


a. Ganjaran (reward)


Ganjaran ini didapatkan ketika seseorang memiliki karakteristik seperti yang diinginkan masyarakat ataupun memiliki kesamaan atau kedekatan dalam sikap,nilai-nilai,daya tarik fisik dan saling mencintai.


b. Perbedaan Gender


Pria dan wanita dalam penelitiannya memiliki reaksi yamng berbeda atas tahapan-tahapan asmara.


4. Cemburu : Reaksi terhadap Ancaman dalam Suatu Hubungan


Cemburu adalah reaksi terhadap ancaman yang dipersiapkan terhadap keberadaan eksistensi) hubungan (Berhm dan Kassin,1993).Ancaman tidak selalu berupa kenyataan atau dibatasi oleh realitas.Biasanya cemburu diciptakan oleh perpespi bahwa pasangannya telah tertari oleh orang lain (Buunk & Bringle,1987).


White (1981) mengemukakan bahwa cemburu didasari oleh dua kehilangan,yaitu : kehilangan ganjaran dari partner yang emnyenangkan dalam hubungan itu;kedua,pukulan atau tamparan atas harga diri yang terjadi pada gagasan tentang penolakan oleh partnernya.


Menurut Gregory White (1981),pengalama cemburu memiliki empat fase :


1) Penaksiran awal (primary appraisal) : individu menafsirkan adanya ancaman dalam hubungan


2) Penafsiran kedua (secondary appraisal) : memahami situasi dan berpikir tentang cara memahaminya.


3) Reaksi emosi (emotional reaction) : perasaan cenderung negatif (sedih,menderita,malu,curiga,sakit hati,bermusuh),ataupun reaksi positif (terpesona,mencintai,perasaan yang hidup)


4) Persepsi






J. Kepuasan dan Komitmen


Kepuasan berarti bahwa kita merasa puas ketika ganjaran dipersepsi lebih besar daripada biaya.Sementara pengertian tentang komitmen sangan kompleks dan beragam.Sebagai ilustrasi komitmen dalam pernikahan yang dijelaskan oleh Duval dan Miller (1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara sosial,yang ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual,melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesama pasangan.


K. Konflik


1. Definisi Konflik


Konflik berasal dari kata “confligere-conflictum” yang artinya saling berbenturan.yaitu semua bentuk ketidaksesuaian,benturan,tabrakan,pertentangan,perkelahian dan interaksi yang antagonis bertentanga (Chaplin,2001)


Menurut wood (2002) ketidaksepakatan belum dianggap sebagai konflik sebab ketidaksepakatan tidak selalu hasilnya oposisi.Sedangkan konflik selalu melibatkan oposisi sehingga ada ketegangan diantara tujuan,preferensi,ataupun keputusan yang dipersepsi sebagai tidak selaras.


Deutsch (1973) yang selama ini definisinya banyak dikutip para ahli menyatakan bahwa suatu konflik ada kapanpun ketika terjadi ketidakselarasan aktivitas-aktivitas. Suatu aktivitas yang tidak selaras dengan aktivitas lainnya adalah jika salah satunya menghalangi, menghambat dan mengganggu peluang/kesempatan atau efektivitas dari aktivitas kedua. Ketidakselarasan aktivitas mungkin ada dalam diri orang tersebut, diantara dua orang atau diantara dua kelompok atau lebih (dalam Myers & Myers, 1992).


Jadi konflik interpersonal adalah suatu situasi interpersonal dimana tindakan-tindakan atau tujuan dari sesorang terganggu atau terhambat/terhalangi oleh orang lain,yang biasanya terjadi adanya pertenttangan kepentingan (interest) atau ketidaksepakatan pendapat
Sumber Terjadinya Konflik


Konflik dapat terjadi berdasarkan (1) Adanya perbedaan dalamkebutuhan (needs), nilai-nilai (values) dan tujuan (goals);(2) Langkanya sumber-sumber daya seperti kekuasaan (power), pengaruh, uang, waktu, ruang, popularitas dan posisi;(3) Adanya persaingan (rivalry) (Johnson & Johnson, 1991)


Menurut Johnson (1993), konflik yang pada umumnya terjadi dalam hubungan interpersonal adalah konflik kepentingan (interest).Untuk memahami konflik tersebut, seseorang perlu memahami apa itu keinginan (wants), kebutuhan (needs), tujuan (goals), dan kepentingan (interest). Wants adalah keinginan untuk sesuatu. Tiap-tiap orang pada dasarnya memiliki sejumlah keinginan yang unik. Needs adalah suatu kebutuhan yang dikaitkan dengan keperluan untuk mempertahankan hidup dan reproduksi (misalnya menggunakan air, makanan, tempat berteduh), rasa memiliki (cinta, membagi, kerjasama) dan kekuasaan, kebebasan dan kesenangan (Glasser, 1989). Berdasar pada wants dan needs individu menyusun tujuan yaitu suatu keadaan ideal yang dianggap berharga/bernilai dan ingin dicapai. Sementara interest adalah keuntungan potensial yang diperoleh melalui pencapaian tujuan
Model Revolusi Konflik


Menurut Devito (1995), ada beberapa tahap yang akan 'dilalui dalam penyelesaian konflik, yaitu:


a) Mendefinisikan Konflik.


Pada tahap ini pihak-pihak yang mengalami konflik mendefinisikan isi permasalahan yang menjadi akar penyebsb konflik.Dalam mendefinisikan konflik, hendaknya dihindari kata-kata atau istilah abstrak (misalnya , tidak berperasaan dan dingin sikapnya)


b) Menyelidiki kemungkinan –kemungkinan penyelesaian konflik


Pada tahap ini mencoba untuk mengidentifikasi beberapa solusi yang memungkinkan.Untuk itu perlu dipilih solusi yang memungkikan kedua belah pihak merasa menang (win win solution) atau mencapai apa yang diinginkan.Sedapat mungkin dihindari taktik kalah-menang.Untuk itu,perlu dipertimbangkan bobot biaya (cost) dan ganjaran (reward) dari masing-masing solusi itu.


c) Menguji (tes) terhadap solusi itu.

Pada tahap ini dilakukan pengujian solusi dalam praktek kehidupan sehari-hari.


d) Mengevaluasi solusi

Pada tahap ini akan dinilai apakah solusi yang telah dipraktekkan itu dapat membantu menyelesaikan konflik.Apakah situasinya menjadi makin baik atau memburuk daripada sebelum solusi itu dicoba diterapkan?apakah solusi lain mungkin lebih efektif?


e) Menerima atau menolak solusi

Jika pihak-pihak yang berkonflik menerima solusi itu maka siap untuk lebih menerapkannya secara permanen.tetapi jika memtuskan bahwa ini bukan solusi yang baik (benar),maka kemungkinan akan menguji alternatif solusi lainnya atau barangkali kembali untuk mendefinisikan konflik tersebut.
Manajemen Konflik
Manajemen konflik interpersonal adalah cara atau strategi individu bertingkahlaku di dalam suatu konflik dengan orang lain yang akan ditenkukan oleh seberapa penting tujuan-tujuan pribadi hubungan dengan pihak lain (Johnson & Johnson, 1991).Sementara menurut Moberg (2001), gaya manejemen konflik adalah pola perilaku yang lebih disukai seseorang untuk diterapkan (dilakukan) ketika menghadapi situasi konflik.

Menurut Johnson & Johnson (1991) setiap orang yang berbeda akan menggunakan strategi dalanı manajernen konflik yang berbeda pula. Strategi ini dipelajari, biasanya pada masa anak-anak, dan berfungsi secara otomatis artinya seseorang sering tidak rnenyadari tindakannya dalam situasi konflik.Tetapi karena strategi manajemen konfik adalahhasil proses belajar, maka ini dapat dirubah dengan melalui proses pembelajaran yang baru.


Lebih lanjut, Johnson & Johnson (1991) menjelaskan bahwa pemilihan strategi manajemen konflik tergantung pada dua pusat perhatian yang ditekankan seseorang:Pencapaian suatu kesepakakan kebutuhan (needs) yang dimiliki seseorang dan mempertemukan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.Pemeliharaan hubungan yang selaras dengan orang lain.Berdasarkan dua pusat perhatian tersebut, ada lima strategi dasar dalam manajemen konflik yaitu:


1. The Turtle (Withdrawing).
Kura-kura lebih senang menarik dan bersembunyi di balik tempurung untuk menghindari konfiik. Mereka cenderumg menghindar dari pokok-pokokpersoalan maupun dari orang-orang yang dapat menimbulkan konflik.Mereka percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya akan berakhir sia-sia. Lebih mudah menarik diri dari konflik secara fisik maupun psikologis, daripada menghadapinya. Tentu saja akibatnya tujuan pribadi maupun hubungan dengan pihak lain tidak diperhatikan.


2. The Shark (Force).
Ikan hiu senang menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima solusi konflik yang ia sodorkan. Baginya tercapainya tujuan pribadi adalah hal yang utama, sedangkan hubungan dengan pihak lain tidak terlalu penting. Baginya konflik harus dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lainnya kalah. Ciri lain gaya ini ialah selalu mencari kemenangan dengan cara menyerang, mengungguli, dan mengancam pihak-pihak lain.


3. The Teddy Bear (Smoothing).
Seekor beruang kecil sangat mengutamakan hubungan dan kurang mementingkan tujuan-tujuan pribadinya. Ia ingin diterima dan disukai oleh orang lain. Ia berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari, demi keharmonisan. Setiap konflik tidak mungkin dipecahkan tanpa harus merusak hubungan. Konflik harus didamaikan, dan ia memilih sikap mengalah agar hubungan tidak menjadi menjadi rusak.


4. The Fox (Compromising).
Rubah senang mencari kompromi. Baginya tercapainya tujuan-tujuan pribadi maupun hubungan baik dengan pihak lain sama-sama penting.Ia mau mengorbankan sedikit tujuan-tujuannya dan hubungannya dengan pihak lain demi tercapainya kepentingan dan kebaikan bersama.


5. The Owl (Confronting).
Burung hantu sangat mengutamakan tujuan-tujuan pribadinya sekaligus hubungannya dengan pihak lain. Baginya,konflik merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya dan pemecahan itu harus sejalan dengan tujuan-tujuan pribadinya maupun tujuan-tujuan pribadi lawannya. Bagi individu dengan gaya ini, konflik bermanfaat meningkatkan hubungan dengan cara mengurangi ketegangan yang terjadi diantara dua pihak yang selalu berhubungan.Menghadapi konflik,individu akan selalu berusaha mencari penyelesaian yang memuaskan kedua pihak dan yang mampu menghilangkan ketegangan serta perasaan negatif yang mungkin muncul di dalam diri kedua pihak akibat konflik.


L. Mengakhiri Hubungan

Seringkali konflik dalam suatu hubungan tidak dapat dielakkan,entah dalam hubungan
persahabatan,perkawinan,ataupun hubungan antara orang tua dan anak.Biasanya konflik didahului karena adanya konflik atribusi diantara kedua belah pihak,terutama pada pihak yang merasa menderita dalam hubungan itu.

Bradbury & Fincham (1990) menemukan bahwa pada pihak pasangan yang menderita memandang penyebab atas kejadian-kejadian negatif berpengaruh secara global (dimensi globality menonjol), sedangkan kejadian-kejadian positif dilihat hanya sebagai kejadian khusus atau kebetulan. Jika digambarkan dengan teori Weiner, penyebab kejadian negatif dalam perkawinan dilihat sebagai hal yang global (mempengaruhi beberapa aspek dari hubungan itu), stabil (diharapkan akan terjadi lagi) dan dapat dikendalikan (oleh pasangannya). Fokus kejadian dilihat sebagai eksternal: "Itu kesalahannya".Pihak yang menderita dalam hubungan itu juga cenderung melihat Pasangan mereka bertingkah laku dimotivasi untuk dirinya sendiri dan memiliki niat yang negatif.


Ketika suatu hubungan yang erat mulai berkurang, maka muncul beberapa reaksi sebagaimana yang digambarkan oleh Rushbold & Zembrodt (1983) yaitu: membicarakan (voice), kesetiaan (loyalty), menolak (neglect),dan pergi(cxit).Reaksi-reaksi ini dibedakan berdasar dua dimensi, yaitu reaksi atau respon yang konstruktif destruktif dan aktif pasif. Reaksi voice (membicarakan) dan kesetiaan(loyalty) dianggap sebagai reaksi yang konstruktif karena Pada Umumnya berniat untuk mempertahankan hubungan, sedangkan exit (meninggalkan hubungan) dan neglect(menolak untuk menyelesaikan masalah) dianggap reaksi yang destruktif yang cenderung memutuskan atau mengakhiri hubungan. Istilah destruktif di sini lebih mengacu pada nasib hubungan yang dilakukan kedua belah pihak dan bukan pada individu-individu yang terlibat dalam hubungan itu.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,A.1991.Psikologi Sosial (edisi revisi).PT.Rineka Cipta.Jakarta


Dayaksini,T., & Hudainah.2015.Psikologi Sosial.UMM press.Malang


Mercer,J., & Clayton,D.2012.Psikologi Sosial.Erlangga.Jakarta


W.Sawarsono,S., & A.Meinamo,E.2009.Psikologi Sosial.Salemba Humanika.Jakarta

Komunitas Samin Kabupaten Blora dalam Arus Perubahan
















Disusun Oleh :


Rifai Anas Amirul Huda (Psikologi B-1) (185120300111030)


Universitas Brawijaya





Kabupaten Blora adalah sebuah kabupaten yang letaknya terpencil, Kabupaten Blora sendiri dikelilingi oleh deretan Pegunungan Kendeng. Berdasarkan wilayah Blora yang dikelilingi deretan pegunungan kapur tersebut, daerah ini menjadi terisolasi dari masyarakat sekitar. Hal itu dapat tercemin dalam kehidupan suku samin tempo dulu.


Ajaran Saminisme merupakan sebuah aliran yang mengajarkan idealisme yang kuat dimana ajaran ini menolak segala kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda yang pada waktu itu, misalnya saja pada saat Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan politik etis, suku samin ini menolak mentah-mentah untuk disekolahkan dan dijadikan objek politik Pemerintah Kolonial Belanda.


Sebutan suku samin ini sebetulnya kurang cocok untuk menggambarkan sekelompok orang yang mengikuti sebuah ajaran saminisme yang di bawa oleh Samin Surosentiko. Orang-orang yang menganut saminisme dalam skala yang banyak dan mendiami sebuah daerah ( Pati, Kudus, Bojonegoro, dan Blora) ini lebih tepat disebut dengan komunitas. Hal itu terjadi karena samin tidak memenuhi kriteria sebuah suku seperti adanya rumah adat, tarian tradisional, tetapi samin sendiri hanya berisi pemikiran dan ajran mengenai kehidupan.

Dalam ajarannya komunitas samin ini terdapat pokok-pokok ajaran yaitu sebagai berikut 1) Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama. Yang penting adalah tabiat dalam hidupnya. 2)Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka irihati dan jangan suka mengambil milik orang lain. 3) Bersikap sabar dan jangan sombong. 4) Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama denganroh dan hanya satu dibawa abadi selamanya.Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya. 5)Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena tertulis dalam Kitab Suci Orang Samin.


Sebagaimana ajarannya para pengikut saminpun mematuhi dan menaati apa yang dianggapnya sebgai falsafah hidup mereka tersebut. Orang orang samin biasanya mempunyai prinsip yaitu : tidak mau bersekolah, tidak mau memakai peci, tapi memakai tali kepala, tidak berpoligami, tidak memakai celana panjang ( hanya memakai celana selutut), tidak bergadang, dan anti terhadap kapitalisme. Penyebaran ajaran samin sendiri pertama kali Samin Surosentiko (tokoh pembawa ajaran samin) menyebarkan ajarannya di daerah Klopoduwur, Blora Jawa Tengah pada tahun1890. Setelah tahun 1890 ajaran samin ini cukup berkembang pesat dan akhirnya berkembang luas ke daerah utara pulau jawa semisal Pati, Kudus, Bojonegoro namun dari setiap daerah yang berbeda itu sebutan untuk komunitas samin ini berbeda-beda misalnya samin blora sering disebut sedulur sikep, sedangkan untuk daerah Pati dan Brebes, terdapat pecahan Samin yang disebut Samin Jaba dan Samin Anyar, yang telah meninggalkan tatacara hidup suku Samin dahulu.


Sebagian masyarakat memberikan stigma bahwa orang-orang Samin ini ngeyelean, sulit diatur. Sifat samin yang seperti itu terjadi karena kecenderungan orang-orang samin itu memang lugu, bahkan lugunya mereka melebihi batas wajar. Mereka selalu berbicara apa adanya dan dalam prinsip mereka penggunaan tingkatan bahasa dalam tatanan masyarakat Jawa pada umumnya ( krama inggil, krama madya, ngoko) tidak terlalu penting untuk dilaksanakan. Mereka berpandangan bahwa bahasa itu tidak penting tetapi yang lebih penting adalah tingkah laku seseorang. Dalam sistem kekerabatan orang samin tidak jauh berbeda dengan masyarakat jawa pada umumnya namun orang samin ini memiliki ciri khusu yaitu mereka tidak mengenal silsilah keluarga lebih dari kakek-nenek


Anti perubahan dan selalu mengasingkan diri dari masyarakat adalah sebuah stereotype yang sangat melekat pada komunitas samin ini. Pada asumsi ini tidak sepenuhnya bisa dibenarkan. Pada mulanya memang komunitas samin ini sangat kolot akan perubahan dimana mereka menolak segala kebijakan yang diperintahkan dari mulai Pemerintahan Kolonial Belanda sampai Pemerintahan Republik Indonesia ini, misalnya saja bila pada masa Belanda, komunitas samin ini kerap kali tidak membayar pajak, dan menyerahkan hasil pertaniannya kepada Belanda dengan alasan bahwa mereka menghuni tanah airnya sendiri dan menikmati hasil bumi dari alam, mengapa kok harus bayar segala.


Stereotype itu juga berkembang pada persoalan sosial kemasyarakatan khususnya perkawinan. Orang samin sering kali melaksanakan perkawinan tanpa melibatkan lembaga-lembaga pemerintahan (sejak zaman dahulu dan sekarang) dan agama. Hal itu terjadi karena agama masyarakat samin tidak diakui sebagai agama. Orang samin menyebut agama yang mereka anut adalah agama Adam yang diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi lainnya.


Lambat-laun kondisi masyarakat samin inipun berubah karena terjangan arus modernisasi dan perubahan yang begitu cepat. Dalam sosiologi dikenal konseop bahwa hakikat dari manusia adalah dinamis, dalam arti manusia itu selalu ingin melakukan perubahan-perubahan yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan akan interaksinya pula. Perubahan dapat terjadi secara cepat maupun lambat disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan. Umumnya masyarakat awam memiliki pandangan bahwa orang-orang samin adalah masyarakat yang statis, tidak maju, dan tidak berubah, namun pada faktanya kondisi masyarakat samin sekarang telah berubah dan mengikuti perkembangan zaman, disamping mereka juga masih memegang erat nilai-nilai luhur yang mereka anut.


Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat samin diantaranya yaitu 1) agama, agama yang dipercaya oleh masyarakat samin pada awalnya adalah agama Adam namun dengan berkembangnya waktu, berubah menjadi agama budhaisme, dan sekarang agama yang dianut orang samin adalah agama islam. Hal itu tercermin dari tulisan di kolom agama pada KTP orang samin yang tertera agama islam, walaupun dalam prakteknya mereka masih menerapkan agama Adam.2) perkawinan, di masa lalu orang samin yang hendak kawin hanya membutuhkan persetujuan orang tua namun mengingat sekarang mayoritas orang samin beragama islam maka mereka mengikuti prosedur formal yaitu melalui KUA (Kantor Urusan Agama).. 3) sanksi, dulunya masyarakat samin tidak mengendahkan adanya sanksi dikalangan masyarakat samin itu sendiri dan masyarakat umum, namun sekarang mereka mulai mengendahkan aturan-aturan formal yang berlaku. 4) Teknologi, masyarakat samin sekarang sudah mengenal teknologi, untuk kebutuhan mereka misalnya dalam pertanian masyarakat samin sudah menggunakan traktor, dalam kehidupan sosialnya masyarakat samin juga sudah memiliki sepeda motor dan televisi.5) Mata pencaharian, dahulu mayoritas masyarakat samin adalah petani, namun sekarang kebanyakan masyarakat samin adalah pedagang. Walaupun berdagang sebenarnya melanggar norma samin, namun karena jumlahnya semakin banyak maka hal itu dianggap sebagai sebuah kewajaran.


Kesimpulan : Masyarakat samin adalah masyarakat yang unik dan memiliki identitas yang khas dalam diri mereka. Identitas inilah yang masih dipegang oleh masyarakat samin sampai sekarang. Namun dengan derasnya arus modernisasi, masyarakat saminpun mengalami perubahan sosial seperti yang diterangkan diatas. Hal itu dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal terlebih lagi faktor pengaruh dari masyarakat luar (non samin)


Daftar Pustaka:


Soekanto, soerjono & Sulistyowati, budi.(2017) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,


Lestari, puji. Analisis Perubahan Sosial pada Masyarakat Samin (Studi Kasus di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Blora). https://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article/view/3403 (diakses pada 6 Oktober 2018)


Sri, indah & Lestari, puji. Masyarakat Samin Ditinjau dari Sejarah dan Nilai-nilai Pendidikan karakter. https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria/article/view/17737/0 (diakses pada 05 Oktober 2018)


Octaviani, emillia vinna. Pola Komunikasi Suku Samin di Kabupaten Blora Terkait ajaran yang dianutnya. http://journals.usm.ac.id/index.php/the- messenger/article/view/294 (diakses pada 05 Oktober 2018 )

Sabtu, 27 Oktober 2018

EKSISTENSI MEDIA RADIO PADA ABAD KE-20 HINGGA SAAT INI



Disusun guna menyelesaikan tugas Sejarah Peminatan Bab VII tentang Indonesia dan Dunia pada Masa Revolusi Teknologi Abad ke-20


Oleh :
Sinta Agustina Wismardhani
XII.IPS.4
27

SMA N 1 BLORA
Tahun Pelajaran 2017/2018
A. PENDAHULUAN

Dengan makin banyaknya satelit dipergunakan sebagai saluran komunikasi, peranan media massa mengalami dinamisasinya. Diduga bahwa setelah rangsangan pertama melalui salah satu media terhadap suatu permasalahan, maka orang akan mencari bahan tambahan dari jenis media yang sama atau akan memperluas perhatiannya terhadap media yang lain dan menggunakannya sebagai sumber informasi tambahan. Hal ini dikenal dengan pengaruh sentrifugal dari media. Salah satu sarana yang memperluas perhatian dan kebiasaan menggunakan media ialah satelit komunikasi, yang mampu menembus batas – batas geografis dan juga sangat memperpendek waktu berkomunikasi. Sifat aktualita karenanya meningkat.

Adapun penggunaan satelit ternyata lebih menguntungkan hubungan radio daripada diduga semula. Justru penggunaan radio yang dihubungkan dengan satelit telah merehabilitasi nilai semula dari radio, karena nilai aktualita makin dapat dipenuhi oleh radio dibandingkan dengan saingannya, yaitu televise. Bila penganaktirian radio pada masa lampau terjadi karena orang terlalu menitikberatkan sifat visual televise yang dipertentangkan dengan nilai sifat audio radio, maka dewasa ini dengan peningkatan kebutuhan akan aktualita, ternyata justru teknik visualisasi tersebut memakan lebih banyak waktu dan keterampilan yang dikorbankan untuk nilai aktualita tersebut. Keadaan ini mendadak dan tidak direncanakan, sukar dapat direkam dan disiarkan segera oleh televise. Lain halnya dengan radio yang tidak memerlukan banyak waktu persiapan untuk menyiarkan kejadian demikian secepat mungkin. Selain berfungsi sebagai sumber informasi, maka radio juga berfungsi sebagai sarana hiburan dan sarana pendidikan.


a.     Rumusan Masalah
1.      Seperti apakah keadaan media radio pada abad ke-20?
2.      Bagaimana eksistensi radio dimasa sekarang ini?
3.      Bagaimana peranan radio dan kemampuan nyata dalam masyarakat?
4.      Bagaimana peranan radio dalam pemupukan identitas nasional?

b.     Tujuan
Tujuan dari penulisan essay ini adalah  dengan ditulisnya essay ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana media radio pada abad ke- 20 hingga sekarang, essay ini menjelaskan bagaimana eksistensi media radio pada masa kini, dan memaparkan berbagai peranan media radio di beberapa bidang di masyarakat.

c.      Manfaat
Manfaat penulisan essay ini bagi penulis adalah essay ini bermanfaat bagi penulis sebagai tolak ukur pemahaman mengenai pengetahuan teknologi pada abad ke- 20. Selain itu, manfaat penulisan essay ini bagi generasi muda adalah essay ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan atau informasi mengenai media radio pada abad ke- 20 hingga eksistensinya sampai saat ini dan peranannya di beberapa bidang di masyarakat.








B.  ISI / PEMBAHASAN

1.  Keadaan Media Radio Pada Abad Ke-20
Perkembangan IPTEK pada abad ke-20, boleh dikatakan banyak bermunculan inovasi baru yang telah merubah kehidupan peradaban umat manusia. Inovasi IPTEK yang menonjol pada abad ke-20, yaitu pada waktu terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Adapun inovasi IPTEK yang diimplementasikan pada abad ke-20, yaitu seperti : pesawat terbang, roket, tank, eksplorasi antariksa hingga penemuan bom bertenaga atom.

Penemuan serat optic adalah salah satu penemuan penting yang melahirkan sarana telekomunikasi untuk mempermudah komunikasi manusia. Keistimewaan dari serat optic ialah kemapuannya membengkokkan jalannya cahaya. Serat optic ini berupa kaca yang bersifat fleksibel atau filament plastic transparan yang memancarkan cahaya melalui serangkaian pantulan internal. Pada awalnya serat optic ini digunakan hanya dalam bidang kedokteran tetapi kemudian berkembnag untuk mengirimkan telex, telefon dan sinyak televises kabel dimana serat optic ini memiliki keunggulan dibandingkan kabel logam.

Abad ke-20 ditandai juga dengan teknologi komunikasi penting yang membuat hubungan di dunia ini tidak lagi terbatas oleh jarak dan wilayah serta benua. Satelit komunikasi merupakan jaringan satelit raksasa yang berada dalam orbit geostasioner di sekitar bumi. Satelit komunikasi ini berfungsi untuk siaran televisi dan radio dalam skala global sehingga suatu kejadian di suatu Negara akan dapat diketahui dunia dalam waktu yang relative cepat. Teknologi yang muncul pada abad ke-20 merupakan kelanjutan dari hasil-hasil teknologi sebelumnya yang kemudian disempurnakan kembali sesuai dengan semakin berkembangnya pengetahuan manusia.
2.     Eksistensi Radio Dimasa Sekarang Ini
Memasuki era digital seperti sekarang ini, jika dilihat dari banyaknya media yang menyajikan beragam informasi dan hiburan, sepertinya radio nasibnya akan tersingkirkan. Tapi hebatnya, ternyata radio mampu bertahan walaupun banyak gempuran dari beragam media lainnya seperti televisi, smartphone, internet dan sebagainya. Jika secara bentuk fisiknya, radio sudah mulai jarang diminati. Coba lihat di toko elektronik, sekarang ini jarang sekali menemukan orang yang dengan sengaja mencari radio untuk membelinya. Sekalinya ada mungkin hanya sedikit peminatnya, salah satunya mungkin para kolektor barang antik. Karena untuk mendengarkan siaran radio kini sudah bisa lewat beragam media lainnya seperti pada player yang berada pada mobil, smartphone dan sebagainya.

Perkembangan zaman memberikan banyak pilihan, termasuk untuk memilih hiburan dan informasi dari beragam media membuat keberadaan radio semakin terpojokan, kebanyakan orang mendengarkan radio hanya pada saat mengendarai mobil atau mungkin saat di warung makan dan warung kopi di pinggir jalan serta lainnya. Walaupun masih ada pendengar setianya tapi jumlahnya mungkin tidak sebanyak dulu. Kendati demikian tapi keberadaanya masih tetap saja eksis sampai sekarang, menurut Nielsen Radio Audience Measurement mencatat bahwa meskipun internet tumbuh pesat tapi tidak berarti bahwa jangkauan akan pendengar radio menjadi rendah. Walaupun penetrasi media televisi 96%, media luar ruang sebesar 52% dan internet 40%. Namun media radio masih cukup baik berada di angka 38% pada kuartal ketiga pada tahun 2016. Masih menurut data dari Nielse, hingga pertengahan tahun 2016 radio masih didengarkan oleh sekitar 20 juta orang Indonesia.


3.     Peranan Radio dan Kemampuan Nyata Dalam Masyarakat
Pengaruh sifat aktualita yang dapat dilayani oleh radio, lebih cepat daripada televisi. Hal ini telah mengakibatkan evaluasi yang lebih positif terhadap radio daripada sebelumnya. Terutama karena dalam bentuk transistor, radio lebih murah daripada televisi dan dapat tersebar di pedesaan, dan radio bagi masyarakat berkembang akan mempunyai peranan yang tidak kalah dengan televisi, terutama dalam isi-mengisi kebutuhan manusia akan informasi. Karena radio transistor lebih mudah dibawa dan tidak terlalu terikat pada tempat serta harganya yang murah, maka negara berkembang akan lebih banyak mengambil manfaat radio sebagai sumber informasi ditinjau dari segi individual di mana tiap orang akan membeli sarana komunikasi ini dari kantongnya sendiri.

Selain berfungsi sebagai sumber informasi, maka radio juga berfungsi sebagai sarana hiburan dan sarana pendidikan. Bahwa fungsi sebagai sarana hiburan lebih mudah dipenuhi, terbukti dari suatu penelitian yang ditugaskan kepada Departemen Komunikasi FIS-UI sebagai penugasan Departemen Penerangan di daerah perbatasan Propinsi Riau, dalam tahun anggaran 1976/77. Penelitian ini menemukan bahwa memang daratan Propinsi Riau telah dapat dicakup oleh TV maupun radio. Lain halnya di Riau-Kepulauan yang belum dapat menangkap siaran TV dari Pekanbaru dank arena itu sangat tergantung dari radio Tanjungkarang. Ternyata bahwa fungsi radio, terutama siaran RRI dalam hubungan ini hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, terutama musik populer Indonesia. Untuk kebutuhan lainnya, pendengar radio di Riau-Kepulauan lebih cenderung mendengarkan radio dan TV negara tetangganya yaitu Singapura dan (terutama) Malaysia. Ternyata bahwa hambatan utama bukan saja hambatan teknik, akan tetapi juga hambatan budaya, yaitu masalah bahasa. Karena bahasa Melayu Riau lebih mendekati bahasa Malaysia daripada bahasa Indonesia, maka bagi penduduk Riau-Kepulauan terlalu sukar untuk dapat “menangkap makna” siaran RRI nonmusik. Sehubungan dengan ini, penduduk memperoleh informasi tentang Indonesia melalui siaran radio tetangganya. Situasi ini merupakan suatu tantangan bagi RRI Tanjungkarang, terutama karena TVRI belum dapat menjangkau wilayah kepulauan tersebut.
  
Dalam hubungan ini dijelaskan bahwa kemampuan audio radio sangat menghambat dalam situasi kebudayaan yang tidak sama. Mungkin sekali sifat televisi yang disamping berkemampuan audio juga bersifat visual ini, lebih dapat menerobos perbedaan budaya. Walaupun demikian selama televisi belum menjangkau kepulauan ini, maka perlu diusahakan adanya suatu perimpitan kepentingan (overlapping of interests) antara komunikator RRI dengan komunikannya di kepulauan / wilayah yang kurang memahami bahasa Indonesia, hal mana mudah dilakukan dengan dengan umpamanya pengadaan siaran “ulangan” terutama warta berita dari pusat yang diterjemahkan ke dalam bahasa setempat. Juga informasi yang penting perlu disiarkan dalam dua logat bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan logat Melayu Riau. Di daerah lain hal ini dapat dilakukan pula, terutama daerah perbatasan dimana TVRI belum dapat mencapai komunikannya.

Dilihat dari contoh Riau-Kepulauan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pendidikan melalui radio sebagai salah satu media massa ialah terutama dalam bidang pendidikan informal. Pendidikan informal berbeda dengan pendidikan formal maupun nonformal dalam sifatnya, di mana pendidikan informal tidak mempunyai kurikulum apalagi silabus. Sifat pendidikan informal tidak teratur dan biasanya terbatas pada pembahasan masalah yang aktual. Dengan demikian sifat pendidikan informal lebih dekat dengan pemberian informasi aktual daripada pendidikan teratur.
Informasi merupakan rangkaian data yang telah diseleksi dan dirangkaikan oleh komunikator sedemikian rupa, sehingga merupakan suatu “pengetahuan” yang dapat dipergunakan. Data merupakan bahan mentah yang masih perlu diseleksi dan diolah.

Bagi Negara berkembang, yang berkemampuan membawa informasi aktual dan merupakan suatu sarana komunikasi yang sangat penting ialah media massa. Melalui informasi aktual/pendidikan informal, perhatian komunikan dapat dirangsang dan diarahkan untuk pertama kalinya ke suatu arah tertentu. Melalui pengulangan dan perluasan oleh media yang sama atau media yang lain, pengetahuan masyarakat akan ditunjang. Karena itu radio merupakan sarana pembuka jalan bagi media lainnya maupun memperkenalkan untuk pertama kalinya suatu masalah sebelum penyuluh melanjutkan dan memperdalam pengetahuan komunikan tentang masalah tersebut. Dengan demikian, radio menjadi perangsan bukan saja untuk pendidikan nonformal yang merupakan serangkaian kursus, melainkan juga untuk pendidikan formal. Dalam situasi kekurangan guru, radio dapat menunjang penyebaran dan pengulangan bahan pelajaran pendidikan formal maupun nonformal, walaupun pengajaran melalui radio tanpa guru, tidaklah mungkin atau hanya menghasilkan mutu pendidikan yang rendah sekali. Bagaimanapun juga kehadiran guru bagi dalam komunikasi langsung dan berkomunikasi timbal – balik, tidak dapat diganti oleh media massa yang umumnya bersifat komunikasi searah, karena komunikasi langsung dan timbal - balik merupakan syarat mutlak proses belajar yang efektif. Dari apa yang dikatakan terdahulu, jelaslah bahwa kemampuan media massa ialah terutama mengadakan penyebaran atau difusi informasi, berbeda dengan komunikasi vertikal, terutama bersifat mempengaruhi secara psikologis dan mendalam.

4.     Peranan Radio Dalam Pemupukan Identitas Nasional

Telah dikatakan, dengan memperhatikan aktualita, maka radio menjadi sarana komunikasi yang berkemampuan mengadakan mobilitas sosial. Mobilitas sosial dan perubahan masyarakat dengan sendirinya akan mengakibatkan perubahan nilai. Keadaan ini mudah menjurus kepada disorganisasi dan disintegrasi sosial suatu masyarakat. Dengan sendirinya diperlukan pengadaan usaha reintegrasi secepat mungkin, agar suatu bangsa tidak akan menjadi “a nation of nations”.

S.N. Eisenstadt, dalam tulisannya “The changing vision of modernization and development” menyebut adanya enam krisis dalam proses modernisasi, yaitu :
            1. Krisis identitas
            2. Krisis legitimitas
            3. Krisis penetrasi
            4. Krisis partisipasi
            5. Krisis integrasi
            6. Krisis penyebaran / distribusi
            Krisis ini terjadi terutama karena mobilitas sosial. Disamping itu karena konsep tradisi dipertentangkan sebagai paradigma dengan proses modernisasi. Dengan demikian terjadilah pemikiran implisit seakan – akan semua yang berakar pada tradisi adalah salah. Akibat paradigma ini terutama ialah bahwa banyak nilai tradisional telah dibuang, sebelum ada nilai yang baru. Juga masalah urbanisasi dan industrialisasi tanpa adanya penampungan melalui reintegrasi sosial, merupakan salah satu akibat dari konsep pertentangan modernisasi dengan tradisi.  
                        Sebaliknya banyak penelitian membuktikan adanya kemampuan penyesuaian lembaga sosial tradisional, yang telah memungkinkan modernisasi tanpa mengorbankan identitas dan kepribadian bangsa. Penelitian inilah yang kemudian membuktikan bahwa perubahan / modernisasi tidaklah uniliniar dan bahwa proses modernisasi merupakan suatu rangkaian proses diferensiasi, mobilitas sosial dan perubahan nilai, yang mengadakan beberapa pengelompokan sosial yang baru dan yang dengan sendirinya akan mengakibatkan ketegangan sosial lagi. Dilihat dari masalah ini bagaimanakah peranan media massa, terutama radio?
                        Telah dikatakan bahwa pada satu pihak, radio dapat menjadi sarana mobilitas sosial, pembawa nilai – nilai baru, akan tetapi apakah tugasnya hanya terbatas pada tugas ini dilihat dari perlunya regintegrasi sosial diadakan secepat mungkin, bahkan kalau mungkin bersamaan dengan proses mobilitas sosial tersebut. Dalam hubungan ini, justru kenyataannya menunjukkan bahwa radio menjadi sarana hiburan, member jalan baru bagi radio sebagai sarana komunikasi massa untuk menanamkan dan memupuk nilai – nilai tradisional yang baik. Sebagaimana diketahui, justru dalam bentuk hiburan, dalam bentuk musik, radio mengikat pendengarnya. Dari segi ini jelaslah bahwa hiburan sebagai pencerminan kebudayaan bangsa, pencerminan kepribadian bangsa dapat ditunjang dan disebar serta dipupuk sebanyak mungkin oleh radio. Banyaknya kaset music populer maupun music tradisional ataupun drama tradisional yang dikenal sebagai wayang orang dan lain – lain, menunjukkan bahwa manusia Indonesia sudah terbiasa dengan media audio. Radio mempunyai kesempatan yang cemerlang yang tidak boleh terlalui, sebelum masyarakat luas terikat pada televisi.
                        Disamping membawa pesan pembaharuan, radio dapat dimanfaatkan untuk tetap mempertahankan kepribadian daerah dan membantu manusia mempertahankan identitasnya. Apabila proses modernisasi ialah proses pemupukan kesatuan bangsa, musik populer mencerminkan kebudayaan kontemporer Indonesia, maka music dan drama daerah merupakan pencerminan kebudayaan dan nilai – nilai khas Indonesia. Sebagai saluran komunikasi pembangunan, radio tetap bermanfaat, akan tetapi perlu ditunjang lebih lanjut oleh para penyuluh. Informasi yang terlalu teknis dan terinci kurang tepat untuk disebarkan melalui radio, karena sifatnya yang audio. Lain halnya dengan televisi yang dalam bidang ini dapat lebih memperlihatkan melalui visualisasi apa yang dimaksudkan.

C. Penutup   

1.     Kesimpulan
                        Dengan makin banyaknya satelit dipergunakan sebagai saluran komunikasi, peranan media massa mengalami dinamisasinya. Diduga bahwa setelah rangsangan pertama melalui salah satu media terhadap suatu permasalahan, maka orang akan mencari bahan tambahan dari jenis media yang sama atau akan memperluas perhatiannya terhadap media yang lain dan menggunakannya sebagai sumber informasi tambahan. Hal ini dikenal dengan pengaruh sentrifugal dari media. Salah satu sarana yang memperluas perhatian dan kebiasaan menggunakan media ialah satelit komunikasi, yang mampu menembus batas – batas geografis dan juga sangat memperpendek waktu berkomunikasi. Sifat aktualita karenanya meningkat.
Bagi Negara berkembang, yang berkemampuan membawa informasi aktual dan merupakan suatu sarana komunikasi yang sangat penting ialah media massa. Melalui informasi aktual/pendidikan informal, perhatian komunikan dapat dirangsang dan diarahkan untuk pertama kalinya ke suatu arah tertentu. Melalui pengulangan dan perluasan oleh media yang sama atau media yang lain, pengetahuan masyarakat akan ditunjang. Karena itu radio merupakan sarana pembuka jalan bagi media lainnya maupun memperkenalkan untuk pertama kalinya suatu masalah sebelum penyuluh melanjutkan dan memperdalam pengetahuan komunikan tentang masalah tersebut. Dengan demikian, radio menjadi perangsan bukan saja untuk pendidikan nonformal yang merupakan serangkaian kursus, melainkan juga untuk pendidikan formal. Dalam situasi kekurangan guru, radio dapat menunjang penyebaran dan pengulangan bahan pelajaran pendidikan formal maupun nonformal, walaupun pengajaran melalui radio tanpa guru, tidaklah mungkin atau hanya menghasilkan mutu pendidikan yang rendah sekali. Bagaimanapun juga kehadiran guru bagi dalam komunikasi langsung dan berkomunikasi timbal – balik, tidak dapat diganti oleh media massa yang umumnya bersifat komunikasi searah, karena komunikasi langsung dan timbal - balik merupakan syarat mutlak proses belajar yang efektif. Dari apa yang dikatakan terdahulu, jelaslah bahwa kemampuan media massa ialah terutama mengadakan penyebaran atau difusi informasi, berbeda dengan komunikasi vertikal, terutama bersifat mempengaruhi secara psikologis dan mendalam.

2.     Saran
Media massa seperti radio hendaknya harus terus dikembangkan dan diberi perhatian khusus. Hal tersebut demi meningkatkan mutu atau kualitas serta tetap menjaga eksistensi radio dimasa sekarang ini. Radio yang telah banyak memberikan informasi sejak dahulu, haruslah tetap dijaga dan dikembangkan agar media yang satu ini tetap dapat memberikan informasi dan hiburan bagi para pendengarnya. Masyarakat juga diajak untuk menggermari media radio agar menambah wawasan dan mendapatkan informasi yang berguna.

DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Astrid. 1986. Komunikasi Massa 1. Jakarta: Binacipta

Susanto, Astrid. 1986. Komunikasi Massa 2. Jakarta: Binacipta

Suroso, Apriandi. 2015. Revolusi Teknologi Abad Ke 20.
(https://ilmupengetahuansosial2015.blogspot.co.id/2015/11/revolusi-teknologi-abad-ke-20.html?m=1)