Minggu, 03 Maret 2019

Analisis Opini dan Fenomena “POLITIK TEMPE” menggunakan teori medan. (Kurt Lewin) Psikologi Sosial

Teori Medan Kurt Lewin sendiri adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa dalam menganalisis kepribadian seseorang tidak bisa hanya menganalisis satu bagian implisit saja melainkan harus secara keseluruhan. Dalam teori ini dikenal dengan istilah ruang hidup dimana mencakup masa lalu, masa kini, dan masa depan.  Dikenal juga konsep valensi yang merupakan nilai region yang mempengaruhi pribadi dalam sebuah tujuan, serta konsep bektor yang merupakan arah dari sebuah tujuan itu sendiri.
            Selain itu, teori medan sendiri merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan  kenyataan psikologisnya. Konsep penggambaran ini harus cukup luas dalam menjelaskan dan menggambarkan semua bentuk tingkah laku yang dapat diterapkan, sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret.
     Dalam beberapa pekan terakhir publik dihebohkan dengan aksi saling sindir diantara dua paslon yang akan maju dalam pemilihan presiden. Kedua kubu saling lempar sindiran dan bola panas yang dikalangakar rumput makin menjadi-jadi. Salah satu yang cukup sering terdengar saat ini adalah ungkapan Sandiaga Uno tentang adanya tempe yang setipis kartu ATM. Hal ini ditemuinya disalah satu penjual pasar yang ada dijakarta. Penjual tersebut mengakui bahwa ia menipiskan ukuran tempe yang dijualnya karena terjadinya inflasi dan memaksanya mengecilkan ukuran potongan temepe karena takut tak dapat laku dipasar mengingat ia menganggap bahwa sekarang daya beli masyarakat sedang menurun.
Terjadinya lonjakan harga tempe dipasarnya dikatakan sebagai imbas dari naiknya harga impor kedelai sebab jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Hal ini tidak dibarengi dengan meningkatnya daya beli masyarakat sehingga dikhawatirkannya dapat memicu krisis ekonomi. Hal ini diamini nya sebagai akibat dari elite pusat yang mengabaikan kepentingan ekonomi mikro demi mengejar ketertinggalan di bidang infrastruktur.
Walau begitu pendapatnya itu memancing tanggapan dikalangan netizen yang menganggap bahwa pernyataan sandiaga ini hiperbolik. Bahkan banyak muncul meme terkait pernyataan sandiaga dan sindiran terkait ucapanyya di internet. Terkait hal ini ia menganggap nya sebagai bagian dari proses kampanye pihak lawan. Terkait tantangan #100ribudapatapa menurutnya tantangan itu baik demi membantu perekonomian umkm di masyarakat kecil.
            Analisis teori medan sendiri merupakan suatu teori yang menekankan mengenai kehidupan keseluruhan seseorang dalam menjalani hidup. dalam menjalaninya, selalu terdapat hambatan maupun sesuatu yang mendorong seseorang tersebut dalam mencapai tujuannya.
            Dalam hal ini, tindakan atau opini sandiaga yang menyatakan tentang krisis ekonomi yang dialami Indonesia, yang dibuktikan dengan tipisnya irisan tempe seperti kartu ATM dan kecilnya ukuran tahu. Yang tentunya dia sadar akan penyebutannya sedikit hiperbolis tetapi dian meyakini bahwa itulah yang ada dalam relitas kali ini.
            Pandangan Sandiaga mengenai tipisnya tempe saat ini juga didukung dengan opininya mengenai terpuruknya Rupiah dengan dibandingkan dengan Dollar Amerika Serikat, yang berdampak akan impor kedelai yang mahal yang selalu terjadi, sehingga meningkatnya harga atau mengurangi kuantitas sebagai pilihan para Rumah Tangga Produksi kecil, menurutnya.
            Dalam hal ini, jika dilihat melalui teori medan. Tujuan dari Sandiaga sendiri sebenarnya adalah ingin membuktikan kepada khalayak dan warga Indonesia saat ini bahwa, Negara Indonesia ekonominya sedang terpuruk karena nilai Rupiah dengan Dollar AS yang hampir mencapai lima belas ribu. Sehingga dia menyatakan opini tersebut dengan yakin dan bahwa dia benar agar menurut orang lain pun benar.Sandiaga Uno sebagai pihak yang terlibat kasus politik “tempe” ini, dalam teori lewin mempunyai goals ingin membuktikan bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini sedang krisis. Dalam mencapai tujuannya tersebut Sandiaga Uno harus melewati sebuah uji kebenaran dan sandiaga Uno mengacu pada argumen pembeli yang pernah di temuinya di Duren sawit yaitu Ibu Yuli (Driving Force). Opini sandiaga yang didasarkan atas temuannya tersebut dalam teori Lewin termasuk tahapan vektor, yaitu tahapan yang mendorong seseorang untuk menuju regionnya dan berada dalam lingkaran pribadi.
            Dalam vektor sendiri terdapat Valensi positif dan negatif. Valensi positifnya merupakan hasil-hasil temuan Sandiaga Uno (event)  mengenai kondisi harga bahan pokok di sejumlah pasar seperti Parung panjang, Bogor dan Duren Sawit yang diklaim sangat mahal oleh Sandiaga Uno yang menandakan kondisi ekonomi Indonesia memang sedang memburuk.
            Dalam tindakannya dalam menyatakan opini, dia sadar akan netizen-netizen yang kritik dan pihak-pihak yang berkomentar, apalagi mengenai pendapat dan komentar-komentar dari netizen terutama pendukung kubu lawan dari Sandiaga, yaitu pendukung dari Jokowi. Dia sadar serta menerima serta mengerti akan ada banyak pihak yang berkomentar sehingga dia mengelak dan menampis bahwa dia sedikit tidak peduli dengan komentar tersebut karena memang tidak ada habisnya. Namun sehingga dia tetap menjunjung atas dasar survei yang ia lakukan (Valensi positif).
            Disisi lain dalam vektor ini juga terdapat Valensi negatif. Valensi negatif dalam teori Kurt Lewin merupakan sebuah dorongan yang menjauhkan pribadi dari goals dan memicu ketegangan pribadi. Dalam konteks politik “tempe” valensi negatif yang terjadi adalah blusukkan yang dilakukan oleh Jokowi di pasar Surya Kencana.  Tidak berlangsung lama dari keluarnya pendapat Sandiaga, Jokowi melakukan melakukan peninjauan dengan cara blususkan dan menjawab mengenai opini dari Sandiaga yang mengatakakan tempe sekarang setipis kartu ATM. Jokowi dan pendukungnya hingga membalas dengan memfoto dan membuktikan secara langsung bahwa perkataan dari Sandiaga hanya sebuah ucapan hiperbolis (Valensi Negatif). Namun Sandiaga yang tidak memberikan komentar dan tanggapan akan pembelaan dan pembuktian dari pendukung Jokowi.
            Ketika pendukung Jokowi dan netizen mempermasalakan pendapat dari Sandiaga, Ia dan pendukungnya tetap meyakini bahwa perekonomian Indonesia yang belum atau masih dalam keadaan krisis dimana dia menjelasakan beberapa bukti lain dan tetap kokoh akan pendiriannya dengan ukuran tempe yang tipis.
            Para beberapa orang juga saling memberikan suatu pengalaman untuk mendukung pendapat dari Sandiaga, mereka rata-rata membicarakan juga bahwa mereka juga pernah mengetahui akan ukran tempe yang saat ini juga tipis-tipis yang beda dengan 4 tahun lalu. Pedagang dan rekan-rekannya yang mengeluh kesahkan permaslahannya kepada Sandiaga juga mengungkapkan bahwa mereka tercekik dengan kondisi ekonomi yang saat ini berlaku.  Mereka bercerita kepada Sandiaga bahwa dalam mengatasi perekonomian yang mencekik mereka dalam beproduksi seperti tahu dan tempe, mereka menyiasati dengan mengecilkan ukuran tahu dan tempe.
            Dalam mendalami dan mendukung akan pendapatnya yang menurutnya benar, dia membandingan kondisi harga barang saat ini dengan empat tahun lalu, dia hingga menyebutkan bhwa uang seratus ribu rupiah hanya bisa dibelikan beberapa barang saja saat ini, sedangkan empat tahun lalu masih sedikit lebih banyak uang seratus ribu jika dibelikan barang-barang. Secara logika, memang pernyataan Sandiaga mengenai “dengan uang seratus ribu dapat apa” sebenarnya juga benar, namun banyak komentar pedas yang membuktikan bahwa zaman sekarang seratus ribu masih dapat dan cukup untuk dibelikan barang-barang kebutuhan.
            Dari dinamika yang dialami oleh Sandiaga itu sendiri sebenarnya tidak terlalu melihat mengenai respon dan tanggapan, tetapi dia hanya ingin membuktikan menurut pandangannya dan pendukungnya mengenai kondisi perekonomian Indonesia yang tidak sehat, sebagai bahan kampanye dan perbandingan timnya dengan tim Jokowi.
            Dalam Teori Lewin Valensi-valensi tersebut ( baik positif dan negatif ), seperti opini tiap pendukung dan survey yang dilakukan oleh keduanya akan saling beradu untuk mengubah vektor yang terjadi, ketika valensi positif yang telah dijelaskan diatas lebih dominan maka pribadi dalam lingkungannya akan lebih mudah dalam mencapai sebuah goals, akan tetapi apabila valensi negatifnya lebih dominan dan lebih unggul dari valensi positif maka yang terjadi adalah akan terjadi perubahan vektor dan tidak terpenuhinya sebuah goals yang diinginkan (restraining force). Selain itu juga dapat diungkapkan konsep lokomosi dalam teori Lewin apabila sesorang mengalami ketegangan pribadi maka akan terjadi lokomosi dimana Ia akan  menyediakan pemuasan kebutuhan pribadi-dalam, atau menjauhi region yang menimbulkan tegangan pribadi-dalam, hal ini terkait dengan perubahan persepsi dan atensi.