Minggu, 01 September 2019

Arti Korupsi dari Mahasiswa amatir


            Korupsi, kata yang sering kali kita dengar pada pemberitaan di media-media. Entah penangkapan pejabat desa, bupati, dan sampai elite politik di Senayan.  Terbaru kita mendengar tertangkapnya ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuzi alias Romi yang diduga terlibat dalam praktik suappejabat kemenag. Korupsi sejatinya bukanlah hal baru yang tabu untuk dibahas. Banyak tulisan-tulisan yang sudah bertebaran mengenai korupsi. Entah itu pembahasan tentang pentingnya penegakan korupsi, penguatan lembaga korupsi atau himbauan masyarakat agar terhindar dari praktik korupsi. Banyak faktor yang menyebabkan korupsi itu sendiri, jikalau dikalangan pejabat, tingginya ongkos politik dinilai memicu praktik korupsi dan bagi-bagi kekuasaan. Pejabat yang ingin menduduki kursi DPR misalnya, harus mengerahkan segala kemampuannya baik SDA ataupun SDM demi memperoleh kemenangan. Tak diragukan lagi mereka rela mengeluarkan banyak uang untuk membujuk masyarakat agar mau memilihnya. Selain itu ada juga politik mahar yang diusung sebagian partai politik. Politik mahar itu sendiri merupakan sejumlah uang yang digelontorkan bakal calon kepada partai politik sebagai syarat mereka untuk bisa memakai atau “menunggangi” kendaraan politik. Alhasil ketika mereka dipilih banyak yang lupa akan visi misinya banyak yang gelap mata, yang terbesit di pikiran mereka hanyalah bagaimana cara mengembalikan modal mereka ataupun menutup utang-utang politik yang telah digunakan untuk memenangkan sebuah kursi.
            Lantas apakah korupsi hanya melibatkan kaum elite birokrat saja?, jawabannya tidak. Korupsi tidak hanya dilakukan oleh kaum elite birokrat melainkan seluruh pihak masyarakat terkhusus mahasiswa. Mahasiswa yang digadang-gadang sebagai”agent of change” masyarakat juga mampu terlibat dalam tindak pidana korupsi. Misalnya kasus mahasiswa titip absen, kasus mahasiswa memanipulasi laporan keuangan organisasi, kasus mahasiswa menyontek, kasus mahasiswa membayarkan calo untuk masuk di sebuah instansi-instansi. Ambil contoh kasus mahasiswa menyontek. Mengapa menyontek bisa disamakan dengan korupsi?, jawabanya adalah cikal bakal dari korupsi adalah nilai kejujuran. Menyontek merupakan sebuah tindakan yang tidak jujur, tidak percaya diri dan tidak mau berusaha. Sifat individu yang tidak mau berusaha namun memiliki nafsu untuk mendapatkan segalanya merupakan bibit-bibit korupsi. Normalnya orang yang merasa tidak bisa akan belajar dan berusaha agar mencapai standar kompetensi lulus, akan tetapi bila nilai kejujuran dalam diri individu itu sudah hilang, yang ada hanya sifat nafsu menghalalkan segala cara termasuk menyontek. Jika seorang mahasiswa sudah terbelenggu dalam virus menyontek Ia akan kesulitan melepaskan nilai-nilai ketidak jujuran itu. Mahasiswa akan cenderung berfikiran “ Ah nyontek aja daripada berusaha susah payah tapi gak ada hasil”. Sifat-sifat seperti ini akan terus tumbuh sampai dewasa dan sampai mereka memasuki dunia kerja apabila tidak segera dibasmi. Mahasiswa yang terbiasa menyontek akan lebih mengandalkan seseorang dan menganggap semuanya bisa dibayar. Alhasil ketika mereka mencari pekerjaan mereka akan cenderung menerapkan sistem curang juga entah menyogok panitia, mencari kenalan panitian seleksi dsb.
            Dampak korupsi itu luas sekali jika ditelaah. Mulai dari merugikan negara hingga milliyaran rupiah sampai pada merusak pembangunan sosial, ekonomi dan budaya suatu bangsa.

KRITIK JURNAL “MACROECONOMIC CONDITION AND BANKING INDUSTRY PERFORMANCE IN INDONESIA.

Link Jurnal : https://www.researchgate.net/publication/323937309_MACROECONOMIC_CONDITION_AND_BANKING_INDUSTRY_PERFORMANCE_IN_INDONESIA

Nama : Rifa’i Anas Amiurl Huda
NIM : 185120300111030
Kelas : B.Psi 2
Fakultas/Prodi : FISIP/Psikologi

            Jurnal ini adalah jurnal penelitian yang membahas mengenai kajian dampak ekonomi makro terhadap NPL dan CAR. NPL (Non Performing Loan) adalah salah satu indikator kesehatan aset suatu bank. Indikator tersebut dapat berupa rasio keuangan pokok yang mampu memberikan informasi penilaian atas kondisi permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar, serta likuiditas. NPL yang biasa digunakan adalah NPL neto, yakni NPL yang telah disesuaikan. Penilaian kualitas aset sendiri merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank serta kecukupan manajemen risiko kredit. Hal tersebut berarti NPL merupakan indikasi tentang adanya masalah dalam bank tersebut, yang apabila tidak segera diatasi, maka akan membawa dampak buruk bagi bank itu sendiri.
            Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6 / 10 / PBI / 2004 tanggal April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) yakni sebesar 5%. Faktor pendukung terjadinya NPL diantaranya :
1.      Tidak adanya Itikad Baik dari Debitur, artinya debitur tidak mampu/ tidak mau melunasi bunga dan pokok pinjaman. Hal ini akan menyebabkan nilai NPL pada bank akan semakin besar, secara otomatis kondisi ini akan mengurangi deviden dan laba dari bank.
2.      Kebijakan dari Pemerintah dan Bank Indonesia. Misalnya kebijakan kenaikan BBM tentu akan menyebabkan perusahaan yang mengkonsumsi BBM untuk kegiatan produksinya akan membutuhkan dana tambahan yang diambilkan dari laba (yang dianggarkan untuk pembayaran cicilan kredit), guna memenuhi biaya produksi. Pada akhirnya, perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam membayar utang-utangnya pada bank.
3.      Kondisi Perekonomian. Kondisi perekonomian suatu Negara juga memiliki pengaruh atau andil cukup besar terhadap kemampuan debitur dalam melunasi utang-utangnya. Indikator-indikator ekonomi makro yang mempunyai pengaruh terhadap NPL antara lain:inflasi dan kurs rupiah.
            Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.
            Dalam Perekonomian Indonesia, besar bank-nya masih mengandalkan kredit sebagai pemasukan utama untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dalam jurnal dijelaskan bahwa Dari aspek internal, Altunbas (2000) menemukan hasil bahwa Net Interest Margin (NIM)berpengaruh positif terhadap NPL. Hughes and Mester (1993) dan Girardone (2004) menemukan bahwa ada hubungan positif antara NIM dengan non performing loan. Begitupun Misra dan Dhal (2010) menemukan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap NPL. Faktor lainnya yaitu Aset bank, pada penelitian Misra dan Dhal (2010) mengemukakan bahwa Aset berpengaruh negatif terhadap NPL. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ranjan dan Dhal (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara Operational Assets (OCTA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan NPL.
            Adapun faktor penyebab pembiayaan bermasalah dari sisi eksternal yang direpresentasikan dengan Gross Domestic Product (GDP) dan inflasi. Salas dan Saurina (2002) menunjukkan adanya hubungan antara GDP dengan NPL. Hasil penelitian itu ditegaskan oleh Jimenez dan Saurina (2004) bahwa NPL dipengaruhi oleh GDP. Wu (2003) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pertumbuhan GDP di beberapa negara berkembang Asia Timur dan Asia Tenggara berpengaruh negatif signifikan terhadap kredit bermasalah (NPL). Penelitiannya menggunakan persamaan NPL yang dipengaruhi oleh pertumbuhan GDP, perubahan harga perumahan, primary landing rate dan rasio corporate real estate loans terhadap individual real estate loans. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan 1% pertumbuhan GDP akan menurunkan rasio NPL sebesar 0.122 %.
            Dari kesimpulan jurnal ini disebutkan bahwa secara umum bank dengan jumlah modal lebih kecil kurang mampu untuk segera menyesuaikan diri menghadapi peningkatan rasio NPL akibat dari depresiasi nilai tukar, oleh karenanya bank-bank dengan modal lebih kecil harus berhati-hati menghadapi risiko nilai tukar. Sedangkan  kebijakan restrukturisasi kinerja bank perlu dilakukan pada bank dengan aset besar, karena peningkatan suku bunga ternyata menyebabkan penurunan CAR lebih tinggi pada kelompok bank beraset besar.
            Menurut pendapat saya pribadi bahwa dalam menjalankan fungsi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah Bank Indonesia dituntut untuk menjalankan kebijakan Macroprudensial dengan efektif serta berkoordinasi dengan OJK selaku penerima mandat pelaksanaan kebijakan microprudensial. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadinya resiko bank yang tidak mampu likuid sehingga berpotensi terjadinya gejolak sistemik yang mampu menyebabkan guncangan ekonomi di Inonesia. Dari pihak bank-bank umum yang bermodal kecil juga dituntut akan mampu memperkirakat resiko likuiditas terhadap kemampuan bank-nya untuk dapat eksis dan bertahan terhadap gejolak nilai tukar yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Apabila bank yang bermodal kecil tidak siap maka akan kesulitan dalam hal likuiditas ketika terjadinya kenaikan NPL akibat gejolak ekonomi yang terjadi. Sedangkan dari pihak bank yang bermodal besar, pemerintah diharapkan berhati-hati dalam penetapan kebijakan suku bunga. Jika suku bunga mengalami peningkatan suku bunga ternyata menyebabkan penurunan CAR lebih tinggi pada kelompok bank beraset besar. Jika suatu bank mengalami penurunan CAR maka bisa dipastikan akan terjadi kesulitan pembiyayaan operasional bagi bank-bank besar.

REVIEW JURNAL EKONOMI “MACROECONOMIC CONDITION AND BANKING INDUSTRY PERFORMANCE IN INDONESIA”




Disusun Oleh :
Rifai Anas Amirul Huda  (185120300111030)
Imam Fauzi Dzakwam       (185120307111019)
Deden Agus Saputra          (185120301111025)
Nanda Syah Reza               (185120301111036)

link Jurnal : https://ideas.repec.org/a/idn/journl/v20y2017i1cp1-28.html

Review
          Dalam jurnal ini, memuat mengenai kajian tentang dampak ekonomi makro terhadap NPL dan CAR di Indonesia. Dikarenakan sebagian besar bank yang ada di Indonesia masih mengandalkan kredit sebagai pemasukan utama dalam membiayai operasionalnya. Kondisi perekonomian di Indonesia saat ini, kredit masih dipertahankan sebagai sumber pendapatan utama.
Pemberian kredit menurut jurnal ini ialah aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, meskipun disisi lain risiko yang terbesar bank juga bersumber dari kredit yang bermasalah. Kualitas kredit bermasalah biasanya dicerminkan oleh rasio Non-Performing Loan (NPL). Pendapat tersebut berasal dari Islam dan Nishiyama (2016) yang menjelaskan bahwa semakin rendah rasio NPL maka akan semakin rendah tingkat kredit bermasalah. Rendahnya kredit bermasalah berarti mencerminkan semakin baik kondisi keuangan bank. Rasio Non-Performing Loan merupakan salah satu indikator dalam menilai kinerja fungsi bank.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa tingginya tingkat rasio NPL dapat menunjukkan rendahnya tingkat kesehatan bank yang disebabkan oleh banyaknya permasalahan dalam pengelolaan kredit oleh bank. Rasio NPL yang tinggi sebagai refleksi ketidakmampuan sektor riil memperoleh keuntungan guna mengembalikan pinjamannya ke sektor perbankan. Dari sudut pandang ini, minimalisasi NPL sangat diperlukan untuk mempertahankan perekonomian yang stabil. Perubahan rasio NPL dan CAR dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.
Dalam bab 2 jurnal ini membahas mengenai teori-teori yang digunakan untuk melihat jalannya makroekonomi dan dampatnya pada NPL dan CAR di indonesia. Seperti contohnya, jurnal ini mendisain penelitian melalui konsep mekanisme jalur suku bunga dan jalur nilai tukar dalam mempengaruhi kinerja perbankan. Louis, Vouldis & Metaxas (2011) menjelaskanbahwa jalur suku bunga dilakukan oleh bank sentral untuk mempengaruhi suku bunga kreditdan deposito perbankan. Penurunan suku bunga BI Rate diharapkan segera diikuti denganpenurunan suku bunga kredit perbankan. Penelitian Gosh (2015) menjelaskan hubungan antarasuku bunga dan nilai tukar sebagai determinan dari NPL dan kinerja bank.
Tak hanya itu, terdapat model-model perhitungan ekonomi yang bertujuan untuk mendapatkan respon pada Variabel NIM, NPL dan CAR akibat adanya shock melalui suku bunga (IRD) dan adanya perubahan nilai tukar (DEPR). Model pertama mengikuti konsep transmisi moneter melalui kebijakan suku bunga yang direspon oleh variabel NIM, NPLdan CAR. Variabel PVAR disusun menurut urutan Suku bunga domestik (IRD), Growth, NPL,NIM, dan CAR dengan variabel eksogen Aset Bank (ASSETS) dan Inflasi (INFLATION). Variabeleksogen pada model PVAR berperan variabel non dinamis, dalam arti variabel eksogen berperansebagai kontrol (pengkondisi) lingkungan variabel dinamis yang diberlalukan dalam model.
Sedangkan Model kedua ialah jalur nilai tukar, dimulai dari adanya depresiasi rupiah menyebabkan harga produk ekspor relatif lebih murah dibandingkan produk non domestik. Terjadi aliranekspor, meningkatkan produktivitas perusahaan dan meningkatkan kemampuan beli masyarakatdan kemampuan mengembalikan pinjaman bank. Perubahan ini akan mengurangi rasio NPL.Selanjutnya semakin banyak kredit lancar terbentuk yang menghasilkan bunga dan keuntungansehingga net interest margin (NIM) bank meningkat. Peningkatan NIM akan meningkatkan keuntungan bank sehingga pada akhirnya akan meningkatkan CAR bank. Struktur variabelPVAR disusun menurut urutan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US (DEPR), Sukubunga domestik (IRD), NPL, NIM, dan CAR.
Metodologi perhitungan dalam bank ini menggunakan populasi yang mencangkup seluruh bank yang terdapat di Indonesia, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa bank yang memenuhi kecukupan/kelengkapan yang diperlukan untuk proses penghitungan ekonometrika panel VAR. Serta dalam jurnal ini menggunakan teknik estimasi Panel Vector Autoregression (PVAR). Beberapa aplikasi ekonometrika terkini belum menyediakan estimasi model PVAR sehingga dalam jurnal inimenggunakan aplikasi terprogram.
Dalam penelitian tersebut yang menggunakan rumus-rumus sesuai dengan apa yang dijelaskan diatas memiliki asumsikan bahwa perbankan hanya mempertimbangkan informasi dari 1 periode sebelumnya. Untuk hasil PVAR itu sendiri beserta periode dan perhitunggannya dapat dilihat dalam jurnal aslinya.
Analisis data panel dalam jurnal ini menggunakan PVAR dengan mempertimbangkan struktur fixed effect, urutan variabel, struktur lag, stationeritas data panel dan adanya variabel eksogen dalam model yang aplikasinya menggunakan programming STATA yang dikembangkan oleh Love (2002) dan Love(2006). Hasil tersebut divisualisasikan secara grafik dalam jurnal ini, dimana terdapat 7 grafik dan 5 tabel yang menggambarkan mengenai hasil penelitian dari jurnal ini.
Dalam bab terakhir yaitu kesimpulan mengenai jurnal ini, para peneliti mermberi masukan mengenai perlunya institusi moneter dan perbankan memberikankebijakan penyehatan portofolio kredit pada kelompok bank beraset kecil jika terjadi goncanganpada suku bunga dan nilai tukar. Agar langkah-langkah pencegahan dapat berjalan secaraefektif, bank dengan modal rendah agar memperhatikan portofolio kredit jika terjadi gejolaknilai tukar.
Saran lainnya yang terdapat dalam jurnal ini ialah bahwa Bank Indonesia perlu memberi edukasi kepada bank dengan modal rendah danmemperketat pengawasan pada bank dengan modal rendah pada saat terjadi gejolak nilai tukar.Tindakan hedging mutlak harus dilakukan untuk mengurangi risiko akibat fluktuasi nilai tukarrupiah. Bank Indonesia perlu menyiapkan sejumlah langkah untuk meminimalkan risiko tekananterhadap nilai tukar rupiah diantaranya pengelolaan utang luar negeri, penguatan ekspor,stabilisasi pasar keuangan, memperketat pengawasan arus masuk modal dan pengembangandesain laporan keuangan BI yang dapat mengakomodir transaksi dan transparansi pencatatankeuangan likuiditas valas. Sedangkan kebijakan restrukturisasi kinerja bank perlu dilakukan padabank dengan aset besar, karena peningkatan suku bunga ternyata menyebabkan penurunanCAR lebih tinggi pada kelompok bank beraset besar.

Kamis, 25 April 2019

Resume Mata Kuliah Psikologi Kepribadian (pengantar)


Psikologi Kepribadian
Oleh : Rifai Anas Amirul Huda
NIM : 185120300111030
Kelas : B-1 Psikologi 2018

Hakikat manusia yang merupakan makhluk sosial menyebabkan manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Interaksi dijalin manusia selain untuk memenuhi kodrat alamiahnya tetapi juga untuk memenuhi kebutuhannya agar mencapai taraf hidup tertentu. Dalam proses interaksi tersebut kita seringkali melihat sosok individu satu dengan yang lain itu berbeda, bukan hanya berbeda secara fisik namun secara kepribadian. Kita sering menggunakan istilah-istilah tertentu dalam menggambarkan kepribadian seseorang. Misalnya saja kita sering menganggap orang yang suka berbicara dan senang menyapa orang-orang didefinisikan sebagai orang yang ramah. Orang yang selalu tampak ceria dan bersemangat dalam menjalani segala kegiatannya kita sering menyebutnya sebagai pribadi yang energik. Ramah, energik,  pandai, tenang, humoris dan sejenisnya itulah merupakan secuil dari bagian-bagian kepribadian. Lantas apa itu kepribadian?.

A.    Pengertian Kepribadian :
            1, Ditinjau secara epistimologi adalah stilah kepribadian dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan personality.  Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona , yang berarti topeng   dan personare,  yang artinya menembus . Istilah topeng berkenaan dengan salah satu atribut yang dipakai oleh para pemain sandiwara pada jaman Yunani kuno. Dengan topeng yang dikenakan dan diperkuat dengan gerak-gerik dan apa yang diucapkan, karakter dari tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus keluar, dalam arti dapat dipahami oleh para penonton. (Kuntjojo, 2009, p.4)

B.     Pengertian Kepribadian  Menurut para ahli :
Banyak para tokoh yang telah mendefinisikan mengenai kepribadian.  Berikut adalah tokoh-tokoh yang telah mendefinisikan kepribadian :
\
1.      GORDON W. W ALLPORT
Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian sebagai What a man really is.” 
 Tetapi definisi tersebut oleh Allport dipandang tidak memadai lalu dia merevisi definisi tersebut (Soemadi Suryabrata, 2005: 240). Kemudian Allport mendefinisikan kepribadian yang baru yaitu Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustments to his environment” (Singgih Dirgagunarso, 1998 : 11). Jika diartikan dalam bahasa Indonesia kepribadian menurut Allport adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

2.      KRECH dan CRUTCHFIELD
David   Krech DAN Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya yang berjudul Elelemnts of Psychology    merumuskan definsi kepribadian sebagai berikut : “Personality is the integration of all of an individual’s characteristics into a unique organization that determines, and is modified by, his attemps at adaption to his continually changing environment.”(Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-menerus).

3.      ADOLF HEUKEN, S.J. dkk.
Adolf Heuken S.J. dkk. dalam bukunya yang berjudul Tantangan Membina          Kepribadian (1989 : 10), menyatakan sebagai berikut. “Kepribadian  adalah  pola  menyeluruh semua  kemampuan, perbuatan  serta  kebiasaan  seseorang,  baik  yang  jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang sosial. Semuanya ini telah ditatanya dalam caranya yang khas  di bawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya”. 
Berdasarkan paparan definisi dari berbagai tokoh tersebut dapat disimpulkan pokok-poko kepribadian sebagai berikut : ( Jaenudin, ujam, 2015, p 29) 
1.      Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri atas aspek psikis, seperti intelegensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dan sebagainya serta aspek fisik, seperti bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dan sebagainya. 
2.      Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya yang mengalami perubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas dan unik. 
3.      Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap. 
4.      Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu.

Ada beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian bahkan kadang-kadang disamakan dengan kepribadian. Konsep-konsep yang berhubungan dengan kepribadian adalah (Alwisol, 2005 : 8-9) :
1. Character  (karakter),  yaitu  penggambaran  tingkah  laku dengan                                menonjolkan nilai (banar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun                             implisit.
2. Temperament (temperamen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologis atau fisiologis.
3. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekolopok  stimuli  yang  mirip,  berlangsung  dalam  kurun  waktu (relatif) lama.
4. Type  attribute  (ciri),  mirip  dengan  sifat,  namun  dalam  kelompok stimuli yang lebih terbatas.
5. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula. 

 Urain diatas hanya merupakan komponen dasar dari kepribadian seperti karakter, sifat, yang kemudian aspek-aspek tersebut berinteraksi dan membentuk kepribadian ( Jaenudin, ujam, 2015, p. 30) 

Pendekatan dan Teori-teori Kepribadian 
Di dalam menganalisa kepribadian, banyak sekali teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh.  Namun para ahli mengklasifikasikan teori-teori tersebut dalam beberapa acuan yaitu paradigma yang digunakan untuk mengembangkannya. Ada tiga orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian yaitu : 
a.       Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama 
b.      Behavioristik 
c.       Humanistik 

A.  Pendekatan Psikoanalisis
 Teori  Psikoanalisis dikembangkan oleh  Sigmund Freud.  Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya. 

Struktur Kepribadian 
Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,yaitu  das  Es,  das  Ich,  dan  das  Ueber  Ich.  Struktur  baru  ini  tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17).
Freud  berpendapat  bahwa  kepribadian  merupakan  suatu  sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu the Id, the Ego, dan the Super Ego yang masing-masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur   kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut. 
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun  ke  lima,  dan  perkembangan  selanjutnya  sebagian  besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).
1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan. Bagian  tubuh  yang  sensitif  terhadap  rangsangan  adalah mulut.
2) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3) Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5) Fase  genital  (genital  stage)     :     terjadi  sejak  individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi. 

B.   Pendekatan Behavioristik : 

                  Ahli-ahli dalam aliran behavioristik dalam mengamati kepribadian lebih memfokuskan kepada perilaku seseorang bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuhnya seperti makan, berjalan, berbicara, tertawa, atau menangis. Tokoh yang mewakili teori ini adalah John  B. Watson, Skinner. Skinner memperkenalkan stimulus-respon atau rangsangan-tanggapan. Asumsi dari  teori ini adalah manusia diibaratkan sebagai mesin dan kepribadian merupakan pengkondisian yang terdapat pada lingkungan.

Paradigma yang dipakai untuk membangun teori behavioristik adalah bahwa tingkah laku manusia itu fungsi stimulus, artinya determinan tingkah laku tidak berada di dalam diri manusia tetapi bearada di lingkungan (Alwisol, 2005  :  7).     Pavlov,  Skinner,  dan  Watson  dalam  berbagai  eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.

Skinner menjelaskan perilaku manusia dengan tiga asumsi dasar, di mana asumsi pertama dan kedua pada padasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan juga merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah (Alwisol, 2005 : 400). Ketiga asumsi tersebut adalah 
A.          Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful) 
B.           Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicated) 
C.           Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled) 

C . Pendekatan Humanistik : 
Pendekatan humanistik menekankan bahwa kekuatan motivasi yang paling utama dari seseorang adalah kecenderungan terhadap pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia, menurut eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 2001 : 113). Tokoh-tokoh humanistik yang berbicara tentang kepribadian diantaranya  Abraham Maslow, dan Carl rogers. 

a.            Teori Abraham Maslow: 
Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 2001 :112-118 dan Alwisol 2005 : 252-270) :

1. Prinsip holistik
Menurut Maslow,   holisme menegaskan bahwa organisme selalu berting-kah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian  bagian  atau  komponen  yang  berbeda.  Jiwa  dan  tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang  lain

2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri.   Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.

3.  Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatuyang lain dari sebelumnya (becoming).Namun  demikian  perubahan  tersebut  membutuhkan  persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung. 

4. Individu    sebagai    keseluruhan    yang    integral,    khas,    dan terorganisasi..
\
5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan 

D.    Teori Carl Rogers :
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137).. Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :1) Tingkah laku  yang  berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi.2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justrumeningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik..

Selain pendekatan-pendekatan yang diuraikan diatas ada terdapat juga pendekatan pendekatan yang lain diantaranya : 

1.      Pendekatan Sifat : 
   Inti dasar dari teori ini adalah berusaha untuk menggambarkan sifat dasar yang diperlukan untuk menggambarkan kepribadian. Sifat dalam pendekatan ini didefinisikan sebagai karakteristik kepribadian dan perilaku yang konsisten yang diperlihatkan dalam situasi yang berbeda. Asumsi teori ini bahwa kepribadian seseorang itu sejatinya sama atau semua orang memiliki karakteristik sifat dasar yang sama, namun ada sifat dasar yang lebih dominan. Misalnya saja si A dijuluki sebagai pribadi yang ramah, dan si B merupakan pribadi yang apatis. Dari contoh tersebut sejatinya kedua belah pihak memiliki sifat keramahan yang ada dalam dirinya namun dalam frekuensi yang berbeda. Jika si A frekuensi keramahannya tinggi, di sisi lain si B tingkat keramahannya rendah.  Tokoh-tokoh yang mengungkapkan pendekatan ini diantaranya yaitu : Albert allport, Catel dan Eysenck, 

2.      Pendekatan Belajar :
Inti dari pendekatan ini adalah melawan dari pendekatan psikodinamika yang mendasari kepribadian dari faktor dalam seperti adanya id, ego, dan superego. Pendekatan belajar lebih menitikberatkan kepribadian berasal dari faktor luar yaitu lingkungan. Kepribadian merupakan sejumlah respon yang dipelajari dari lingkungan eksternal. 

3.      Pendekatan Kognitif :
Intisari dari pendekatan kognitif terhadap kepribadian adalah kepribadian berasal dari proses  mental dari persepsi, ingatan, pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan. Kepribadian terbentuk karena pengaruh kognisi –pikiran , perasaan, harapan, dan nilai serta observasi terhadap perilaku orang lain atau kepribadiannya. 

4.      Pendekatan Biologis dan Evolusioner :
Asumsi pendekatan biologis & evolusioner ini adalah memandang kepribadian sebagai sesuatu yang diwariskan. Para peneliti berpendapat bahwa sebagian kepribadian ditentukan oleh gen yang kita miliki sebagaimana  warisan gen yang lain yang merupakan sebagian besar merupakan kontribusi genetik yang diwariskan oleh para pendahulu kita. Sudut pandang evolusioner berasumsi bahwa sifat kepribadian yang mendorong keberhasilan para nenek moyang kita untuk bertahan hidup dan berproduksi cenderung lebih dipertahankan serta diteruskan pada generasi berikutnya (Buss, 2001, 2009). Dalam perkembangannya pendekatan biologis & evolusioner ini tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa gen yang ada dalam diri kita akan membentuk sifat kepribadian tertentu atau ditakdirkan lahir dengan kepribadian tertentu, melainkan faktor genetika juga harus memperhatikan faktor lingkungan dalam membentuk kepribadian yang utuh.

 Kesimpulan : 
Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya, sifat- sifat khas diri manusia yang bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima bisa dari lingkungan, proses kognitif, atau bahkan faktor genetika, misalnya, keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan kita sejak lahir. Berdasarkan banyaknya faktor kpenentu kepribadian maka dapat disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.  

Daftar Pustaka : 
Koeswara, E.  (2001) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco. 
Alwisol.   (2005)      Psikologi   Kepribadian.   Malang   :   Penerbit   Universitas Muhammadyah Malang.
King, Laura A. (2016). Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 1 Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika.
Feldman, Robert S.(2017).  Pengantar Psikologi ( Understanding Psychology)Buku 2 Edisi 10. Jakarta : Salemba Humanika.
Jaenudin , Ujam. (2015).  Dinamika Kepribadian (psikodinamik) . Bandung : Pustaka Setia.
Kuntjojo. (2009). Psikologi kepribadian. https://www.academia.edu/31870364/PSIKOLOGI_KEPRIBADIAN . (Diakses pada 07 november 2018)














           




4.