1. Tokoh Albert Bandura
Albert Bandura
dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa
kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan di
sana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British
Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang
psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor
(Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik,
setelah lulus ia bekerja di Standford University.
Di awal
publikasinya, kebanyakan tulisan Bandura membahas psikoterapi dan tes
Rorschach. Tahun 1959, buku yang ditulis bandura bersama Walters yang berjudul Adolescent
Aggression terbit. Karya Bandura yang lain meliputi Social
Learning Theory (1977), Social Foundation of Though and Action
(1986), dan Self Efficacy:The Excercise of Control (1997).
Pada tahun 1974,
Bandura dipercaya menjadi presiden APA (American Psychological Association),
kemudian pada tahun1980 menjadi presiden WPA (Western Psychological
Association), dan menjadi presiden kehormatan Canadian Psychological
Association tahun1999. Selain itu, Bandura juga banyak mendapat gelar
kehormatan, salah satunya terpilih menjadi Rekanan Kehormatan American
Academy of Arts and Science sejak 1980.
Eksperimennya yang
sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara
persis perilaku agresif dari orang dewasa di sekitarnya. Teori Social Bandura
mnunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi
emosi orang lain.
[Dikutip dari buku Personality Theories: An
Introduction oleh Dr. C. George Boeree dari Psychology Department Shippensburg
University pada tahun 1997]
2. Teori Pembelajaran Modelling
Teori belajar modeling
merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Dimana modeling adalah
proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang lain
disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan
proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain
kemudian mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan tersebut cenderung
menyerupai bahkan sama perilakunya dengan perilaku orang yang ditiru tersebut.
Modeling ini dapat menjadi bagian yang sangat penting dan powerfull pada proses
pembelajaran.
Pada
modeling ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan mencontoh perilaku dari orang –
orang tersebut, namun kita juga memperhatikan hal – hal apa saja yang baik
semestinya untuk ditiru atau dicontoh dengan cara melihat bagaimana
reinforcement atau punishmentnya yang akan ditiru. Dengan kata lain, semua
pembelajaran tidak ada yang terjadi secara tiba – tiba atau instan. Baik itu
pada pendekatan belajar classical conditioning maupun pendekatan belajar
operant conditioning.Namun, pembelajaran melalui modeling waktu yang digunakan
cenderung lebih singkat dari pada pembelajaran dengan classical dan operant
conditioning. Dalam konsep belajar ini, orang tua memainkan peranan penting
sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku
yang akan mereka pelajari.
Menurut
Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui
pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), pengendapan (retention),
reproduksi motorik (reproduction), dan penguatan (motivasi).
1. Perhatian(attention),
yang artinya kita memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan – tindakan
yang dilakukan oleh prang yang akan ditiru.
2. Pengendapan(retention),
dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan ditiru dan menyimpan setiap
informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan ingatan tersebut
saat diperlukan.
3. Reproduksi
motori(reproduction), hal ini dapat menegaskan bahwa kemampuan motorik
seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu
perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya sebagian.
4. Penguatan(motivation),
penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan seberapa mampu kita
nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari segi motivasi
yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi tahapan
belajarnya.
Eksperimen
Albert Bandura
Bandura
percaya bahwa proses kognitif juga mempengaruhi Observastional Learning atau
jika kita hanya belajar dengan caratrial-and-error,
maka belajar menjadi sesuatu yang sangat sulit dan memakan waktu lama. Salah
satu kontribusi yang sangat penting dari Albert bandura adalah menekankan bahwa
manusia belajar tidak hanya dengan classical dan operant conditioning, tetapi
juga dengan mengamati perilaku orang lain. Yang mana teori tersebut disebutnya
dengan peniruan atau modeling.
Untuk
mengatahui seberapa jauh kebenaran teorinya tersebut, Albert Bandura melakukan
penelitian pada dua orang anak untuk mengetahui keagresifan atau rasa ketakutan
mereka.Dia menempatkan kedua anak
tersebut di laboratoriumnya dengan kondisi yang sama dan perlakuan yang
berbeda, kemudian memperbandingkan proses belajarnya dengan menggunakan
tontonan film. Percobaan tersebut sering dikenal sebagai percobaan dengan
boneka bobo doll.Bandura memposisikan anak pertama pada satu ruangan yang telah
tersedia satu buah boneka besar yang telah diikat oleh Bandura.
Begitu
juga dengan anak yang kedua ditempatkan pada ruangan dengan kondisi yang sama.
Kemudian anak pertama diberikan tontonan film action(film laga), sedangkan anak
yang kedua tidak diberi tontonan film action tsb. Setelah perlakuan tersebut,
kedua anak itu dibiarkan berada pada ruangannya masing – masing dengan boneka
yang telah disiapkan sebelumnya.
Sesaat
kemudian, anak yang pertama menirukan segala perilaku atau tindakan yang ada
pada film yang telah ia tonton sebelumnya. Sedangkan anak yang kedua, hanya
diam dan memperhatikan boneka yang ada dihadapannya tanpa melakukan hal – hal
yang bersifat action seperti pada anak yang pertama.Boleh dikatakan bahwa anak
yang pertama lebih agresif dibandingkan anak yang kedua.Pola belajar yang
dilakukan oleh anak tersebut disebut dengan modeling (peniruan). Dimana
terlihat jelas bahwa anak yang pertama meniru segala gerakan atau aksi yang
dilakukan oleh pemain – pemain film action yang ia tonton dan kemudian ia
terapkan kepada boneka bobo doll yang ada dihadapannya. Hal tersebut dapat
dikatakan sebagai cara belajar dengan modeling.
3. Refleksi
Teori Albert Bandura mengena dalam kehidupan
sehari-sehari.Contohnya dalam perilaku anak-anak terhadap orang dewasa.Saya
mengalami hal tersebut secara langsung.Dalam belajar saya banyak memodeling
orangtua.Salah satu ekspresi kemarahan ibu saya adalah dengan mendiamkan ayah
saya.Tanpa sadar saya memodeling hal tersebut.Sehingga dalam lingkungan
pertemanan, ketika saya marah saya tidak langsung memarahi teman saya. Saya
malah mendiamkan teman saya, sama seperti yang ibu saya lakukan dahulu terhadap
ayah saya. Ternyata proses modelling ini banyak terjadi dikehidupan sehari-hari
tanpa saya sadari. Ketika saya belajar tentang teori bandura barulah saya
mengerti. Dan saya merasa perilaku memodel orang lainyang lebih dewasa banyak
terjadi ketika saya masih kecil.Perilaku yang terjadi karena modelling
terkadang juga masih ada yang bertahan hingga saya kuliah.Teori belajar sosial Bandura sangat sesuai jika
diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert
Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan
tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.Selain itu
juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui
peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan
teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif, termasuk
perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
Adapun teori
Bandura memiliki kelebihan sebagai berikut :teori Albert Bandura lebih lengkap
dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan
dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system
kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan
semata-mata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang
timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori
belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar sossial
menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-
anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan
anak-anak, faktor social, dan kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
- King, Laura A., 2010. Psikologi Umum. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta.
- Plotnik, Rod., 2005. Introduction To Psychology. Thomson Learning. America. Feldman,
·
Feist,
J. & Feist, G.J. 2008. Theories Of
Personality. (Terjemahan 6th edisi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!