Pada
awalnya, kajian orientalis pada abad 8 hingga abad 15 masih dipenuhi dengan
nuansa polemik. Pada abad tersebut, kajian banyak dilakukan terhadap bahasa ketimuran
dan manuskrip-manuskrip al-Qur’an. Kajian orientalis sendiri dalam
perkembangannya dilakukan atas dasar berbagai macam
kepentingan dan latarbelakang. Seperti halnya kepentingan akan kolonialisme
sebagai upaya orang-orang Barat untuk menguasai wilayah-wilayah jajahan di
Timur. Indonesia adalah salah satu wilayah Timur yang digadang oleh pemerintah
kolonial Belanda untuk dikuasai karena banyaknya kekayaan alam yang
dimilikinya. Namun, hal yang masih menjadi permasalahan adalah karena belum
semua wilayah di Indonesia (Hindia Belanda, saat itu) dikuasai oleh pemerintah
kolonial Belanda. Berbagai upaya dan taktik digunakan guna menaklukkan
wilayah-wilayah tersebut.
Snouck
Hurgronje dikenal di Indonesia sebagai salah satu antek Belanda yang berusaha
membantu Belanda untuk menguasai Aceh dengan cara melakukan kajian dan
penelitian terhadap warga Islam Aceh. Snouck Hurgronje sendiri sebenarnya
adalah tokoh orientalis dari Leiden Belanda, kiprahnya di dunia Barat banyak
diagung-agungkan. Karena prestasi dan keberaniannya berpura-pura memeluk Islam dengan
mengganti namanya menjadi Abdul Gahffar dan kemudian pergi ke Mekkah untuk
mengumpulkan informasi bagi konklusi pemecahan masalah Aceh bagi Belanda.[1]
Chistian
Snouck Hurgronje lahir pada 8 Februari 1857. Ayahnya, Ds. J. J. Snouck
Hurgronje adalah seorang pendeta yang dalam karirnya tidak berjalan dengan
mulus. Karena hubungan gelapnya dengan Anna Maria, ia dipecat dari gereja.
Namun, setelah meresmikan hubungan mereka ayahnya diberikan lagi kesempatan
utnuk mengabdipada gereja.[2]Pada
tahun 1874, ia mempelajari teologi di Leiden dari gurunya, Abraham Kuenen dan kemudian
belajar bahasa Arab dan Islam pada M.J. de Goeje. Pada tahun 1880, ia berhasil
menyusun disertasinya yang berjudul Het Mekaansche Feast (berhaji ke
Mekkah).[3]
Gagasan-gagasannya mengenai Islam dan politik kolonial
sendiri, ia dapatkan dari pembelajarannya mengenai teologi modernd di fakultas
teologi. Aliran teologi modern memandang Alkitab dan kitab-kitab yang
diwahyukan seperti al-Qur’an hanya sebagai piagam keagamaan insani. Mereka
menolak hal-hal yang diluar nalar dalam kitab-kitab tersebut seperti adanya
mukjizat atau dongeng-dongeng ajaib. Agama menurut mereka adalah sebuah
kesadaran akhlak secara kodrati, meskipun lemah pasti tetap ada dalam jiwa
manusia. Pandangan mereka terkait agama Islam sendiri bahwa Islam kaitannya
dengan Kristen bukanlah suatu kemajuan tapi kmunduran. Begitupula dengan
tingkatan akhlak Islam adalah lebih rendah dari pada Kristen, sama juga dengan peradabannya.[1] Namun ketika menilai Nabi Muhammad dengan penilaian positif, dalam disertasinya ia menjelaskan bahwa Muhammad adalah orang yang gigih dan pantang menyerah, orang yang menepati janji-janjinya.[2]
Menurut
berita yang disampaikan oleh anak perempuannya, Christien bahwa Snouck
Hurgronje merasa dirinya berada diantara Yahudi - Kristen – Islam. Ketika di
Mekkah, ia hidup sebagai muslim seperti halnya muslim lainnya, ia mengucapkan
Syahadat sebagai bukti keislamannya. Pada keyakinannya, ia memang mengakui
adanya satu Tuhan dan melihat Muhammad di garis nabi-nabi Yahudi. Tapi ia tidak
akan lupa bahwa pada dasarnya ia merupakan seorang kristiani.[3]
[1]P. Sj.
Van Koningsveld, Snouck Hurgronje dan Islam (Delapan Karangan tentang Hidup
dan Karya Seorang Orientalis Zaman Kolonial), terj. Redaksi Girimukti
Pasaka, (Jakarta : PT. GIRIMUKTI PASAKA, 1989), hlm 111-113.
[2]P. Sj.
Van Koningsveld, Snouck Hurgronje dan Islam (Delapan Karangan tentang Hidup
dan Karya Seorang Orientalis Zaman Kolonial), terj. Redaksi Girimukti
Pasaka, (Jakarta : PT. GIRIMUKTI PASAKA, 1989), hlm 31.
[3]P. Sj.
Van Koningsveld, Snouck Hurgronje dan Islam (Delapan Karangan tentang Hidup
dan Karya Seorang Orientalis Zaman Kolonial), terj. Redaksi Girimukti
Pasaka, (Jakarta : PT. GIRIMUKTI PASAKA, 1989), hlm 248.
[1]Qasim
Assamurai, Bukti-bukti Kebohongan Orientalis, terj. Syuhudi Ismail,
(Jakarta : Gema Insani Press, 1996), hlm 157.
[2]P. Sj.
Van Koningsveld, Snouck Hurgronje dan Islam (Delapan Karangan tentang Hidup
dan Karya Seorang Orientalis Zaman Kolonial), terj. Redaksi Girimukti
Pasaka, (Jakarta : PT. GIRIMUKTI PASAKA, 1989), hlm 109-110.
[3]142.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!