Psikologi Kepribadian
Oleh
: Rifai Anas Amirul Huda
NIM
: 185120300111030
Kelas
: B-1 Psikologi 2018
Hakikat manusia yang merupakan makhluk
sosial menyebabkan manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Interaksi
dijalin manusia selain untuk memenuhi kodrat alamiahnya tetapi juga untuk
memenuhi kebutuhannya agar mencapai taraf hidup tertentu. Dalam proses
interaksi tersebut kita seringkali melihat sosok individu satu dengan yang lain
itu berbeda, bukan hanya berbeda secara fisik namun secara kepribadian. Kita
sering menggunakan istilah-istilah tertentu dalam menggambarkan kepribadian
seseorang. Misalnya saja kita sering menganggap orang yang suka berbicara dan
senang menyapa orang-orang didefinisikan sebagai orang yang ramah. Orang yang
selalu tampak ceria dan bersemangat dalam menjalani segala kegiatannya kita
sering menyebutnya sebagai pribadi yang energik. Ramah, energik, pandai, tenang, humoris dan sejenisnya itulah
merupakan secuil dari bagian-bagian kepribadian. Lantas apa itu kepribadian?.
A.
Pengertian Kepribadian :
1,
Ditinjau secara epistimologi adalah stilah kepribadian dalam bahasa
Inggris dinyatakan dengan personality. Istilah ini berasal dari bahasa
Yunani, yaitu persona , yang
berarti topeng dan personare, yang artinya menembus .
Istilah topeng berkenaan dengan salah satu atribut yang dipakai oleh para
pemain sandiwara pada jaman Yunani kuno. Dengan topeng yang dikenakan dan
diperkuat dengan gerak-gerik dan apa yang diucapkan, karakter dari tokoh yang
diperankan tersebut dapat menembus keluar, dalam arti dapat dipahami oleh para
penonton. (Kuntjojo, 2009, p.4)
B. Pengertian
Kepribadian Menurut para ahli :
Banyak para
tokoh yang telah mendefinisikan mengenai kepribadian. Berikut adalah tokoh-tokoh yang telah
mendefinisikan kepribadian :
\
1. GORDON W. W ALLPORT
Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian
sebagai What a man really is.”
Tetapi
definisi tersebut oleh Allport dipandang tidak memadai lalu dia merevisi
definisi tersebut (Soemadi Suryabrata, 2005: 240). Kemudian Allport
mendefinisikan kepribadian yang baru yaitu Personality
is the dynamic organization within the individual of those psychophysical
systems that determine his unique adjustments to his environment” (Singgih
Dirgagunarso, 1998 : 11). Jika diartikan dalam bahasa Indonesia kepribadian
menurut Allport adalah organisasi dinamis dalam
individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
2. KRECH dan CRUTCHFIELD
David Krech DAN Richard
S. Crutchfield (1969) dalam bukunya yang berjudul Elelemnts of Psychology merumuskan definsi kepribadian sebagai berikut : “Personality is the integration of all of
an individual’s characteristics
into
a unique organization that
determines, and is modified by, his attemps at adaption to his
continually changing environment.”(Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam
suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang
dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah terus-menerus).
3. ADOLF HEUKEN, S.J. dkk.
Adolf Heuken S.J. dkk. dalam bukunya yang berjudul Tantangan
Membina Kepribadian (1989 : 10), menyatakan sebagai berikut.
“Kepribadian
adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta
kebiasaan
seseorang,
baik
yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang sosial. Semuanya ini telah
ditatanya dalam caranya yang khas di bawah beraneka
pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya”.
Berdasarkan paparan definisi dari berbagai tokoh tersebut dapat disimpulkan pokok-poko kepribadian sebagai berikut : ( Jaenudin, ujam, 2015, p 29)
1. Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri atas aspek psikis, seperti intelegensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dan sebagainya serta aspek fisik, seperti bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dan sebagainya.
2. Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya yang mengalami perubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas dan unik.
3. Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap.
4. Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu.
Ada beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian bahkan kadang-kadang disamakan dengan kepribadian. Konsep-konsep yang berhubungan dengan kepribadian adalah (Alwisol, 2005 : 8-9) :
1. Character (karakter), yaitu penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (banar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit.
2. Temperament (temperamen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologis atau fisiologis.
3. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekolopok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif) lama.
4. Type attribute (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas.
5. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
Urain diatas hanya merupakan komponen dasar dari kepribadian seperti karakter, sifat, yang kemudian aspek-aspek tersebut berinteraksi dan membentuk kepribadian ( Jaenudin, ujam, 2015, p. 30)
Pendekatan dan Teori-teori Kepribadian
Di dalam menganalisa kepribadian, banyak sekali teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh. Namun para ahli mengklasifikasikan teori-teori tersebut dalam beberapa acuan yaitu paradigma yang digunakan untuk mengembangkannya. Ada tiga orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian yaitu :
a. Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama
b. Behavioristik
c. Humanistik
A. Pendekatan Psikoanalisis:
Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
Struktur Kepribadian
Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17).
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu the Id, the Ego, dan the Super Ego yang masing-masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut.
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).
1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
2) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3) Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5) Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
B. Pendekatan Behavioristik :
Ahli-ahli dalam aliran behavioristik dalam mengamati kepribadian lebih memfokuskan kepada perilaku seseorang bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuhnya seperti makan, berjalan, berbicara, tertawa, atau menangis. Tokoh yang mewakili teori ini adalah John B. Watson, Skinner. Skinner memperkenalkan stimulus-respon atau rangsangan-tanggapan. Asumsi dari teori ini adalah manusia diibaratkan sebagai mesin dan kepribadian merupakan pengkondisian yang terdapat pada lingkungan.
Paradigma yang dipakai untuk membangun teori behavioristik adalah bahwa tingkah laku manusia itu fungsi stimulus, artinya determinan tingkah laku tidak berada di dalam diri manusia tetapi bearada di lingkungan (Alwisol, 2005 : 7). Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.
Skinner menjelaskan perilaku manusia dengan tiga asumsi dasar, di mana asumsi pertama dan kedua pada padasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan juga merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah (Alwisol, 2005 : 400). Ketiga asumsi tersebut adalah
A. Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful)
B. Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicated)
C. Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled)
C . Pendekatan Humanistik :
Pendekatan humanistik menekankan bahwa kekuatan motivasi yang paling utama dari seseorang adalah kecenderungan terhadap pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia, menurut eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 2001 : 113). Tokoh-tokoh humanistik yang berbicara tentang kepribadian diantaranya Abraham Maslow, dan Carl rogers.
a. Teori Abraham Maslow:
Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 2001 :112-118 dan Alwisol 2005 : 252-270)
1. Prinsip holistik:
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu berting-kah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain.
2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.
3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatuyang lain dari sebelumnya (becoming).Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.
4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.
5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
D. Teori Carl Rogers :
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137).. Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi.2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justrumeningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
.Selain pendekatan-pendekatan yang diuraikan diatas ada terdapat juga pendekatan pendekatan yang lain diantaranya :
1. Pendekatan Sifat :
Inti dasar dari teori ini adalah berusaha untuk menggambarkan sifat dasar yang diperlukan untuk menggambarkan kepribadian. Sifat dalam pendekatan ini didefinisikan sebagai karakteristik kepribadian dan perilaku yang konsisten yang diperlihatkan dalam situasi yang berbeda. Asumsi teori ini bahwa kepribadian seseorang itu sejatinya sama atau semua orang memiliki karakteristik sifat dasar yang sama, namun ada sifat dasar yang lebih dominan. Misalnya saja si A dijuluki sebagai pribadi yang ramah, dan si B merupakan pribadi yang apatis. Dari contoh tersebut sejatinya kedua belah pihak memiliki sifat keramahan yang ada dalam dirinya namun dalam frekuensi yang berbeda. Jika si A frekuensi keramahannya tinggi, di sisi lain si B tingkat keramahannya rendah. Tokoh-tokoh yang mengungkapkan pendekatan ini diantaranya yaitu : Albert allport, Catel dan Eysenck,
2. Pendekatan Belajar :
Inti dari pendekatan ini adalah melawan dari pendekatan psikodinamika yang mendasari kepribadian dari faktor dalam seperti adanya id, ego, dan superego. Pendekatan belajar lebih menitikberatkan kepribadian berasal dari faktor luar yaitu lingkungan. Kepribadian merupakan sejumlah respon yang dipelajari dari lingkungan eksternal.
3. Pendekatan Kognitif :
Intisari dari pendekatan kognitif terhadap kepribadian adalah kepribadian berasal dari proses mental dari persepsi, ingatan, pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan. Kepribadian terbentuk karena pengaruh kognisi –pikiran , perasaan, harapan, dan nilai serta observasi terhadap perilaku orang lain atau kepribadiannya.
4. Pendekatan Biologis dan Evolusioner :
Asumsi pendekatan biologis & evolusioner ini adalah memandang kepribadian sebagai sesuatu yang diwariskan. Para peneliti berpendapat bahwa sebagian kepribadian ditentukan oleh gen yang kita miliki sebagaimana warisan gen yang lain yang merupakan sebagian besar merupakan kontribusi genetik yang diwariskan oleh para pendahulu kita. Sudut pandang evolusioner berasumsi bahwa sifat kepribadian yang mendorong keberhasilan para nenek moyang kita untuk bertahan hidup dan berproduksi cenderung lebih dipertahankan serta diteruskan pada generasi berikutnya (Buss, 2001, 2009). Dalam perkembangannya pendekatan biologis & evolusioner ini tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa gen yang ada dalam diri kita akan membentuk sifat kepribadian tertentu atau ditakdirkan lahir dengan kepribadian tertentu, melainkan faktor genetika juga harus memperhatikan faktor lingkungan dalam membentuk kepribadian yang utuh.
Kesimpulan :
Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya, sifat- sifat khas diri manusia yang bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima bisa dari lingkungan, proses kognitif, atau bahkan faktor genetika, misalnya, keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan kita sejak lahir. Berdasarkan banyaknya faktor kpenentu kepribadian maka dapat disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.
Daftar Pustaka :
Koeswara, E. (2001) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.
Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.
King, Laura A. (2016). Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 1 Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika.
Feldman, Robert S.(2017). Pengantar Psikologi ( Understanding Psychology)Buku 2 Edisi 10. Jakarta : Salemba Humanika.
Jaenudin , Ujam. (2015). Dinamika Kepribadian (psikodinamik) . Bandung : Pustaka Setia.
Kuntjojo. (2009). Psikologi kepribadian. https://www.academia.edu/31870364/PSIKOLOGI_KEPRIBADIAN . (Diakses pada 07 november 2018)
Berdasarkan paparan definisi dari berbagai tokoh tersebut dapat disimpulkan pokok-poko kepribadian sebagai berikut : ( Jaenudin, ujam, 2015, p 29)
1. Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri atas aspek psikis, seperti intelegensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dan sebagainya serta aspek fisik, seperti bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dan sebagainya.
2. Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya yang mengalami perubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas dan unik.
3. Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap.
4. Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu.
Ada beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian bahkan kadang-kadang disamakan dengan kepribadian. Konsep-konsep yang berhubungan dengan kepribadian adalah (Alwisol, 2005 : 8-9) :
1. Character (karakter), yaitu penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (banar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit.
2. Temperament (temperamen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologis atau fisiologis.
3. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekolopok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif) lama.
4. Type attribute (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas.
5. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
Urain diatas hanya merupakan komponen dasar dari kepribadian seperti karakter, sifat, yang kemudian aspek-aspek tersebut berinteraksi dan membentuk kepribadian ( Jaenudin, ujam, 2015, p. 30)
Pendekatan dan Teori-teori Kepribadian
Di dalam menganalisa kepribadian, banyak sekali teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh. Namun para ahli mengklasifikasikan teori-teori tersebut dalam beberapa acuan yaitu paradigma yang digunakan untuk mengembangkannya. Ada tiga orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian yaitu :
a. Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama
b. Behavioristik
c. Humanistik
A. Pendekatan Psikoanalisis:
Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
Struktur Kepribadian
Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17).
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu the Id, the Ego, dan the Super Ego yang masing-masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut.
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).
1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
2) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3) Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5) Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
B. Pendekatan Behavioristik :
Ahli-ahli dalam aliran behavioristik dalam mengamati kepribadian lebih memfokuskan kepada perilaku seseorang bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuhnya seperti makan, berjalan, berbicara, tertawa, atau menangis. Tokoh yang mewakili teori ini adalah John B. Watson, Skinner. Skinner memperkenalkan stimulus-respon atau rangsangan-tanggapan. Asumsi dari teori ini adalah manusia diibaratkan sebagai mesin dan kepribadian merupakan pengkondisian yang terdapat pada lingkungan.
Paradigma yang dipakai untuk membangun teori behavioristik adalah bahwa tingkah laku manusia itu fungsi stimulus, artinya determinan tingkah laku tidak berada di dalam diri manusia tetapi bearada di lingkungan (Alwisol, 2005 : 7). Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.
Skinner menjelaskan perilaku manusia dengan tiga asumsi dasar, di mana asumsi pertama dan kedua pada padasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan juga merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah (Alwisol, 2005 : 400). Ketiga asumsi tersebut adalah
A. Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful)
B. Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicated)
C. Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled)
C . Pendekatan Humanistik :
Pendekatan humanistik menekankan bahwa kekuatan motivasi yang paling utama dari seseorang adalah kecenderungan terhadap pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia, menurut eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 2001 : 113). Tokoh-tokoh humanistik yang berbicara tentang kepribadian diantaranya Abraham Maslow, dan Carl rogers.
a. Teori Abraham Maslow:
Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 2001 :112-118 dan Alwisol 2005 : 252-270)
1. Prinsip holistik:
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu berting-kah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain.
2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.
3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatuyang lain dari sebelumnya (becoming).Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.
4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.
5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
D. Teori Carl Rogers :
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137).. Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi.2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justrumeningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
.Selain pendekatan-pendekatan yang diuraikan diatas ada terdapat juga pendekatan pendekatan yang lain diantaranya :
1. Pendekatan Sifat :
Inti dasar dari teori ini adalah berusaha untuk menggambarkan sifat dasar yang diperlukan untuk menggambarkan kepribadian. Sifat dalam pendekatan ini didefinisikan sebagai karakteristik kepribadian dan perilaku yang konsisten yang diperlihatkan dalam situasi yang berbeda. Asumsi teori ini bahwa kepribadian seseorang itu sejatinya sama atau semua orang memiliki karakteristik sifat dasar yang sama, namun ada sifat dasar yang lebih dominan. Misalnya saja si A dijuluki sebagai pribadi yang ramah, dan si B merupakan pribadi yang apatis. Dari contoh tersebut sejatinya kedua belah pihak memiliki sifat keramahan yang ada dalam dirinya namun dalam frekuensi yang berbeda. Jika si A frekuensi keramahannya tinggi, di sisi lain si B tingkat keramahannya rendah. Tokoh-tokoh yang mengungkapkan pendekatan ini diantaranya yaitu : Albert allport, Catel dan Eysenck,
2. Pendekatan Belajar :
Inti dari pendekatan ini adalah melawan dari pendekatan psikodinamika yang mendasari kepribadian dari faktor dalam seperti adanya id, ego, dan superego. Pendekatan belajar lebih menitikberatkan kepribadian berasal dari faktor luar yaitu lingkungan. Kepribadian merupakan sejumlah respon yang dipelajari dari lingkungan eksternal.
3. Pendekatan Kognitif :
Intisari dari pendekatan kognitif terhadap kepribadian adalah kepribadian berasal dari proses mental dari persepsi, ingatan, pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan. Kepribadian terbentuk karena pengaruh kognisi –pikiran , perasaan, harapan, dan nilai serta observasi terhadap perilaku orang lain atau kepribadiannya.
4. Pendekatan Biologis dan Evolusioner :
Asumsi pendekatan biologis & evolusioner ini adalah memandang kepribadian sebagai sesuatu yang diwariskan. Para peneliti berpendapat bahwa sebagian kepribadian ditentukan oleh gen yang kita miliki sebagaimana warisan gen yang lain yang merupakan sebagian besar merupakan kontribusi genetik yang diwariskan oleh para pendahulu kita. Sudut pandang evolusioner berasumsi bahwa sifat kepribadian yang mendorong keberhasilan para nenek moyang kita untuk bertahan hidup dan berproduksi cenderung lebih dipertahankan serta diteruskan pada generasi berikutnya (Buss, 2001, 2009). Dalam perkembangannya pendekatan biologis & evolusioner ini tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa gen yang ada dalam diri kita akan membentuk sifat kepribadian tertentu atau ditakdirkan lahir dengan kepribadian tertentu, melainkan faktor genetika juga harus memperhatikan faktor lingkungan dalam membentuk kepribadian yang utuh.
Kesimpulan :
Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya, sifat- sifat khas diri manusia yang bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima bisa dari lingkungan, proses kognitif, atau bahkan faktor genetika, misalnya, keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan kita sejak lahir. Berdasarkan banyaknya faktor kpenentu kepribadian maka dapat disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.
Daftar Pustaka :
Koeswara, E. (2001) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.
Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.
King, Laura A. (2016). Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 1 Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika.
Feldman, Robert S.(2017). Pengantar Psikologi ( Understanding Psychology)Buku 2 Edisi 10. Jakarta : Salemba Humanika.
Jaenudin , Ujam. (2015). Dinamika Kepribadian (psikodinamik) . Bandung : Pustaka Setia.
Kuntjojo. (2009). Psikologi kepribadian. https://www.academia.edu/31870364/PSIKOLOGI_KEPRIBADIAN . (Diakses pada 07 november 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!