Minggu, 11 November 2018
Analisis Film Samin Vs Semen
Oleh Rifai Anas Amirul Huda
Film Samin versus Semen merupakan sebuah film dokumenter yang mencoba menggambarkan bagaimana masyarakat menolak pendirian pabrik semen yang akan didirikan di sekitar Kabupaten Pati, Rembang dan Blora. Pabrik semen tersebut rencananya akan di bangun di sekitaran pegunungan Kendeng. Pegunungan Kendeng sendiri adalah pegunungan yang luas membentang hanmpir separuh bagian pulau jawa. Penolakkan atas pendirian pabrik semen ini lebih pada alasan ekologis, dimana masyarakat mengeluh nantinya sawa mereka akan tercemari oleh limbah pabrik semen. Selain itu masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan yang akan dibangun pabrik semen tersebut tidak ingin alam mereka rusak karena eksploitasi alam yang berlebihanatas tanah air mereka. Berhubung mayoritas orang yang mendiami Kabupaten Pati, Kudus, Rembang, dan Blora adalah masyarakat Samin, maka film ini mengakuisis bahwa masyarakat yang menolak akan pembangunan pabrik semen tersebut adalah masyarakat (suku samin).
Samin merupakan sekelompok orang yang mempunyai keyakinan kuat tentang apa yang dipercayainya seperti harus menjaga alam, bekerja sebagai petani dan sebagainya. Ajaran ini awal mulanya disebarkan oleh seorang tokoh yang bernama Samin Surosenthiko di daerah klopoduwur Kabupaten Blora. Orang samin yang menetap di daerah klopoduwur, Kabupaten Blora sering disebut sebagai sedulur sikep.Masyarakat ini mempunyai keyyakinan tersendiri seperti yang diterangkan diatas, selain itu mereka juga mempunyai agama sendiri yang disebut sebagai agama Adam. Hal itulah yang menyebabkan Kartu Tanda Penduduk mereka dalam kolom agama tidak terisi ( agama mereka tidak diakui oleh pemerintah). Atas dasar tersebutlah orang samin kebanyakan kesulitan dalam hal-hal tertentu yang mengharuskan persyaratan sipil. Orang samin tulen kebanyakan tidak sekolah, selain karena alasan administrasi juga karena mereka lebih menyukai anak-anak mereka tidak mengenyam pendidikan di sekolah dan lebih memilih mengajari anak-anak mereka secara mandiri di rumah masing-masing.
Dari film Samin versus semen ini kami ingin mengambil sudut pandang kearifan lokal samin sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi keluhura dan menghormati lingkungan. Dalam film diceritakan bahwa masyarakat yang menolak pendirian pabrik semen tersebut dan enggan menjual tanah sawahnya walaupun di iming-imingi dengan ganti uang yang besar dengan alasan awakke dewe gak patheken nek gak ono semen, tapi awakke dewe bakal mati nek gak ono sawah, amergo sawah salah sawijining panggonan kanggo ngasilake beras, ora usah bangun pabrik semen nek mung ape ngerusak alam . Dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa kami tidak akan sudi dan tidak akan rela mengenai pendirian pabrik semen, karena pendirian semen tidak akan membuat kami (samin) mati, tapi kami (seluruh masyarakat Indonesia) akan mati apabila tanah untuk menanam padi yang nantinta akan menghasilkan beras untuk dimakan itu diakuisisi oleh Pabrik Semen untuk kepentingan eksploitasi, lalu dimana lagi kami akan menghasilkan beras untuk makan ?. Begitulah suara-suara yang bergema sangat keras terhadap penolakan pabrik semen ini. Penolakan ini terbilang alot, bahkan ada sekelompok warga yang rela mengecor kakinya dengan semen untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai aksi penolakan terhadap pendirian pabrik semen. Pada akhirnya para masyarakat yang menolak pendiriran pabrik semen ini memenangkan gugatannya di PTUN melawan Semen Gresik.
Keluhuran sikap samin inilah yang pantas untuk kita tiru. Uang bukanlah segalanya, walaupun uang bisa membeli segalanya tapi masyarakat samin enggan memiliki uang banyak atas penjualan sawahnya dan memilih hidup senderhana asalkan alamnya tetap lestari dan ekosistem tetap harmonis. Hal inilah yang mulai memudar diantara kita, banyak orang yang sekarang gila akn uang, sehingga mereka menghalalkan segala cara agar mendapatkan uang. Merusak lingkungan, memburu binatang yang dilindungi, pengeksploitasian lingkungan yang berlebihan adalah salah satu bentuk gambaran orang yang gila akan materi. Mereka enggan berfikir bagaimana efek jangka panjang atas apa yang mereka lakukan. Mereka baru sadar ketika alam sudah mengisyaratkan kemarahannya seperti terjadinya bencana alam banjir, tanah longsor, bahkan terjadinya lumpur lapindo pun adalah contoh rill bahwa manusia tamak atas pengeksploitasian sumber daya alam yang tak memikirkan efek lingkungan jangka panjang.
Dalam ideologi NKRI yaitu Pancasila disebutkan dalam sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam kalimat tersebut dijelaskan bahwa keadilan dan kemanusiaan harus ditegakkan. Melihat konflik antara semen vs samin ketika masyarakat samin yang hanya mengandalkan pertanian untuk bertahan hidup tentu saja membutuhkan tanah untuk mereka tanami atau bertani sedangkan jika tanah tersebut didirikan pabrik semen tentu saja kemanusiaan dan keadilan mereka dipaksa untuk tunduk. Dilihat dari teori konflik kedua belah pihak ini tentu saja sangat berbeda pendapat atau kepentingan, karena konflik terjadi karena adanya kedua belah pihak terjadi perbedaan kepentingan. Di film Samin vs Semen ini tentu saja masyarakat Samin (Sedulur Sikep) bersikeras untuk mempertahankan tanahnya untuk kehidupan sehari-hari atau mencupi kehidupan mereka yang harus bertani dan pantang untuk berdagang, tentu saja bertani itu memerlukan tanah jika tidak ada tanah tentu tidak akan pernah ada tani. Selanjutkan dari pihak Semen (Indocement) berkeinginan mendirikan pabrik pegunungan karst Kendeng tersebut untuk memperluas dan memperbesar produksi semen. Tentu saja dalam pembuatan pabrik memerlukan tanah untuk mendirikan pabrik. Jadi harapan atau kepentingan dari pihak semen adalah membuat pabrik di tanah penduduk samin tersebut dan berkeinginan memperkerjakan penduduk yang semula bertani beralih menjadi pekerja pabrik.
Kesimpulan :
Kelompok kami sebetulnya kurang setuju atas embel-embel “samin” untuk menggambarkan kearifal lokal yang dibenturkan atas konflik yang terjadi antara masyarakat yang bersitegang dengan pabrik semen. Hal itu karena kami berasalan bahwa dalam ajaran samin sendiri masyarakat samin menolak adanya demo, karena mereka memandang bahwa demo bukanlah cara yang pas untuk menyuarakat pendapat dan bertentangan dengan sifat luhur nenek moyang mereka Samin Surosenthiko. Samin yang asli yang menetap di klopoduwur, Kabupaten Blora yang sering disebut sedulur sikep. Membantah keras bahwa masyarakat yang menolak pendirian pabrik semen tersebut adalah orang samin karena kalau orang samin sendiri itu tidak mengenal ajaran-ajaran anarkis apalagi demo. Sedulur sikep beranggapan bahwa film ini hanyalah konspirasi yang mencatut nama samin tanpa minta izin terlebih dahulu terhadap masyarakat samin luas. Film ini hanyalah rekaan kepentingan semata oleh pihak-pihak tertentu yang ingin menjatuhkan pabrik semen dengan mencatut nama samin dalam kepentingan mereka. Dalam wawancara klarifikasi atas benar atau tidaknya film ini, petinggi samin yang bernama Mbah Yoto dari desa Klopoduwur, Kabupaten samin memberi peringatan keras mengenai pihak-pihak yang bermain isu samin dalam kepentingan pribadi penolakkan semen dengan ucapan “ Kalau ditanam kebaikan ya hasilnya baik, kalu keburukan ya tidak tahu, kabeh bakal ngundhuh wohing pakartine dewe-dewe” (Mbah Yoto).
Terlepas dari kepntingan pribadi tersebut kita harus bisa memetik hikmah dari film ini yaitu jangan gila akan materi sehingga melupakan kewajiabn kita untuk menjaga dan menghormati lingkungan kita , dan jangan merusak lingkungan hanya karena alasan kesejahteraan rakyat atas pengeksploitasian tersebut, pikirlah dampak panjang dari apa yang akan terjadi atas pengeksploitasian tersebut. Untuk pemerintah, pemerintah seharunya membuat regulasi yang tegas dan menghargai hak-hak masyarakat atas apa yang mereka miliki termasuk sumber mata pencaharian mereka, keasrian lingkungan dan kearifan lokal yang ada. Jangan mengabaikan hak-hak rakyat yang tinggal dalam lingkup wilayah pembangunan (Pembangunan harus berwawasan lingkungan dan ramah akan kearifan lokal).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!