Bangsa
Indonesia sejauh ini telah berhasil mempertahankan keberadaan sebagai sebuah
bangsa hingga abad ke 20 ini. Mulai dari Orde Baru dengan semangat
mempertahankan kedaulatan NKRI, Orde Lama yang merupakan perpanjangan era dari
Orde Baru, dan Era Reformasi yang mempunyai semangat untuk mewujudkan Demokrasi
yang sebenarnya. Bangsa ini telah menginjak era dimana butuh kestabilan luar
biasa untuk tetap bertahan. Mulai dari sektor ekonomi, bisnis, politik, budaya,
dan seterusnya. Peringatan Reformasi ke 20 ini, ada beberapa hal yang
dibutuhkan Indonesia untuk tetap bergerak maju.
Pertama, Tetap
belajar dari Sejarah. Keberadaan sebuah bangsa, tentu bukan hanya diukur dari
“ada” dan “tidak”. Jika dibandingkan dengan berbagai Negara, Indonesia lebih
cepat beradaptasi dengan dunia millenial yang mempunyai persaingan ketat dengan
perlombaan tekhnologi dan ilmu pengetahuan. Sebagai negara berkembang dengan
jumlah penduduk tinggi, pendapatan perkapita Indonesia masih lebih baik
daripada India (Okezone Economy, 2016) dan menempati peringkat kelima di Asia.
Ini adalah sesuatu yang patut dibanggakan jika menilik umur Bangsa ini yang
masih “remaja”. Menjadi pesaing negara China dan India (detik finance 2017)
bukan hal yang mudah. Butuh konsistensi perkembangan perekonomian dan daya beli
serta investasi yang memadahi dengan pertumbuhan penduduk. Karena seperti yang
kita ketahui, peradaban cina, india, atau bahkan mantan penjajah kita, Jepang,
umur mereka jauh diatas pemerintahan Indonesia yang masih berumur 80 an.
Era
demi era memang tak hayal menjadi sebuah perjalanan, era millenial ini
sepertinya menjadi pembelajaran bagaimana demokrasi dijalankan. Bagaimana
tidak, warga internet (netizen) bisa lebih leluasa memberikan opini, ulasan,
komentar terhadap apapun, siapapun, dan kapanpun. Ini berarti ada dua sisi yang
sama-sama berkembang. Sisi positifnya adalah, masyarakat lebih mudah menyampaikan
aspirasi, tapi mempunyai efek negatif, yaitu pendapat yang berlebihan akan
menimbulkan gejolak, atau munculnya pihak tidak bertanggung jawab yang
menyebarkan informasi palsu (hoaks).
Kedua,
untuk tetap pada jalur, dibutuhkan suatu “Soko Guru” atau tiang penyangga yang
kuat dalam suatu bangsa, yaitu Kepemimpinan yang Fungsional. Setelah belajar
dari sejarah, Indonesia tidak bisa menutup mata dengan betapa pentingnya
pemimpin Negeri ini mempengaruhi bangsa. Terlepas dari ada dan tidak pemimpin yang
luar biasa, terlebih dahulu haruslah disadari bahwa semangat revolusi yang
mengedepankan demokrasi mengizinkan masyarakat menciptakan pemimpin untuk
Negeri ini. Menciptakan, berarti apa yang diharapkan dari bangsa harus
tercermin pada sosok pemimpin. Amanat nasional adalah yang utama., dan aspirasi
rakyat adalah mutlak.
Terakhir,
adalah pemimpin yang mempedulikan kecerdasan rakyat. Point terakhir ini yang
kadang diremehkan dan tidak disadari. Kehendak rakyat, bukan berarti yang
penting rakyat senang. Karena akan percuma pembangunan ini jika rakyat tidak
cerdas dalam berdemokrasi. Menutupi berita negatif pemerintahan, manipulasi
media, bukan lagi cara berpolitik yang baik. Rakyat juga butuh “dipimpin” dalam
arti sebenarnya, dimana rakyat bisa secara kondusif, memahami apa keinginanya
terhadap sosok pemimpin, kritis dan objektif dalam menilai pemerintahan. Era
reformasi harusnya menjadi titik tolak dimana kedaulatan rakyat, yang merupakan
instruksi tertinggi dalam Demokrasi, benar-benar didaulatkan serta dicerdaskan.
Rakyat adalah otak demokrasi, cerdaskan otaknya, baru kita berbicara tentang
kesejahteraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!