Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan tentang
pahlawan kita Ir. Soekarno, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Malang, 21 Februari 2017
Penyusun
Daftar Isi
Kata
Pengantar...................................................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................4
Pendahuluan...........................................................................................................4
A.
Latar Belakang...........................................................................................4
B.
Rumusan Masalah......................................................................................4
C.
Tujuan........................................................................................................4
BAB
II................................................................................................................................5
Pembahasan...........................................................................................................5
1.
Biografi Tokoh..........................................................................................5
2. Peranan Ir. Soekarno dalam perjuangan proklamasi...........................9
3. Nilai-nilai perjuangan dari Ir. Soekarno............................................10
BAB
III...................................................................................................................11
Penutup.................................................................................................................11
§
Kesimpulan...............................................................................................11
Daftar
Pustaka...................................................................................................................12
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Soekarno merupakan sosok yang
jasanya tidak bisa dilupakan begitu saja dalam membangun negeri Ini. Peranan
besar yang telah dilakukan oleh kedua orang ini, terutama dalam hal
memerdekakan bangsa Indonesia dari belenggu Penjajahan Akan Selalu Terpatri Sebagai
Jasa-Jasa Yang Tidak Akan tergerus selamanya oleh masa. Memang, jika kita
amati. Sosok kedua bapak bangsa ini merupakan pribadi yang unik satu sama
lainnya. pribadi yang saling melengkapi dan mengisi kekurangan-kekurangan yang
ada diantara mereka.
Sebagai sosok yang memiliki label
penggerak massa, Soekarno memiliki peranan sebagai pemain depan yang dengan
jelas terlihat Bagaimana pola pikir dan cara berbicaranya ketika berada di
depan podium untuk berpidato. Soekarno adalah singa podium yang berjuluk
“Penyambung solidaritas rakyat”. Ia memainkan peran dalam menyampaikan pesan
persatuan dan kesatuan untuk tercapainya Indonesia merdeka.
B.
Rumusan Masalah
1.
Siapakah Ir.
Soekarno?
2.
Bagaimana peranan
Ir. Soekarno dalam perjuangan proklamasi?
3.
Apa saja nilai –
nilai perjuangan dari Ir. Soekarno?
C.
Tujuan
Untuk mengingatkan generasi muda
negara ini akan besarnya nilai jasa para pejuang dan untuk menimbulkan rasa
nasionalisme generasi muda bangsa ini agar kita semua bisa menghargai jasa para
pahlawan.
BAB II
Pembahasan
1.
Biografi Ir. Soekarno
Presiden
pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di
Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya
bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa
hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri
Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh.
Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari
Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.
Masa kecil
Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD
hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said
Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan
sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah
menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke
Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi
yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Dalam
usia kanak-kanak, Soekarno tinggal dan diasuh oleh kakeknya. Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
Kakeknya adalah
seorang pedagang batik, yang secara tidak langsung membantu penghidupan dari kedua orang tua soekarno yang pada waktu itu tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi dirinya dan kakaknya. Kecintaan Soekarno terhadap wayang kulit, mulai tumbuh selama tinggal bersama kakeknya. Ia sering kali menonton wayang kulit sampai larut malam. Kesenangannya menonton wayang membuatnya terkesan dengan tokoh Bima dibandingkan dengan tokoh lain.
Di
Tulung Agung, ia pertama kali masuk sekolah.Tetapi ia kurang mempergunakan kesempatan sebaik mungkin untuk belajar.Hal ini disebabkan ia lebih sering melamun tentang kisah perang bharata yudha.Namun, sisi keingintahuan yang besar dan minatnya terhadap pengetahuan sudah mulai tumbuh pada saat ini. Berkat sifat keingintahuan yang dimiliki olehnya, Soekarno memiliki wawasan yang lebih luas daripada teman-teman sebayanya.
Tidak lama kemudian, setelah kedua
orang tuanya pindah ke Sidoarjo dan mendapat jabatan sebagai kepala Eerste
Klasse School di Mojokerto. Di sini, kepandaiannya mulai terlihat
dengan jelas. Mungkin ini disebabkan oleh profesi ayahnya yang juga seorang
guru sehingga dapat mengawasi kegiatan belajar mengajar anaknya secara
langsung. kemudian, Raden Sukemi memasukkan Soekarno ke Europeesche Lagere
School (E.L.S). Sekolah tersebut didirikan guna memenuhi kebutuhan anak-Anak
pekerja di pabrik gula.
selama bersekolah di sini. Soekarno
merasakan adanya diskriminasi yang diberlakukan kepada kaumnya. Hanya
bumiputera tertentu yang mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan hak istimewa
itu. Mereka yang bukan anak pejabat hanya bisa masuk ketika ada izin khusus
dari residen dan memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebelum ia menginjakkan kaki
di tempat tersebut, pada tahun 1913, Soekarno harus mengorbankan waktunya untuk
memperdalam bahasa Belanda pada Juffrow M.P De La Riviera, guru bahasa Belanda
di ELS. Selama bersekolah di ELS Soekarno juga mengalami cinta pertama kepada
seorang gadis Belanda yang bernama,
Rikameelhuysen. Tetapi, hubungan mereka berdua ditentang oleh ayah sang gadis
karena melihat kedudukan Soekarno yang hanya merupakan pribumi. Meskipun,
akhirnya hubungan itu putus dan Soekarno dihina. Ia tidak marah karena
menganggap hal itu sudah biasa.
Pribadi Soekarno, selain banyak
mendapatkan pendidikan di ELS. Ia juga mendapatkan pendidikan dari ayahnya
dengan keras, penuh disiplin, tetapi di sisi lain mengajarkan untuk mencintai
Mmkhluk tak berdaya. Sedangkan dari ibunya, Idayu, ia mendapatkan pengaruh
mistik dari pemikiran hindu dan sifat yang lemah lembut serta kasih sayang.
Dari pembantunya Sarinah, sebagaimana diungkapkan oleh Soekarno sendiri, ia
memperoleh pengaruh kemanusiaan dan sikap emansipasif. Ia amat terkesan dan
mengagumi sikap perempuan tersebut. Meskipun ia hanya seorang pembantu, di mata
Soekarno ia adalah perempuan bijaksana dan berbudi luhur.
Setelah menyelesaikan ELS di
Mojokerto, pada tahun 1915, Sukarno ingin melanjutkan pelajarannya Di Hogere
Burger School (HBS). Agar Soekarno diterima sebagai siswa HBS, ayahnya
menggunakan pengaruh kawannya untuk memasukkan ke sekolah tertinggi yang ada di
Jawa Timur tersebut. Melalui jasa baik, H.O.S Tjokrominoto, Soekarno akhirnya
diterima di sana. Bahkan tokoh gerakan massa nasionalis islam itu memberikan
pondokan di kediamannya, walaupun ia tidak mendapatkan kamar yang baik. Ia
menempati sebuah kamar yang gelap tanpa jendela dan daun pintu. Sebagai
penerangan lampu pijar yang menyala sepanjang hari. Tetapi ia menerima
kenyataan tersebut tanpa menggerutu. Karena memang tidak ada kamar lagi dan
hanya itulah satu-satunya kamar yang belum terisi dan Soekarno menjadi
penghuninya. Tetapi yang penting bagi ayahnya adalah anaknya dapat tinggal satu
atap dengan “Raja Jawa” yang tak bermahkota.
Alasan dari Sukemi untuk menitipkan
Soekarno kepada Tjokrominoto dijelaskan oleh Soekarno dalam buku biografinya
yang ditulis oleh Cindy Adams (1966), sebagaimana yang diungkap oleh Soekarno:
“Tjokro adalah pemimpin baik dari orang Jawa. Sungguhpun engkau akan mendapat
pendidikan Belanda, aku tidak ingin darah dagingku menjadi kebarat-baratan.
Karena itu kukirim kepada Tjokro orang yang dijuluki Belanda sebagai Raja Jawa
yang tidak dinobatkan. Aku tidak ingin
melupakan, bahwa warisanmu adalah untuk menjadi Karna kedua.”
Selama Berada di Surabaya, Soekarno
banyak mendapatkan pengaruh pemikiran barat yang modern. Perpisahan dengan
orang tua dan lingkungan desanya juga memberikan pengaruh postitif bagi
dirinya. Soekarno berada di Surabaya selama lima tahun. Selama itu ia tinggal
di rumah Tjokrominoto. Di tempat itulah pendidikan politik Soekarno dimulai
dengan interaksi dengan berbagai pemahaman pemikiran yang ada disana. Soekarno
juga berkenalan dengan orang-orang beraliran sosialis, seperti Alimin, Muso,
dan Dharsono yang juga mendapat kedudukan penting dalam kepengurusan Sarekat
Islam maupun di dalam keanggotaan Indische School Democratische Vereeniging
(ISDV).
Sebagai remaja yang gelisah, ia menyalurkan
aspirasinya melalui suratkabar milik Sarekat Islam, Oetoesan Hindia. Ia menuangkan pemikiran dengan nama samaran
‘Bima”. Menurut pengakuannya, penggunaan nama samaran
itu dimaksudkan agar ia tidak dimarahi oleh ayahnya. Sebab ayahnya akan marah
apabila mengetahui anaknya membahayakan masa depannya sendiri. Memang kata-kata
yang digunakan Soekarno cukup tajam seperti “Hancurkan segera kapitalisme yang
dibantu oleh budaknya, imperialisme. Dengan kekuatan islam, Insya Allah itu
segera dilaksanakan.” Di samping itu, Soekarno
juga aktif dan melibatkan dirinya dalam organisasi pemuda Tri Koro Darmo cabang
Surabaya, yang dibentuk pada 1915 sebagai bagian dari organisasi Budi Oetomo.
Kemudian berganti nama menjadi Jong Java pada 1918.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di
HBS pada 10 Juni 1921. Soekarno beserta Istrinya, Siti Oetari Tjokrominoto,
Puteri Tjokrominoto Yang Dinikahi Olehnya pada 1920 atau 1921, meninggalkan
Surabaya menuju Bandung. Disana ia bersama istrinya berdiam di kediaman haji Sanusi, anggota Sarekat Islam dan juga
kawan akrab Tjokrominoto. Di tempat itu pula Soekarno pertama kali bertemu dengan
Inggit Garnasih, Isteri Haji Sanusi. Kota Bandung mempunyai iklim ideologis
yang khas jika dibandingkan dengan kota-kota lain. Jika Sarekat Islam berpusat
di Surabaya, maka Semarang dikenal sebagai pusat pemikiran marxisme. Kedua kota
ini saling mempengaruhi dan saling berebut pengaruh.
Tetapi Bandung justru menampilkan
watak yang berlainan dengan kedua kedua kota di atas. Sebab di kota Bandung
telah berkembang sebuah pemikiran bahwa tujuan pergerakan adalah kemerdekaan
penuh bagi Indonesia. Gagasan-gagasan ini dikembangkan oleh para pemimpin
Indische Partij yang akhirnya mempengaruhi pemikiran-pemikiran selanjutnya.
Akhirnya kota Bandung menampilkan diri sebagai pusat pemikiran nasionalis sekuler.
Di kota ini, soekarno berkenalan dengan tokoh-tokoh nasionalis sekuler, seperti,
E.F.E Douwes Dekker, Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara.Perkenalan
ini telah membawa nuansa baru dalam berpikir Soekarno.Seperti halnya dalam
pendekatan yang diperkenalkan oleh Douwes Dekker dalam mendekati situasi hindia
Belanda dan bagaimana cara mengubahnya amat menarik perhatian Soekarno.
Pemikiran yang diperkenalkan tersebut terlihat berbeda dari pemikiran
sebelumnya didapat Dari tokoh-tokoh yang ditemuinya.
Dengan bertemunya berbagai tokoh yang memiliki berbagai aliran pemikiran tentunya
membuat pikiran Soekarno semakin tersusun secara teratur. Di samping itu kesaksiaannya
terlihat di depan matanya. Soekarno melihat di lingkungan Tjokrominoto
senantiasa timbul pertentangan antara golongan kanan (Tjokrominoto) dengan
golongan kiri (Semaun-Darsono) Dalam Sentral Serikat Islam yang berkedudukan di
Surabaya. pertikaian yang memuncak tersebut berakhir dengan terpecahnya sarekat
islam menjadi dua bagian, yakni sarekat islam putih dan merah. Sarekat islam merah,
akhirnya merubah dirinya menjadi sarekat rakyat.
Jiwa patriotisme Soekarno tidak hanya dibentuk melalui figur seorang
Tjokrominoto. Sebagaimana diungkapkan oleh Bob Hering, bahwa adanya interaksi
antara Soekarno dan para pengikut aliran Marxis Seperti Muso, Alimin, dan
Semaun. Juga para orang-orang sosialisme radikal Belanda, seperti Coos Hartogh,
Henk Sneevliet, dan Aser Baars. memang jika penulis
pahami, pengaruh nasionalisme, islam, dan marxisme-sosialisme sudah memiliki
andil yang besar pada diri Soekarno bahkan pada saat dia muda. Secara jelas,
ini dibentuk dari keberadaan Soekarno Yang pada mulanya mendapatkan Pendidikan
Politik Di Surabaya.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di
Bandung. organisasi ini merupakan cikal bakal dari Partai Nasional Indonesia
(PNI) yang didirikan olehnya pada tahun 1927. aktivitas Soekarno di PNI
menyebabkan dirinya ditangkap oleh Belanda pada bulan Desember 1929, dan
memunculkan pledoi atau pembelaannya yang fenomenal dengan judul Indonesia
menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo),
yang merupakan pecahan dari PNI. Akibatnya, Soekarno kembali ditangkap pada
bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Disini, Soekarno hampir hilang
dan terlupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun, semangat dan api perjuangan
yang tidak pernah padam senantiasa membuat Soekarno tetap tegar dalam
menghadapi hambatan dalam perjuangan. Ini terbukti melalui suratnya kepada
seorang guru persatuan islam Bernama Ahmad Hassan.
Selama menjadi presiden, Soekarno banyak memberikan gagasan-gagasan di
dunia internasional. keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih
belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan
Presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan
Konferensi Asia-Afrika di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung. Tujuan dari
KAA Adalah untuk menentang tindakan imperialisme dan kolonialisme yang terjadi
di dunia yang notabenenya banyak dilakukan oleh negara-negara barat.
Setelah ‘bercerai’ dengan Mohammad Hatta, pada tahun 1955. Masa-masa
kesuraman pemerintahan Soekarno sudah mulai tampak. Ditambah dengan keadaan
politik dalam negeri yang sudah mulai tidak stabil akibat adanya pemeberontakan
separatis yang terjadi di seluruh plosok Indonesia. Dan berpucak pada
pemberontakkan G 30 S/ PKI, membuat Soekarno di dalam masa jabatannya tidak
bisa memenuhi cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera. Akibat
selanjutnya, Soekarno terpaksa dicabut masa jabatannya oleh MPRS setelah Pidato
pertanggungjawabannya ditolak.
2. Peranan Ir.
Soekarno dalam perjuangan proklamasi
·
Pada tahun 1915
mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java
diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa Belanda.
·
Pada
tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene
Studie Club di Bandung yang merupakan hasil
inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo.[6] Organisasi
ini menjadi cikal bakal Partai Nasional
Indonesia.
·
Pada
tahun 1930 ia
dipindahkan ke Sukamiskin dan pada tahun itu ia memunculkan pledoinya yang
fenomenal Indonesia
Menggugat (pledoi), hingga dibebaskan kembali
pada tanggal 31 Desember 1931.
·
Aktif dalam
usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan
dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi
Kemerdekaan.
·
Soekarno
adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.
3. Nilai-nilai
perjuangan dari tokoh yang bisa diambil dari Ir. Soekarno
a.
Nilai persatuan
dan kesatuan mereka begitu menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
b.
Nilai keikhlasan. Para perumus dasar
negara kita saat itu tidak terpikir untuk mendapat imbalan. Mereka ikhlas demi
bangsa dan negaranya.
c.
Berani menegakkan
kebenaran dan keadilan. Demi keadilan, mereka berani melakukan perjuangan di
tengah-tengah bahaya.
d.
Toleran terhadap
perbedaan. Perumusan dasar negara diwarnai dengan sikap menghargai perbedaan.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
· Ir. Soekarno (lahir di Blitar
pada 6 Juni 1901- meninggal pada tanggal 21 Juni 1970 di Kota Blitar,
Jawa Timur). ayahnya Raden Sukemi Sosrohadihardjo, adalah seorang priyayi
rendahan yang bekerja sebagai guru sekolah dasar. ibunya Nyoman Rai berdarah
biru dari Bali dan beragama Hindu. Pertemuan mereka terjadi ketika Raden Sukemi,
yang sehabis menyelesaikan studi di Sekolah Pendidikan guru pertama di Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur, ditempatkan Di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja,
Bali.
· Soekarno menentang kolonialisme dan
kapitalisme itu. Keduanya melahirkan struktur masyarakat yang eksploitatif
sebagai suatu sistem yang eksploitatif, kapitalisme itu mendorong imperialisme,
baik imperialisme politik maupun imperialisme ekonomi. Tetapi soekarno tak
ingin menyamakan begitu saja imperialisme dengan pemerintah kolonial imperialisme.
· Menurut Soekarno, yang pertama-tama
perlu disadari adalah bahwa alasan utama kenapa para kolonialis Eropa datang ke
asia bukanlah untuk menjalankan suatu kewajiban luhur tertentu. mereka datang
terutama “untuk mengisi perutnya yang keroncong belaka.” artinya, motivasi
pokok dari kolonialisme itu adalah ekonomi sebagai sistem yang motivasi
utamanya adalah ekonomi.
· Langkah lain yang menurut Soekarno
perlu segera diambil dalam menentang kolonialisme dan imperialisme itu adalah
menggalang persatuan di antara para aktivis pergerakan.
· Dengan pendirian partai
nasional Indonesia (PNI) yang sebagai tujuan utamanya dicanangkan untuk “Mencapai
Kemerdekaan Indonesia.” guna memberi semangat kepada para aktivis pergerakan,
pada tahun 1928 ia menulis artikel berjudul jerit kegemparan di mana ia
menunjukkan bahwa sekarang ini pemerintah kolonial mulai waswas dengan semakin
kuatnya pergerakan nasional yang mengancam kekuasaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hering Bob, Soekarno
Architect Of A Nation, Kit Publisher,
Amsterdam, 2001
Soekarno Founding Father Of Indonesia 1901-1945, Kit Publisher, Amsterdam, 2001
Katoppo, Aristides, 80 Tahun Bung
Karno, Kintamani Offset,
Jakarta, 1982
Kasenda, Peter, Soekarno Muda:
Biografi Pemikiran 1926-1933, Komunitas Bambu,
Jakarta, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!