Sumpah
Pemuda ( Semangat Pemuda dulu dan sekarang )
Oleh
: Rifai Anas A.H
BAB I
Pendahuluan
Sejarah Pemuda adalah sejarah revolusi, pemudalah
motor perubahan yang hakiki. Karena pemuda kesadaran dan pendidikan Kkebangsaan
tumbuh seabad yang lalu, diatas tanah Ibu Pertiwi yang ratusan tahun dijajah
oleh bangsa kompeni. Siapa yang tak takjub karena sumpah sekelompok pemuda
untuk bersatu nusa, bersatu bangsa, bersatu bahasa. Terejawantahkanlah
Indonesia, negeri dengan beragam suku dan religi yang sesungguhnya tak lebih
dari dongeng imajinasi. Pemuda bergerak mencarikan jalan kemerdekaan padahal
Indonesia jauh dari merdeka. Inilah Soempah Pemuda 28 oktober 1928
A. Latar
Belakang Masalah
Tanggal 28 oktober 1928, sekitar 88 tahun yang lalu
merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia. Perjuangan para pemuda dengan
semangat membara mengutarakan janji-janji suci yang merupakan awal terjadinya
perjuangan yang menyeluruh yang dilandasi semangat persatuan dan kesatuan bangsa
demi tercapainya cita-cita perjuangan bangsa menuju Indonesia merdeka.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan permasalahan yang didapatkan
pada makalah ini adalah :
1.
Bagaimana awal mula terjadinya peristiwa
28 oktober 1928
2.
Apa isi yang terkandung dari sumpah
pemuda
3.
Apa manfaat dan tujuan sumpah pemuda
4.
Bagaimana pengaruh dari sumpah pemuda
bagi Indonesia
5.
Apa korelasi makna sumpah pemuda
6.
Bagaimana kesinambungan antara pemuda
dulu dan sekarang
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui arti penting peristiwa 28 Oktober 1928 bagi bangsa Indonesia.
D. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui arti penting peristiwa 28 Oktober 1928 bagi bangsa Indonesia.
2. Dapat mengambil hikmah dari peristiwa 28 Oktober 1928 bagi masa yang akan datang.
3. Menambah wawasan kita terhadap sejarah perjuangan bangsa.
Manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui arti penting peristiwa 28 Oktober 1928 bagi bangsa Indonesia.
2. Dapat mengambil hikmah dari peristiwa 28 Oktober 1928 bagi masa yang akan datang.
3. Menambah wawasan kita terhadap sejarah perjuangan bangsa.
BAB II
Pembahasan
A.
Awal mula terjadinya peristiwa 28
oktober 1928
Sumpah pemuda
merupakan babak baru bagi perjuangan bangsa Indonesia. Perjuangan yang semula
bersifat lokal (kedaerahan) berubah menjadi perjuangan yang bersifat nasional.
Pemuda waktu itu mulai sadar bahwa perjuangan yang bersifat lokal kurang
efektif untuk melumpuhkan kolonial Belanda. Penjajah dapat mematahkan
perlawanan mereka walaupun cukup merepotkan juga. Mereka juga sadar bahwa hanya
dengan persatuan dan kesatuan, cita-cita kemerdekaan dapat diraih
Pada tahun 1908, bangsa Indonesia mulai bangkit.
Kebangkitan ini
ditandai dengan berdirinya Budi Utomo atas
inisiatif dan dorongan Dr. Wahidin Sudirohusada. Walaupun Budi Utomo waktu itu
masih dengan corak kesadaran lokal yang tercermin dari tujuannya, yaitu mau
memajukan dan membangkitkan masyarakat dan kebudayaan Jawa terutama
melalui pendidikan, Budi Utomo membawa peran penting bagi pemuda waktu itu.
Budi Utomo mencoba membantu orang-orang muda yang tidak mampu memperoleh
pendidikan yang lebih tinggi. Alhasil bermunculan organisasi-organisasi pemuda
baru semisal Tri Koro Darmo. (Jong Java), Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon,
Jong Betawi, Jong Minahasa, Sekar Rukun, dan Pemuda Timor.
Organisasi-organisasi inilah yang nantinya akan mendorong lahirnya Sumpah
Pemuda.
Organisasi pemuda yang gencar mencanangkan
persatuan Indonesia adalah Perhimpunan Indonesia (PI) sendiri sudah memberi
teladan terlebih dahulu
Hal tersebut nampak jelas dalam ideologi PI yaitu :
- Kesatuan nasional: mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit yang berdasarkan kedaerahan kemudian menciptakan kesatuan aksi.
- Solidaritas: tanpa melihat perbedaan antarsesama bangsa Indonesia, seharusnya kita sadar bahwa terdapat perbedaan kepentingan yang mendasar antara penjajah dengan yang dijajah.
- Non kooperatif: kemerdekaan harus timbul dengan kekuatan sendiri.
- Swadaya: untuk mengandalkan kekuatan sendiri perlu dikembangkan suatu struktur alternatif dalam kehidupan nasional politik, sosial, ekonomi, dan hukum yang kuat berakar pada masyarakat pribumi.
Semua ideologi PI tersebutlah yang mendorong Bangsa
Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Pada tanggal 15 November 1925
organisasi-organisasi pemuda berkumpul dan menyepakati dibentuknya suatu
panitia untuk mempersiapkan kesepakatan besar pemuda. Diharapkan dengan adanya kesepakatan
besar bersama dari para pemuda, berkembanglah paham persatuan kebangsaan dan
berusaha merekatkan, Yang pada Akhirnya pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926
dilaksanakanlah Kongres Pemuda pertama yang dilaksanakan di Batavia (jakarta)
yang diketuai oleh Muhammad Tabrani. Dalam Kongres Pemuda pertama menghasilkan
berbagai kesepakatan yang meliputi sebagai berikut :
- Cita-cita Indonesia merdeka menjadi cita-cita semua pemuda Indonesia.
- Semua perkumpulan pemuda berdaya upaya menggalang persatuan organisasi pemuda dalam suatu wadah. Dari hasil kesepakatan yang dicapai ini, sangat tampak kemajuan yang mendukung arti pentingnya kesatuan dan persatuan antarmereka. Hal ini merupakan suatu prestasi besar pada saat itu.
Kongres Pemuda I, di dalamnya
dilakukan beberapa kali pidato tentang pentingnya Indonesia bersatu.
Disampaikan pula tentang upaya-upaya memperkuat rasa persatuan yang harus
tumbuh di atas kepentingan golongan, bahasa, dan agama. Selanjutnya,
dibicarakan juga tentang kemungkinan bahasa dan kesusastraan Indonesia kelak di
kemudian hari.
tanggal 26 – 28 Oktober 1928 meletuslah Kongres
Pemuda 2 yang dilatarbelakangi oleh
semangat pergerakan nasional sebagai tindak lanjut Kongres I yang belum
mencapai tujuan, juga sebagai bentuk pembahasan lanjut akan keputusan
kebangsaan seperti penetapan bahasa nasional yg belum rampung pada kongres 1.
Masih dengan semangat yg sama yaitu menyatukan seluruh organisasi kepemudaan di
Indonesia.
Kongres tersebut dihadiri wakil-wakil dari
perkumpulan-perkumpulan pemuda, antara lain : Pemuda Sumatra, Pemuda Indonesia,
Jong Bataksche Bond, Sekar rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islameten Bond, Jong
Java, Jong Ambon, dan Jong Celebes.
Dalam
kongres yang diselenggarakan selama 3
hari tersebut sempat terjadi 2 kali insiden hanya karena disebut-sebutnya
“Kemerdekaan Indonesia”. Polisi Belanda sempat menegur ketua rapat agar tidak
menggemakan lagi “Kemerdekaan Indonesia”. Insiden itu justru semakin menyulut
kebencian pemuda pada pihak Belanda.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische
Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya
nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan
mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal
yang dibutuhkandalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Pada Kongres Pemuda 2 menghasilkan tiga prasaran :
“Persatuan
dan Kebangsaan Indonesia” oleh Muh. Yamin,
“Pendidikan”
oleh Nn. Purnomowulan, Darwono dan S. Mangunsarkoro, “Kepanduan” oleh Ramelan,
dan Mr. Suaryo
Moh. Yamin menyimpulkan semua pembicaraan dalam
konggres tersebut. Perumusan yang berupa kesimpulan itulah yang dikenal
dengan Sumpah Pemuda. Kemudian Moh. Yamin dipersilakan untuk menjelaskan
rumusan itu dan disetujui secara aklamasi oleh seluruh peserta sidang. Inilah
kesimpulan dari Moh. Yamin itu yang kita kenal dengan SUMPAH PEMUDA:
Pertama
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia.
Kedua
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku
berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
B.
Isi yang terkandung dalam Sumpah Pemuda
Isi sumpah pemuda yang menyatakan bahwa bersatu
nusa, bersatu bangsa, bersatu bahasa yang memiliki arti sebagai berikut :
1.Satu Nusa
Nusa sama artinya dengan wilayah atau pulau. Telah
diketahui bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.499
yang merupakan jumlah pulau terbesar di dunia. Meskipun wilayah Indonesia
terpisah oleh bentangan lautan yang luas namun tetap merupakan kesatuan wilayah
yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
2 Satu Bangsa
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku-suku, menurut data sensus BPS tahun 2010 ada sekitar 1.331 suku bangsa di
Indonesia ini, tentu itu bukan jumlah yang sedikit, setiap suku tentunya
mempunyai adat istiadat tersendiri dan khas. Walaupun demikian Indonesia
tetaplah Indonesia walaupun tradisi suatu daerah berbeda-beda bukan menjadikan
Indonesia terpecah karena perbedaan itu indah, NKRI tetap harga mati
3 Satu Bahasa
Di Indonesia di setiap suku punya bahasa tersendiri
bahkan bisa dikatakan setiap daerah di Indonesia punya khas bahasa tersendiri
yang berlaku dalam keseharian masyatakat, karena perbedaan bahasa daerah ini,
diperlukan satu bahasa nasional untuk mempersatukan bangsa, yaitu bahasa
Indonesia. Dengan adanya bahasa Indonesia, seluruh bangsa dapat saling berhubungan.
Dengan demikian, akan tercipta persatuan dan kesatuanbangsa.
C. Tujuan
dan Manfaat sumpah pemuda
Para pemuda yang menyatakan berikrar untuk bersatu
nusa, bersatu bangsa, bersatu bahasa, dikumandangkan pada 28 Oktober 1928 di di
Gedung Oost Java Bioscoop bertujuan untuk menumbuhkan rasa persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang sebelumnya masih bersifat sangat kedaerahan. Selain
itu sumpah setia ini bertujuan untuk mempersatukan pemuda-pemuda di seluruh
tanah air.
Para pemuda itu bersatu yang entah berasal dari
entik tertentu bersedia untuk menomorduakan keinginan menjadi nomer satu
sendiri demi NKRI kita. Mereka bersedia membatasi diri demi persatuan bangsa,
bukti yang paling mencolok, modal paling penting bangsa Indonesia waktu itu
adalah kesediaan etnik terbesar, etnik jawa, untuk menyetujui bahwa bukan
bahasa mereka, melainkan bahasa Indonesia yang dijadikan pemersatu.
Hal itulah yang kini kian pudar, nilai-nilai
esensial dari sumpah pemuda yang bersatu untuk kepentingan bersama kini mulai
tergerus oleh kepentingan suatu elite politik untuk rencana piciknya, Devide et
Empera modern mulai muncul kembali, ironisnya politik adu domba sekarang di
gunakan oleh sekelompok elite politik yang tidak bertanggung jawab untuk
menjatuhkan salah satu pihak tanpa mengakibatkan efek yang ditimbulkannya.
Marilah kita bercermin pada sumpah pemuda untuk
menyatukan bangsa Indonesia ini dengan mengambil hikmah sebagai berikut :
1. Semangat
kekeluargaan, persatuan, dan persaudaraan antar sesama.
2. Terwujudnya
kerukunan antar masyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga tidak mudah
dipecah belah (di adu domba)
3. Menumbuhkan
kesadaran bahwa ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan terhadap
disintegrasi bangsa yang merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.
D. Pengaruh
sumpah pemuda bagi Indonesia
Pengaruh
sumpah pemuda sangat signifikan bagi Indonesia waktu itu. Pertama timbulnya rasa persatuan dan kesatuan setelah dicetuskannya
ikrar sumpah pemuda itu yang membuat bangsa Indonesia sadar arti akan
keanekaragaman Indonesia itu sendiri.
Kedua Pergerakan kedaerahan mulai beralih ke pergerakan yang bersifat
nasional dan berskala besar. Ketiga semangat
nasionalisme yang menggelora untuk meruntuhkan kolonialisme Belanda dan mulai
merencanakan untuk merdeka. Keempat tembok
kedaerahan yang dahulunya menjadi penghalang kini sudah berhasil ditumbangkan
oleh rasa persatuan dan kesatuan yang mengakar pada hati sanubari rakyat
Indonesia. Kelima Organisasi-organisasi
politik yang lahir setelah Sumpah Pemuda, semuanya memakai kata “Indonesia”
dalam namanya, seperti Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931, Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI) tahun 1931, Partai Indonesia Raya (Parindra) tahun 1935 dan
lain-lain. Bahwa partai Sarekat Islam, pada tahun 1929 berubah nama menjadi
Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Dengan demikian partai ini lebih
menujukkan corak kebangsaannya.
E. Korelasi
makna sumpah pemuda
Akhir-akhir ini Ketika
beraneka-ragam kecenderungan permusuhan atau perpecahan mulai nampak
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita, ormas-ormas radikal
bermunculan ironisnya mereka mengatasnamakan agama sebagai alat pemecah
persatuan Indonesia,
seperti yang dipertontonkan oleh organisasi/gerakan semacam Front Pembela
Islam, Ahluk ussunah Waljemaah, Majelis Mujahidin Indonesia, KISDI dan
lain-lain sebagainya. Agama hanya digunakan sebagai daya tarik untuk
kepentingan politik seketika, malah kadangkala agama dijadikan alat untuk
menjatuhkan lawan politik oleh sekelompok politisi, Bung Karno merupakan sosok
pemimpin politik yang sangat religius dalam arti yang sebenarnya. Tapi, dia
tidak pernah menggunakan simbol-simbol agama
“Islam, yes; Partai islam, no!”
Ungkapan Cak Nur yang sangat kontroversial itu merupakan penegasan beliau
mengenai pentingnya esensialitas keberagamaan
sebagai sarana menuju yang kholiq. Cak Nur yang notabene seorang intelektual dan
cendekiawan muslim berkali-kali melakukan pembelaan ketika islam hanya
dijadikan sebagai sarana atau instrumen politik, di mana di dalamnya sarat akan
kepentingan kelempok. Apalagi, ada kecenderungan di antara parpol-parpol
berlabel islam seakan-akan memonopoli kebenaran, sehingga tidak heran kalau kemudian
terjadi konflik horiontal yang mengatasnamakan kebenaran. Padahal konflik itu
terjadi tidak lain hanyalah karena menyangkut kepentingan yang sifatnya
politis, bukan ideologis apalagi teologis.
Itulah konsekuensi politik yang
dengan terpaksa harus kita terima sebagai akibat dari dinamika yang tidak
sehat. Nilai-nilai esensial agama tidak dimaknai sebagai pendorong kesalihan
sosial, demekian juga politik tidak dimaknai sebagai sarana dimana kepentingan
yang berbeda-beda itu sejatinya bermuara pada satu tujuan: keadilan sosial (social justice)
Setali tiga uang, etnis pun
demikian, kaum mayoritas bersifat semena-mena terhadap kaum minoritas,
begitupula kaum minoritas yang tidak menghargai mayoritas. Seolah-olah mereka
lupa perjuangan para pemuda 28 oktober Saat mengkesampingkan persoalan etnis,
suku, dan agama. Mereka lupa bahwa bangsa Indonesia terbentuk atas intergrasi
kaum-kaum minoritas dan kaum mayoritas.
Indonesia
iku beda tapi tan kena mbedak-mbedakke, falsafah jawa yang artinya Indonesia
itu terbentuk atas perbedaan, tapi perbedaan itu tidak boleh membuat kita untuk
saling membedakan. Mbedak-mbedakke dalam konteks perlakuan, orang jawa sering
menyebutnya dengan ungkapan emban cindhe,
emban siladan. Makna dari ungkapan tersebut adalah salah satu pihak
digendong menggunakan selendang mewah (Cindhe), adapun pihak lain digendong
dengan benda yang membuat badan gatal (siladan). Salah satu pihak dilakukan
secara istimewa sedangkan pihak lain disia-siakan.
Sebagai bangsa Indonesia kita wajib
memahami adanya perbedaan di setiap daerah Indonesia, namun perbedaan itu
bukanlah sesuatu yang aneh dan tidak lazim, melainkan sangat wajar. Dengan
menganggap perbedaan itu wajar, perbedaan antara suku, agama, dan ras di Indonesia
dapat diterima tanpa menimbulkan gejolak atau permusuhan
Perbedaan antarwarga dalam berbagai
segi pada hakikatnya bukan melemahkan, melainkan menguatkan sebab, berbagai
kelebihan yang dimiliki individu atau sekelompok orang bisa berguna bagi pihak
lain. Hal tersebut dapat diibaratkan mur dan baut dalam dunia perbengkelan.
Perbedaan mur dengan baut bukan saling menghancurkan, melainkan menguatkan satu
sama lain.
Itulah sebenarnya Indonesia yang
dituangkan dalam ikrar sumpah pemuda. Jika satu sama lain mampu menghargai
perbedaan yang ada maka akan tercipta masyarakat yang kuat. Kekuatan itu
meliputi segi ekonomi, spiritual, dan sosial kemasyarakatan. Perbedaan apa pun
pada warga masyarakat di Indonesia justru menjadi modal untuk saling membantu.
Saling membantu atas dasar sikap saling menghargai membuat hubungan sosial
antar warga Indonesia semakin kuat.
Dalam konteks bahasapun demikian
bangsa Indonesia akhir-akhir ini sudah terbawa arus kemajuan dalam bidang
kebahasaan. Bisa dikatakan bahwa bangsa Indonesia sudah mulai kebablasan dalam
soal bahasa sehingga mulai meninggalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
leluhur. Fenomena sekarang menunjukan bahwa seseorang lebih condong ingin
belajar bahasa asing daripada bahasa pribuminya sendiri, bahkan ironisnya ada
seorang anak sejak lahir sudah dijejali dengan bahasa asing sampai-sampai tidak
bisa bahasa Indonesia. Tidak elok kiranya bila kita berbicara kepada sesama
teman menggunakan bahasa asing.
Meskipun terkesan modern, maju,
canggih, atau bahkan intelek, perilaku itu tentu kurang elok. Bercakap-cakap
dengan bahasa asing dalam keseharian dalam falsafah jawa diistilahkan dengan bener ning kurang pener, (benar, tetapi
kurang tepat), jikalau ingin memperdalam bahasa asing, dapat dilakukan di
tempat khusus, misalnya di bimbingan belajar, bukan di tempat umum. marilah
kita bangsa Indonesia menengok sejarah sumpah pemuda dimana para pemuda
menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
F. Kesinambungan
pemuda dulu dan sekarang
“Beri aku 10 pemuda, maka akan
kuguncang dunia”, pekik Bung Karno suatu ketika. Saat Indonesia masih dalam
belenggu kolonialisme, keberadaan pemuda seperti menjadi sebuah ancaman yang
pelan-pelan akan mengusir penjajah. Lahirnya sumpah pemuda misalnya, merupakan
sebuah jawaban bagaimana mereka memaknai kesadaran berbangsa dan bernegara
untuk bersatu padu memperjuangkan kemerdekaan.
Pasca Indonesia merdeka peran pemuda
juga masih terlihat signifikan, di tangan mereka rezim otoriter orde baru yang
berkuasa selama 32 tahun, akhirnya runtuh juga. Gerakan pemuda pada tahun itu
benar-benar memiliki taring yang sangat ditakuti. Semangat mereka dalam
menegakan keadilan terus berkobar, sehingga muncul istilah agent of change dan agent of
social control sebagai simbol bahwa di pundak merekalah masa depan negeri
ini dipikul
Keberadaaan kaum muda yang tergabung
dalam organisasi-organisasi begitu penting perannya dalam mengawal setiap
perjuangan. Sejarah telah mencatat bagaimana mereka berada di garda depan dalam
mewujudkan bangsa yang bebas dari cengkraman otoritarianisme. Lewat semangat
perjuangan yang ditunjukan oleh pemuda, bangsa ini memiliki harapan untuk bangkit
menjadi bangsa yang lebih maju, beradab, dan disegani.
Sayangnya, kita sekarang sudah hidup
di tengah situasi yang berbeda. Andai Bung Karno masih hidup mungkin beliau
akan menarik lagi statemennya, mungkin Bung Karno juga akan menafsirkan kembali
ihwal “sepuluh pemuda”yang pernah diucapkannya itu
Gerakan pemuda saat ini dengan corak
dan model perjuangan yang berbeda-beda, yang tentu saja lebih modern dan lebih
maju di bandingkan budi oetomo atau Indische Vereeniging M.Hatta. Gerakan pemuda
sekarang telah mengalami disorientasi perjuangan yang memilukan. Gerakan pemuda
saat ini bukanlah gerakan yang berpijak pada semangat kebangsaan, yang
mengusung idealisme perjuangan dan visi yang bisa di pertanggungjawabkan.
Gelombang gerakan pemuda yang kian
semarak yang lahir dari “rahim” ormas-ormas besar, seperti NU dan Muhamadiyah,
misalnya, yang sampai saat ini masih eksis di perkuliahan atau
organisasi-organisasi kepemudaan yang dibentuk oleh partai-partai politik, tidaklah
mencerminkan visi dan cita-cita yang tulus.
Situasi Inilah yang perlahan membuat
masyarakan enggan lagi percaya pada setiap gerakan pemuda dengan latar belakang
ideologi apapun. Hal itu disebabkan karena gerakan pemuda sekarang sudah
terjebak dalam praktek politik praktis. Visi yang diperjuangkan hanya senilai
uang semata yang bisa ditebus oleh para elite politik.
Itulah cermin keretakan gerakan
pemuda yang kini sudah tidak memiliki taring lagi, inilah fakta yang ironis perihal
gerakan pemuda yang sudah mengalami disorientasi. Di tengah spirit perjuangan
yang mengalami disorientasi itu cobalah kita sebagai pemuda merefleksikan diri
guna mengingat dan memaknai kembali hakikat perjuangan itu sendiri, serta
memaknai kembali peran penting pemuda sebagai tulang punggung bangsa.
Memaknai hakikat perjuangan berarti
memaknai cita-cita luhur bangsa ini. Nilai penting dari sebuah perjuangan
adalah terletak dari kesadaran berbangsa dan bernegara yang kemudian menjelma
menjadi benih-benih nasionalisme. Kesadaran itulah yang pada gilirannya
mengantar seseorang dengan penuh semangat dan ketulusan untuk bersatu dalam
tanah air, bangsa, dan bahasa sebagaimana yang tercantum dalam isi sumpah
pemuda.
Sedangkan memaknai kembali peran
pemuda berarti dengan sepenuh hati memahami tanggung jawab sebagai agent of change, sebab gerakan kaum muda
atau terpelajar merupakan harapan bangsa yang dipikul di pundak mereka
Prinsip dasar yang harus dimiliki
generasi pemuda adalah semangat kebangsaan, dengan begitu peran pemuda amatlah
vital bagi kemajuan suatu bangsa. Dengan demikian, sangat penting bagi kita
untuk menggelorakan kembali hakikat pemuda yang hakiki dan yang di harapkan Founding fathers bangsa ini, agar
gerakan yang kita bangun apapun itu, benar-benar memiliki sumbangsih yang nyata
bagi bangsa Indonesia ini.
BAB III
Penutup
Integrasi bangsa yang kokoh harus
kita pertahankan. Hanya dengan begitu bangsa Indonesia bisa diselamatkan dari
berbagai kepentingan asing yang menindas. Ketika semangat integrasi bangsa yang
sudah sedemikian berkobar dan terinternalisasikan dalam jiwa masing-masing
individu, maka tidak mustahil bangsa Indonesia akan bersatu padu di bawah
kibaran merah putih, satu Negara satu bangsa.
“Kita Ingin mendirikan satu negara
semua buat semua, bukan satu negara untuk satu orang, bukan pula satu negara
untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi, kita mendirikan negara
semua buat semua”, kata Bung Karno
Saran
Sebaiknya
generasi penerus lebih bisa menyaring segala bentuk provokasi yang bisa merusak
bangsa ini. Salah satu caranya yaitu apabila pemuda dan masyarakat luas merasa
kurang dengan kinerja para pemimpin bangsa ini maka ikutilah cara-cara yang
dulu pernah dilakukan oleh para pemuda sejarah yang sudah tercetak ampuh.
Dengan mengadakan kongres penolakan dan menunjukan kegiatan yang positif dari
kongres tersebut. Atau dengan cara negosiasi secara mufakat agar bangsa ini
tidak dikenal sebagai bangsa yang agresif.
BAB IV
Daftar Pustaka
Rizqiani , Annisa Arif. “Pemuda yang Memaknai Sumpahnya, Pasti Cinta Budayanya”. 12 November 2015. http://adriannisa.blogspot.co.id/2015/10/selamat-hari-sumpah-pemuda.html
Sadewa, Anton Giri. “KESADARAN SEJARAH MASA KINI MENGENAI SUMPAH PEMUDA”. Maret 13, 2011. https://giri1070.wordpress.com/2011/03/13/kesadaran-sejarah-masa-kini-mengenai-sumpah-pemuda/
Rahmat, Sumpah Pemuda : Antara Idealisme dan
Realisme Pendidikan Politik, Jurnal Kependidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Vol. 1, No. 1, Februari-Juli 2003, diakses dari : http://digilib.uin-suka.ac.id/8581/1/RAHMAT%20SUMPAH%20PEMUDA%20ANTARA%20IDEALISME%20DAN%20REALISME%20PENDIDIKAN%20POLITIK.pdf,
diakses pada 5 Maret 2015
Widodo, Sutejo K., Memaknai Sumpah Pemuda di Era Reformasi, Jurnal
Sejarah – Universitas Diponegoro, diakses dari : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/4604/4185,
diakses pada 29 Juni 2015Miftahuddin, Nasionalisme Indonesia : Nasionalisme Pancasila, diakses dari : http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Miftahuddin,%20M.Hum./Artikel%20Nasionalism%20Pancasila.pdf, hal 8-9, diakses pada 29 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!