Tugas Sejarah Indonesia
Karya Ilmiah
“EKSISTENSI
ORGANISASI PEMUDA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL “
Disusun Oleh :
Nama : GALANG NARARIYYA KIRANA
Kelas : XI IPS 4
No. Absen : 12
SMA NEGERI 1 BLORA
Kata Pengantar
Pemuda adalah masa depan bangsa,
ditangan mereka masa depan dapat ditentukan. Didasari atau tidak, pemuda
sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam akselerasi kemajuan
suatu negara. Baik buruknya suatu negara dilihat dari kualitas pemudanya,
karena generasi muda adalah penenrus dan dan pewaris bangsa dan negara.Pemuda
harus memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya,
memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, serta berjiwa saing yang
tinggi.
Seperti selama zaman pergerakan
nasional, para pemuda merupakan unsur paling nyata dan paling dinamis. Mereka
menggunakan segala potensinya untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajah. Berbagai
cara dilakukan, seperti halnya dengan membuat organisasi-organisasi kepemudaan.
Para pemuda di berbagai pelosok daerah Indonesia bangkit mendirikan
organisasi-organisasi kepemudaan sekalipun sifatnya masih kedaerahan.
Meningkatnya nasionalisme yang
mendorong keinginan untuk bersatu dalam perjuangan, mendorong organisasi-organisasi
pemuda yang masih bersifat kedaerahan itu untuk bersatu dalam satu wadah.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa
pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional.
Pemuda Indonesia dngan gerakan
kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cit-cita
bangsa. Di tangan kaum mudalah harapan bangsa dapat terwujud. Bila berkaca pada
sejarah, gerakan pemuda Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang
disbut Boedi Oetomo pada tahun 1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada
tahun 1928 sebagai kesepakatan untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda
menjadi bangsa yang satu.
Banyak
pemuda-pemuda daerah yang juga membentuk organisasi-organisasi pemuda seperti
Jong Sumatranen Bond, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong
Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Timorees Verbon dan lain-lain. Pada
dasarnya organisasi tersebut masih bersifat kedaerahan tetapi semuanya
mempunyai cita-cita kearah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan budaya dan
daerah masing-masing.
1.2 Rumusan Masalah
Pembahasan materi ini
meliputi:
a.
Bagaimana latar belakang tumbuhnya
organisasi kepemudaan?
b.
Organisasi apa saja yang terbentuk pada
masa itu?
c.
Bagaimanakah sifat organisasi-organisasi
kepemudaan tersebut?
d.
Bagaimanakah perkembangan
organisasi-organisasi kepemudaan tersebut?
e.
Apakah tujuan pemuda-pemuda Indonesia
membentuk organisasi-organisasi kepemudaan?
f.
Bagaimana pengaruh adanya organisasi
kepemudaan terhadap kemajuan Indonesia?
g.
Teladan apakah yang dapat kita ambil
dari organisasi-organisasi pemuda tersebut?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan karya
ilmiah ini adalah :
1.
Menggali informasi mengenai organisasi
kepemudaan sebagai sumber pengetahuan penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
2.
Mengenalkan arti, bentuk dan fungsi
organisasi kepemudaan kepada pembaca.
3.
Sebagai pengetahuan masyarakat mengenai
organisasi kepemudaan pada waktu masa pergerakan nasional.
4.
Mengetahui pengaruh
organisasi-organisasi kepemudaan pada waktu pergerakan nasional terhadap
kemajuan bangsa Indonesia.
5.
Mencari sumber informasi untuk dapat
mempublikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat kita
ambil dari karya ilmiah ini adalah :
1.
Dapat mengetahui dan memahami latar
belakang lahirnya organisasi pemuda pada masa pergerakan nasional.
2.
Adanya
teladan yang dapat kita ambil dari adanya organisasi-organisasi
kepemudaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang terbentuknya
Organisasi Pemuda pada masa Pergerakan Nasional
Sebelum
tumbuhnya dengan cepat organisasi-organisasi pemuda daerah pada masa pergerakan
nasional, Budi Utomo yang didirikan pada
tanggal 20 Mei 1908 pada mulanya dapat dipandang sebagai organisasi pemuda.
Hanya sesudah kongres I, peranan pemuda dalam organisasi ini menjadi lemah,
bahkan kemudian hilang karena merasa kecewa atas kebijaksanaan yang diambil
oleh pimpinannya.
Beberapa
tahun sesudah Budi Utomo didirikan, pada tahun 1915 berdiri Tri
Koro Dharmo di Jakarta. Pendirinya, yakni antara lain R. Satiman
Wiryosandjoyo, Kadrman dan Sunardi menetapkan bahwa perkumpulan itu dibentuk
khusus untuk anak-anak sekolah menengah yang berasa dari daerah Jawa dan
Madura.Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (Sakti, Budi, Bakti)
bertujuan menimbulkan pertalian antara murid-murid bumiputra pada sekolah
menengah dan perguruan kejuruan; menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggota
dan membangkitkan dan mempertajam peranan
suat segala bahasa dan budaya. Dengan ini hendak dicapai tujuan untuk
mencapai Jawa Raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda
Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Namun
pada tahun 1918 dalam kongresnya di Solo namanya diubah menjadi Jong Java.
Dalam kongres tahun 1919 diputuskan untuk menunjuk seorang anggota wanita duduk
dalam pengurus besar dan dalam anggota redaksi majalah organisasi. Kegiatannya
berkisar pada bidang sosial-budaya, seperti pemberanyasan buta huruf,
kepramukaan, seni dan lain-lain. Pada kongres bulan Mei 1922 diputuskan bahwa
Jong Java tidak mencampuri urusan politik. Anggota-anggota dilarang menjalankan
politik atau menjadi anggota perkumpulan politik.
Sejalan
dengan munculnya Jong Java, banyak pemuda-pemuda daerah yang juga membentuk
organisasi-organisasi pemuda seperti Jong Sumatranen Bond, Pasundan, Jong
Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar
Rukun, Timorees Verbon dan lain-lain. Pada dasarnya organisasi tersebut masih
bersifat kedaerahan tetapi semuanya mempunyai cita-cita kearah kemajuan
Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.
2.2 Organisasi-organisasi Pemuda
yang terbentuk pada masa Pergerakan Nasional
1.
Budi Utomo
Budi
Utomo berdiri pada tahun 1908 yang pada awal mula berdirinya merupakan
organisasi pelajar yang ruang lingkupnya masih kedaerahan, namun pada
perkembangannya berubah menjadi organisasi perkumpulan pemuda nasional.
2.
Trikoro Dharmo
Trikoro
Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa. Trikoro Dharmo
didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1915 oleh R.Satiman Wiryosanjoyo,
Sunardi, dan Kadarman di gedung kebangkitan nasional. Trikoro Dharmo artinya
tigatujuan mulia (= sakti, budi, bhakti).Adapun tujuan Trikoro Dharmoadalah
mencapai jaya raya dengan jalan memperkukuh persatuan antarpemudaJawa, Sunda,
Madura, Bali, dan Lombok. Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang dilakukan
Trikoro Dharmo adalah menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali
persaudaraan antar murid bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah
kejuruan; membangkitkan dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya
Indonesia, khususnya Jawa. Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi
Jong Java.Kegiatannya berkisar pada bidang sosial, budaya, pemberantasan buta
huruf,kepanduan, seni, dan lainnya. Pada kongresnya (1922) diputuskan bahwa
JongJava tidak bergerak dalam bidang politik dan anggotanya dilarang masuk
partai politik. Namun, masuknya Agus Salim (tokoh SI) menyebabkan Jong Java
mulai bergerak dalam bidang politik.
Oleh
karena itu, ada yang pro dan kontra.Akhirnya, yang setuju bergerak dalam
politik mendirikan Jong Islamieten Bond(JIB) (1925) dengan agama Islam sebagai
dasar pergerakan dan menerbitkan majalah Al Noer. Selanjutnya, Jong Java pada
kongresnya (1928) menyetujui adanya fusi organisasi pemuda yang diberi nama
Indonesia Muda. Islamieten Bond. Setelah kongres pemuda I pada tahun 1926,
faham persatuan dan kebangsaan Indonesia semakin meningkat di kalangan anggota
Jong Java. Pada kongres VII 27-31 Desember 1926 di Surakarta, Jong Java yang
diketuai Sunardi Djaksodipuro (Mr.Wongsonegoro) membuat putusan untuk merubah
tujuan dan ruang gerak organisasi tersebut.
Tujuan
tidak hanya membangun Jawa Raya saja, tetapi pada saatnya nanti, Jong Java juga
harus bercita-cita membangun persatuan dan membangun Indonesia Merdeka. Ruang
lingkup yang dirambah organisasi tersebut juga mulai memasuki dunia Politik,
setelah adanya putusan bahwa anggota yang berusia lebih dari 18 tahun boleh
mengikuti rapat-raapat politik, sedangkan yang di bawah 18 tahun hanya boleh
mengikuti kegiatan-kegiatan dalam seni, olah raga, dan kepanduan. (Cahyo, B.U,
hal 119) Pada tahun 1928, organisasi ini siap bergabung dengan organisasi
kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada
anggota bahwa pembubaran Jong Java, semata-mata demi tanah air. Oleh karena
itu, maka terhitung sejak tanggal 27 Desember 1929, Jong Javapun bergabung
dengan Indonesia Moeda.
3.
Jong Sumatranen Bond
Berdirinya
Jong Java di Batavia memberikan inspirasi bagi pemuda-pemuda Sumatra yang
sedang belajar di Batavia untuk mendirikan organisasi serupa. Jong Sumatranen
Bond (JSB) adalah perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan di
antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik pemuda Sumatra untuk menjadi
pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra. Untuk
mecapai tujuan tersebut, usaha-usaha yang dilakukan antara lain adalah dengan
menghilangkan adanya prasangka etnis di kalangan orang Sumatra, memperkuat
perasaan saling membantu, serta bersama- sama mengangkat derajatpenduduk
Sumatra dengan jalan menggunakan propaganda, kursus, ceramah-ceramah, dan
sebagainya. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta.
JSB memiliki delapan cabang, enam di Jawa meliputi Batavia, Bogor, Bandung,
Serang, Sukabumi,dan Purworejo, serta dua di Sumatra, yakni di Padang dan
Bukittinggi. Beberapa tahun kemudian, para pemuda Batak keluar dari perkumpulan
ini dikarenakan dominasi pemuda Minangkabau dalam kepengurusannya. Para pemuda
Batak ini membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak.
Kelahiran
JSB pada mulanya banyak diragukan orang. Salah satu diantaranya ialah redaktur
surat kabar Tjaja Sumatra, Said Ali, yang mengatakan bahwa Sumatra belum matang
bagi sebuah politik dan umum. Tanpa menghiraukan suara-suara miring itu,
anak-anak Sumatra tetap mendirikan perkumpulan sendiri. Kaum tua di Minangkabau
menentang pergerakan yang dimotori oleh kaum muda ini. Mereka menganggap
gerakan modern JSB sebagai ancaman bagi adat Minang. Aktivis JSB, Bahder Djohan
menyorot perbedaan persepsi antara dua generasi ini pada edisi perdana surat
kabar Jong Sumatra. Surat kabar Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan
Januari 1918. Dengan jargon Organ van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar ini
terbit secara berkala dan tidak tetap, kadang bulanan, kadang triwulan, bahkan
pernah terbit setahun sekali. Bahasa Belanda merupakan bahasa mayoritas yang
digunakan kendati ada juga artikel yang memakai bahasa Melayu. Jong Sumatra
dicetak di Weltevreden, Batavia, sekaligus pula kantor redaksi dan
administrasinya. Mulanya, dewan redaksi Jong Sumatra juga merupakan pengurus
(centraal hoofbestuur) JSB. Mereka itu adalah Tengkoe Mansyur (ketua), A. Munir
Nasution (wakil ketua), Mohamad Anas (sekretaris I), Amir (sekretaris II), dan
Marzoeki (bendahara), serta dibantu beberapa nama lain.
Keredaksian
Jong Sumatra dipegang oleh Amir, sedangkan administrasi ditangani Roeslie.
Mereka ini rata-rata adalah siswa atau alumni STOVIA serta sekolah pendidikan
Belanda lainnya. Setelah beberapa edisi, keredaksian Jong Sumatra dipisahkan
dari kepengurusan JSB mesk tetap ada garis koordinasi. Pemimpin redaksi pertama
adalah Mohammad Amir dan pemimpin perusahaan dijabat Bahder Djohan. Surat kabar
Jong Sumatra memainkan peranan penting sebagai media yang menjembatani segala
bentuk reaksi atas konflik yang terjadi. Dalam Jong Sumatra edisi 12, th 1,
Desember 1918, seseorang berinisial Lematang mempertanyakan kepentingan kaum
adat. Sambutan positif juga datang dari Mohamad Anas, sekretaris JSB. Anas
mengatakan dengan lantang bahwa bangsa Sumatra sudah mulai bangkit dari
ketidurannya, dan sudah mulai memandang keperluan umum. Sumatra memang dikenal
banyak menghasilkan jago-jago pergerakan, dan banyak di antaranya yang
mengawali karier organisasinya melalui JSB, seperti Mohammad Hatta dan Mohammad
Yamin. Hatta adalah bendahara JSB di Padang 1916-1918.
Kemudian
ia menjadi pengurus JSB Batavia pada 1919 dan mulai mengurusi Jong Sumatra
sejak 1920 hingga 1921. Selama di Jong Sumatra inilah Hatta banyak menuangkan
segenap alam pikirannya, salahsatunya lewat karangan berjudul “Hindiana” yang
dimuat di Jong Sumatra no 5, th 3, 1920. Sedangkan Mohammad Yamin adalah salah
satu putra Sumatra yang paling dibanggakan. Karya-karyanya yang berupa esai
ataupun sajak sempat merajai Jong Sumatra. Ia memimpin JSB pada 1926-1928 dan
dengan aktif mendorong pemikiran tentang perlunya bahasa Indonesia digunakan
sebagai bahasa persatuan. Kepekaan Yamin meraba pentingnya bahasa identitas
sudah mulai terlihat dalam tulisannya di Jong Sumatra no 4, tahun 3, 1920. Jong
Sumatra berperan penting dalam memperjuangkan pemakaian bahasa nasional, dengan
menjadi media yang pertama kali mempublikasikan gagasan Yamin, mengenai bahasa
Melayu sebagai bahasa persatuan.
4.
Jong Ambon
Setelah muncul jong
jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah organisasi lokal kedaerahan
lain seperti jong celebes, jong ambon, jong minahasa, dan lain sebagainya.
2.3
Sifat Organisasi-organisasi kepemudaan
Sejalan
dengan munculnya Jong Java, banyak pemuda-pemuda daerah yang juga membentuk
organisasi-organisasi pemuda seperti Jong Sumatranen Bond, Pasundan, Jong
Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar
Rukun, Timorees Verbon dan lain-lain. Pada dasarnya organisasi tersebut masih
bersifat kedaerahan tetapi semuanya mempunyai cita-cita kearah kemajuan
Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.
2.4 Perkembangan
Organisasi-organisasi kepemudaan
Selain
pemuda-pemuda daerah yang membentuk organisasi-organisasi di daerahnya, di luar
negeripemuda-pemuda Indonesia banyak menuntut ilmu, organisasi-organisasi
pemuda juga muncul. Tetapi yang paling terkenal dan kemudian juga sangat
berpengaruh dalam Pergerakan Nasional adalah Perhimpunan Indonesia. Melalui
majalah Indonesia Merdeka gagasan-gagasan PI disebar ke Indonesia.
Organisasi-organisasi ini didirikan pada tahun 1908 dengan nama Indische
Vereeeniging hanya untuk kegiatan sosial, tetapi sesudah tahun 1920 terutama
bergerak di bidang politik. Nasionalisme dan percaya pada diri sendiri dalam
mencapai cita-cita Indonesia Merdeka merupakan dasar utama perjuangan PI.
Tokoh-tokohnya yang utama adalah Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Sukiman, Sunaryo,
Ali Sastroamidjoyo, Iskak, Samsi, Budhyarto Martoatmodjo, Iwa Kusumasumantri,
Sutan Sjahrir, Nazir Datuk Pamontjak dan lain-lain yang ternyata kemudian
memegang peranan pening dalam Perjuangan Nasional sejak 1945, dalam pemerintah
Republik Indonesia, dan dalam partai-partai politik.
Meningkatnya
nasionalisme yang mendorong keinginan untuk bersatu dalam perjuangan, mendorong
organisasi-organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan itu untuk bersatu
dalam satu wadah. Pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 diadakan Kongres Pemuda
Indonesia I di Jakarta. Kongres ini dilaksanakan oleh suatu komite yang
diketuai oleh Tabrani dengan anggota Bahder Djohan, Sumarto, Jan Toule,
Soulehuwij, Paul Pinontuan. Komite ini adalah hasil dari pertemuan antara Jong
Java, Jong Sumatranen bond, Jong Ambon, Jong Minahasa, Sekar Rukun dan lain-lain
pada tanggal 15 Nopember 1925. Tujuan kongres ialah untuk menanamkan semangat
kerjasama antara perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar persatuan
Indonesia dalam arti yang lebih luas. Usul untukmembentuk suatu organisasi bagi
pemuda Indonesia tidak berhasil karena rasa kedaerahan masih kuat. Karena itu
pada tanggal 15 Agustus 1926 beberapa organisasi pemuda mengadakan pertemuan di
Jakarta untuk membicarakan suatu badan tetap bagi kepentingan pemuda Indonesia.
Hasilnya adalah bahwa pada tanggal 31 Agustus 1926 disyahkan anggaran dasar
suatu organisasi baru yang bernama Jong Indonesia dengan tujuan menanamkan dan
mewujudkan cita-cita persatuan Indonesia.Organisasi ini berbentuk permanen dan berdiri di luar
organisasi-organisasi pemuda yang sudah ada.
Akan tetapi harapan Jong Indonesia itu tidak begitu terpenuhi. Karenanya
pada permulaan tahun 1926 oleh Algemene Studieclub di
Bandung dibentuk pula organisasi baru juga dengan nama Jong Indonesia. Tujuan
tidak begitu banyak berbeda dengan yang lama, tidak berpolitik tetapi
membolehkan anggotanya berpolitik secara perorangan.
Sementara
itu para pelajar di Jakarta dan Bandung melihat adanya dua kepentingan yang
bertentangan dalam penjajahan, yang disebut merekasebagai antithese kolonial
yang sangat merugikan pihak Indonesia. Antithese ini akan hapus apabila
penjajahan sudah lenyap. Untuk itulah para pelajar tersebut, yang berasal dan
berbagai daerah, pada bulan September 1926 mendirikan organisasi Perhimpunan
Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) di
Jakarta. Berdasarkan pandaƱgan tersebut, PPPI
bertujuan memperjuangkan Indonesia Merdeka dan untuk itir para anggota dididik
untuk menjadi pemimpin rakyat sejati. Dengan demikian para anggota harus rajin
belajar. Cita-cita itu hanya akan tercapai apabila sifat kedaerahan lenyap,
begitupun perselisihan pendapat antara sesama nasionalis harus lenyap. Dalam
aksi-aksinya kelihatan militansi PPPI
dibidang pergerakan pemuda, sosial dan politik. Tokoh-tokohnya antara lain
adalah: Abdullah Sigit, Sugondo, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro,
Muh.Yamin, A.K. Gani, Moh. Tamzil, Sunarko, Sumanang, Amir
Sjarifuddin.
Pada tahun 1928 alam politik di
Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa bangga, rasa telah menemukan
diri-sendiri, rasa memiiki cita-cita tinggi yaitu Indonesia Merdeka, telah
mencekam jiwa rakyat Indonesia yang terjajah. Dalam Kongres Pemuda Indonesia II pada
tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, yang dihadiri oleh utusan
organisasi-organisasi pemuda, diikrarkanlah sumpah yang terkenal dengan
nama Sumpah Pemuda.
Isinya adalah:
ISI SUMPAH PEMUDA
:
Pertama
: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah
Indonesia.
Kedua
: Kami putra dan putri Indonesia
mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Ketiga
: Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Kepada Kongres juga diperkenalkan
lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang
sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,
merupakan salah satu puncak Pergerakan Nasional. Karena itu peristiwa yang
bersejarah ini setiap tahun diperingati sampai sekarang sebagai han besar nasional.
Sebagai kelanjutan kongres ini pada
tanggal 24-28 Desember 1929 di Yogyakarta disetujui gagasan fusi daripada
organisasi-organisasi pemuda yang telah ada. Persiapan ke arah itu dilakukan
oleh suatu komisi dan pada tanggal 31 Desember 1930 dalam konferensi di Solo
berdirilah Indonesia Muda, yang pada saat berdirinya telah mempunyai 25 cabang,
4 di Sumatra dan satu di Su1awesi. Jong Islamieten Bond dan Pemuda Muslimin
karena alasan tertentu tidak ikut dalam Indonesia Muda. Organisasi ini
memutuskan tidak akan bergerak dalam aksi politik walau hanya sebagai taktik
belaka. Tetapi justru keputusan ini kemudian menyebabkan organisasi ini agak
mundur. Meskipun telah ada pernyataan demikian, namun kecurigaan pemerintah
kolonial tetap besar, bahkan sampai melarang murid-murid beberapa sekolah untuk
menjadi anggotanya. Tekanan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah kolonial
terhadap organisasi ini menyeabkan banyak anggotanya ke luar. Akibatnya
perasaan tidak puas terhadap pemerintah kolonial bertambah dalam.
Politik reaksioner Gubernur Jenderal de Jonge yang mengadakan
bermacam-macam peraturan larangan bagi kegiatan organisasi-organisasi nasional
menyebabkan aksi-aksi menjadi lesu. Untuk memperkuat barisan, kembali
diusahakan suatu kongres pemuda pada tahun 1936. Usaha itu gagal karena tidak
ada ijin dari pemerintah. Barulah pada tahun 1938 dapat diadakan Kongres Pemuda
Indonesia III di Yogyakarta, dihadiri utusan 22 organisasi, yang melahirkan
fusi baru organisasi pemuda yaitu Permufakatan
Perhimpunan-perhimpunan Pemuda Indonesia (Perpindo) dengan pusat di
Jakarta.
Dalam organisasi ini
organisasi-organisasi pemuda yang bernaung di bawah sesuatu partai politik
tidak turut serta.Di samping organisasi yang
bersifat “sekuler” juga
ada organisasi yang bersifat keagamaan seperti :Anshor Nahdatul Ulama,,
Pemuda Muhammadiyah, JIB, Persatuan Pemuda Kristen, Persatuan Pemuda Katholik,
danlain-lain. Begitupun organisasi yang terbatas lingkungannya masih
banyak juga seperti Pemuda Taman
Siswa, Unitas Studiosorum Indonesiensis (USI) dan lain-lain. Bahkan
organisasi pemuda yang tumbuh pada masa-masa terakhir penjajahan Belanda yang
ada sifat kedaerahannya juga masih ada seperti: Pemuda-Pemudi Cirebon, Pemuda
Sriwijaya, Minangkabau Muda dan sebagainya.
2.5 Tujuan pemuda-pemuda
Indonesia membentuk organisasi-organisasi kepemudaan.
1. Mempererat tali persaudaraan.
2. Memajukan budaya daerah masing-masing.
3. Memperkokoh rasa persatuan antara
pemuda-pemuda daerah.
4. Keinginan untuk bersatu dalam perjuangan.
5. Mendidik umtuk menjadi pemimpin
bangsa.
6. Mempelajari dan mengembangkan budaya
daerah masing-masing.
7. Terlepas dari kolonialisme Belanda.
8. Mencapai Indonesia Merdeka.
2.6
Pengaruh adanya organisasi kepemudaan terhadap kemajuan Indonesia
Organisasi kepemudaan Indonesia pada
masa Pergerakan Nasional memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan Indonesia
hingga pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa
persatuan. Rasa bangga, rasa telah menemukan diri-sendiri, rasa memiiki
cita-cita tinggi yaitu Indonesia Merdeka, telah mencekam jiwa rakyat Indonesia
yang terjajah. Dalam Kongres
Pemuda Indonesia II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta,
yang dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi pemuda, diikrarkanlah sumpah
yang terkenal dengan nama Sumpah
Pemuda.
Isinya adalah:
ISI
SUMPAH PEMUDA :
Pertama
: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah
Indonesia.
Kedua
: Kami putra dan putri Indonesia
mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Ketiga
: Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, Bahasa
Indonesia.
Kepada Kongres juga diperkenalkan
lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang
sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,
merupakan salah satu puncak Pergerakan Nasional. Karena itu peristiwa yang
bersejarah ini setiap tahun diperingati sampai sekarang sebagai han besar
nasional. Dalam organisasi ini organisasi-organisasi pemuda yang bernaung di
bawah sesuatu partai politik tidak turut serta.Di
samping organisasi yang bersifat “sekuler” juga
ada organisasi yang bersifat keagamaan.
2.7 Teladan
yang dapat kita ambil dari organisasi-organisasi kepemudaan tersebut yaitu perjuangan
para pemuda pemuda tersebut untuk memajukan bangsanya dan lepas dari
cengkaraman para penjajah.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Tidak
dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang
bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing,
serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun
bangsa dari ketepurukan. Seperti pada masa pergerakan nasional pemuda-pemuda
indonesia beruapaya mencapai Indonesia Merdeka dengan berbagai apaya salah
satunya membentuk organisasi-organisasi kepemudaan, dimana
organisasi-organisasi ini memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan bangsa
Indonesia.
3.2 Saran
Sebagai
pemuda, kita harus gigih dan pantang menyerah untuk mencapai tujuan kita
sehingga bisa menjadikan masa depan Indonesia lebih baik lagi. Kemudian, kita
harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar kita dapat mengolah sumber
daya alam yang ada tanpa memerlukan bantuan dari bangsa lain. Pemuda juga
seharusnya tidak melupakan jasa-jasa para pahlawan, tetapimenjadikan itu
sebagai semangat untuk terus mengharumkan nama bangsa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Notosusanto, Nugroho
dkk. 1992. Sejarah Nasional Indonesia 3.Jakarta: Depdikbud.
Yulianti. 2007.
1700 Bank Soal Sejarah Indonesia dan Dunia. Bandung: Yrama Widya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!