Perjuangan
“Melihat Allah”
Oleh : Rifai anas amirul huda
Apa agamamu?, Jika kalian islam
maka tentu kalian mempercayai bahwa allah adalah tuhan kita, Tuhan YME tidak
beranak dan tidak diperanakan pula. Allah adalah pencipta alam semesta yang
kita tinggali ini tempat seluruh makhluk hidup mengadu nasib mulai dari binatang,
Tumbuhan, Serta manusia. Tidak ada yang mampu menandingi kehendakNya, Allah
adalah penulis skenario terbaik hidup ini
Ini sebuah cerita anak Blora kota
bernama Sastro, Sastro ialah anak yang melihat allah di setiap jalan hidupnya saat
ini entah apa yang di rasakannya tapi selalu ada saja hikmah di balik jalan
hidupnya saat ini, Mungkin karena disetiap langkah Sastro, Sastro melihat allah
dan allah melihatnya. Perjuangan Sastro mungkin tidak seberat para perajut asa atau
kisah para super hero. Ini berawal
sejak Ia kecil, Sastro lahir tahun 1999
atau peralihan masa transisi pemerintahan Indonesia dimana pada saat ini
terjadi banyak kerusuhan. Begitu pula keadaan keluarga Sastro yang saat itu
gelempangan karena krisis ekonomi yang makin membesar, Perusahaan tempat ayah
sastro bekerja gulung tikar memaksa
kehidupan keluarganya mengalami penurunan, Hal itu diperparah dengan harga
pangan yang tak kunjung stabil.
Keadaan keadaan seperti itu membuat kehidupan
masa kecil Sastro begitu sederhana, Tidak ada yang istimewa dari masa kecilnya,
Mainan saja seadanya hanya ada mainan warisan saudaranya yang sudah tak
terpakai.Karena pada saat itu keluarganya
tak mampu membelikan Sastro mainan, Suatu hari Sastro sangat iri kepada
teman-temannya tatkala ingin menaiki mobil-mobilan di alun-alun yang waktu itu
harganya dipatok Rp ; 3000,00 harga yang terbilang murah namun tidak untuk Financial keluarga Sastro waktu itu.
Sastro hanya dijatah 2 minggu sekali bahkan 1 bulan sekali lain halnya dengan Bocah-bocah
seumurannya yang kapanpun bisa memuaskan hasratnya.
Soal sesuap nasi pun tak jauh
berbeda hari-hari Bocah kecil itu hanya makan tempe dan tahu untuk ikan dan
daging sangat jarang dijumpainya karena memang saat itui tak mampu membelinya..
bocah kecil itu terkenal sangat nakal hampir semua orang mengatakan demikian,
Karena ulah usilnya kepada semua orang yang tak habis-habis sampai-sampai orang
tuanya sendiripun kewalahan untuk mengendalikannya. Sastro sering membantah
bahkan sastro sering memukuli pembantunya sendiri dan memusuhinya tanpa sebab.
Sempat suatu hari Sasto di marahi oleh orang
tuanya sendiri dikarenakan memusuhi pembantunya sendiri yang mengakibatkan
pembantunya tersebut menangis akhirnya Sastro dihukum dikunci di kamar mandi
hampir sehari penuh. Sastro kecil kurang mendapatkan kasih sayang bapaknya dan
bisa dibilang bapaknya adalah pemarah mungkin karena keadaan tekanan ekonomi
keluarganya, Sastro sering di hajar bapaknya karena ulah nakalnya mulai dari di
pukul pakai “kebyok”,sapu dan semacamnya.
Ketika Sastro berada di taman
kanak-kanak sifat nakal Sastro itu masih melekat dalam dirinya, Sastro sering
berkelahi dngan temannya karena memang Sastro sulit menngendalikan emosinya, Di
sinilah letak petualangan Sastro dimulai ketika Ia menemukan teman-teman yang
membuatnya berubah drastis. Sastro bertemu dengan Soerno,bocah seusianya yang
waktu itu hidupnya sangat miskin untuk makan sehari-hari saja soerno tidak
mampu betapa malangnya penggambaran soerno. Soerno akrab dengan Sastro sejak
pertama kali berjumpa di taman kanak-kanak, Sejak saat itu Sastro menjinak
sudah tidak senakal dulu
Sastro yang duduk di bangku TK
dikenak sebagai sosok yang biasa-biasa saja, Tidak sepintar teman-temanya,
Setiap ulangan Sastro maupun Soerno tidak pernah mendapatkan
nilai sempurna namun juga tidak pernah mendapatkan nilai rendah.Namun Soerno
terlihat agak lebih rajin daripada Soerno Persahabatan keduanya itu berlanjut
sampai mereka duduk di bangku Sekolah Dasar
Waktu itu sempat terjadi suatu
perselisihan di antara keluarga Sastro karena masalah pilihan Sekolah Dasar
untuk Sastro. Bapaknya ingi Ia sekolah di muhammadiyah, sedangkan ibunya Sastro
sekolah di sekolah terbaik saat itu. Namun semuanya itu tidak ada yang terwujud
dan pada akhirnya Sastro diputuskan untuk sekolah di sekolah biasa
Orang tua Sastro bukanlah orang
yang ambisius yang harus menuntut anaknya terdepan dalam urusan prestasi. Orang
tua sastro lebih menekankan pada perilaku yang unggul dan baik. Orang tua
Sastro berpendapat bahwa prestasi itu adalah hadiah bagi orang mau berbuat
baik. Hal itulah yang akan dijadikan filosofi hidup sastro saat itu.
Waktu pun berjalan dan sampailah
pada saat Ia merintis pendidikannya
Pada saat itu Sastro terkagt
kaget karena berjumpa dengan Soerno
Loh, kita bertemu lagi, Kata
Sastro!
Soerno pun terkejut melihat
mereka satu sekolahan dan satu kelas lagi bersama Sastro.
Bangku Sekolah Dasar merupakan
hal terburuk yang pernah di alami Sastro, Ujian demi ujian Dia alami bukan
ujian tertulis dalam kertas namun ujian ini dalam konteks yang lebih kompleks.
Sastro seringkali di hina oleh teman-temannya, Hinaan teman-teman Sastro selalu
terbesit dalam telinganya setiap saat Ia menjejakan kaki. Walaupun demikian
sastro tetap tabah dan menjalani dengan apa adanya. Soerno adalah salah satu
temanya yang selalu mampu mnghibur kgundahan sastro dengan kata kata bak
Pujangga Soerno yang selalu Ia lantunkan untuk memotivasi Sastro
Sastro beranjak dewasa Ia kini
duduk di kelas 4, dan disinilah kehidupan keluarga Sastro membaik rintisan
usaha ibunya terus meroket, Serta ayahnya yang sudah bekerja di sebuah
perusahaan yang besar dan dengan gaji yang relatif tinggi. Membaiknya ekonomi
keluarga Sastro membuat sastro kini kian percaya diri dalam seluruh kegiatanya.
Ia tidak perlu meratapi hinaan saudaranya yang memamerkan hartanya.
Menaiknya ekonomi keluarga Sastro
tak lantas membuat Ia menjadi sombong, Ia malah kian rendah hati dengan apa
yang ia miliki bahkan Ia ingat temannya yang masih kesusahan yaitu
Soerno.Persahabatan Sastro dan Soerno sudah seperti keluarga sendiri setiap
hari Soerno kerumah Sastro untuk meminta sesuap nasi dan Sastro pun memberinya
dengan suka hati tanpa adanya pamrih, Hal itu berjalan setiap hari setelah
sepulang sekolah tatkala dirumah Soerno tak ada nasi untuk dimakan.
Pertemanan antara Sasto dan
Soerno tak lantas selalu baik, Konflik antara keduanya pun kerap kali terjadi
namun tak akan bisa memutuskan tali persahabatan antara kedua bocah ini
Suatu hari pernah Sastro terkena
konflik dengan bapak Soerno, Entah apa penyebabnya pagi-pagi bapak soerno
mendatangi rumah Sastro
Mana Sastro, Teriak Pak Sukaji
(bapak Soerno)
Sastro keluar ke halaman rumahnya
dan menemui Pak Sukaji
Iya Pak, Ada apaya? Balas Sastro
Bapakmu
kuilo dek wingi nyeneni anakku neng telpon maksute opo!!, Kata Pak sukaji dengan nada marah
Sastro pun Terbengong melihat Pak
Sukaji, Dan datanglah Pak Sarjan (bapaknya sastro)
Ada apaya Pak kok kesini mari
masuk, kata Pak Sarjan
Ora usah, Karepmu opo nyeneni
anakku !? Pak Sukaji
Dengan nada heran Pak Sarjan
tidak bisa menjawab karena Dia merasa tidak melakukan hal apa-apa pada Soerno
bahkan Dia tidak punya nomer HP nya
Soerno
Setelah terjaadi perdebatan yang
sengit serta umpatan Pak Sukaji dengan nada tidak terima, Akhirnya redam
setelah Penjelasan Soerno pada Pak Sukaji bahwa telpon yang di terima kemarin
itu bukan dari Pak Sarjan dan bahkan Pak Sarjan tidak punya nomerku kata Soerno
pada Bapaknya.
Pada akhirnya Pak Sukaji merasa
malu pada dirinya sendiri dan meminta maaf pada Pak sarjan serta Sastro karena
merasa salah akan perbuatanya yang telah menuduh keduanya tanpa diusut dulu
Maafkan saya ya Pak, Tro, Kata
Pak Sukaji
Kebaikan Sastro kepada Soerno tak
lantas direspon baik oleh teman-temannya malah terkesan teman-teman iri kepada
Soerno dan menghasut Sastro untuk menjelek-jelekan Soerno namun hal itu tidak
mempan sama sekali kepadanya.
Waktu berjalan dengan cepat dan
Sastro bertemu dengan teman-teman barunya Alvian,Haqi,Novian,Khoirul adalah
sahabat perjuangan yang akan menemani kisah petualangan Sastro tatkalah
memasuki masa SMP. Seiring waktu Sastro berubah menjadi anak yang pintar dan
dia dijadikan nominasi sekolah untuk didaftarkan ke SMP unggulan oleh SD nya.
Ada dua SMP favorit di kotanya Sastro, Sastro mendaftar di SMP pertama
sedangkan Soerno di SMP yang kedua
Secara akal sehat Sastro Bisa
masuk SMP tersebut dengan mulus namun di luar dugaan Saat pendaftaran Ia malah
tidak ikut salah satu tes karena menolong temannya yang saat itu juga mendaftar
bersamanya, Temannya itu adalah Alvian. Alvian mengajak Sastro pulang dan tak
usah daftar di SMP tersebut karena alasan biaya dsb, Entah apa yang dipikirkan
Sastro waktu itu, Sebenarnya Ia sudah menyelesaikan semua tesnya dan tinggal
satu tes lagi, Namun malah Ia tinggalkan dan menuruti perkataan Alvian tersebut
Tindakan Sastro tersebut
mengandung kontroversi di kalangan keluarganya karena pada selang beberapa hari
setelah itu pengumuman hasil Ujian Nasional diumumkan, Dan apa yang terjadi?!
Sastro nilainya tidak memuaskan dan membuat kedua orang tuanya marah kepada
bocah tersebut. Lain Sastro lain pula Soerno, Walaupun Soerno nilai UN nya juga
relatif sama dengan Sastro namun Soerno agak beruntung karena dia lolos dalam
tes dan tidak perlu lagi susah payah mencari sekolah.
Hidup ini penuh realita, Kata
Sastro di dalam hatinya yang melihat Soerno anak orang tidak punya namun allah
memberikan jalan kemudahan atas segala rintangannya.Kali ini lembaran kisah
baru akan ku ukir, Ukiran itu tergantung diriku akan ku ukir dengan tinta emas
ataukah tinta kelam yang tak bisa diubah lagi, Renung Sastro di dalam hati
Setelah Sastro gagal di sekolah
favorit.Rencananya orang tua Sasro akan menyekolahkannya di pondok pesantren,
Namun lagi-lagi rencana itu tidak ter realisasikan karena alasan tempat tinggal
dan biaya perbulannya.Hal tersebut lantas membuat Sastro melanjutkan
pencariannya untuk mendapatkan sekolah baru dengan mendaftar ke berbagai
sekolah negeri di kotanya.
Sastro mendaftar di salah satu
sekolah di kotanya yang sedang naik daun namun tidak favorit, Pendaftaranya
tidak semudah apa yang dibayangkanya.Semua menjadi sulit dikala nilai Sastro
pas-pasan. Akhirnya Sastro tidak lolos dalam pendaftaran tersebut karena
standar nilainya yang tidak memadahi. Orang tua sastro menyarankanya untuk
bersekolah di salah satu sekolah yang terbilang baru namun negeri, Sayangnya
saran orang tuanya tidak sependapat olehnya karena citra sekolah tersebut
terbilang sudah rusak di kalangan masyarakat, Namun Sastro tidak punya pilihan
lagi jikalau dia tidak masuk sekolah tersebut otomatis pilihannya sekolah
swasta, Sedangkan sekolah swasta Biayanya terbilang mahal dan belum berkembang
di masyarakat desa.
Dengan berat hati Sastro
menyetujuinya untuk bersekolah di sekolah tersebut. Hari-hari terasa berat bagi
Sastro untuk menjalani sekolahnya, Banyak hal-hal diluar dugaan Sastro,
Cemoohan kerap kali datang dari orang disekitar Sastro karena Ia sekolah di
sekolah tersebut. Hal begitu tidak membuat patah semangat Sastro Ia kini makin
semangat untuk belajar dan memperbaiki nasib dan tentunya membeli bualan kosong
orang-orang yang mengejeknya
Perjalanan untuk memperbaiki
nasib tak lantas mudah begitu saja, Sastro sulit menyesuaikan diri dengan
teman-temannya yang mayoritas mereka adalah anak yang tidak mendapat perhatian
orang tua (liar) namun Sastro punya teman-teman semasa kecilnya yang sekolah
bersamanya, yang selalu mendukungnya dan memotivasinya. Mereka adalah
Alvian,Haqi,Khoirul,Widodo.
Walaupun begitu saat Sasro
menemukan teman-temannya yang baru saat Ia Naik kelas mereka adalah Asyarofi,Sukaji,Sarimin,Parjo,Sarkan
mereka adalah orang pilihan, mereka semua orang-orang yang akan berjuang
bersama-sama untuk lepas dari labeling sekolah mereka yang telah rusak di cap
nakal oleh masyarakat.
Bersama mereka semua Sastro
mendapatkan motivasi baru untuk melangkah lebih maju. Saat yang telah
ditunggu-tunggu oleh Sastro untuk membayar omongan orang-orang tentang dirinya
pun telah tiba. Ya Ujian Nasional tingkat SMP, Sastro tidak ingin mengulangi
kisah pahit masa lalunya,Sastro ingin membuka lembaran baru, lembaran yang
digores oleh tinta emas bukan tinta kelam.Bersama teman-temannya Sastro
berusaha giat untuk belajar dan tentunya mendapatkan hasil yang terbaik. Tidak
terkecuali Soerno teman yang selalu bersamanya selalu memberikan solusi
terhadap segala persoalan Sastro.
Sastro berusaha dengan semaksimal
mungkin tidak hanya usaha segi fisik namun juga rohani dengan berdoa dan
memohon petunjuk kepada Nya agar dikasih jalan terbaik. Sastro sendiri masih
terbayang-bayang kisah kelam masa lalunya yang pernah gagal, Melihat
hasil-hasil Try out sebelum ujian Sastro agak cemas karena nilainya jauh yang
diharapkan dan jauh dari teman-temannya, Namun walau begitu Sastro tetap
optimis Dia berserah diri kepada Allah dia tidak tahu mau melakukan apalagi
karena Ia rasa usahanya sudah maksimal dan mencapai titik jenuh.
Dengan modal doa dari orang tua, guru
serta seluruh teman-temannya Sastro menyongsong ujian, Ia menjawab soal dengan
hati hati dan selalu berdoa kepada allah agar diberikan kemudahan disetiap
menjawabnya.Setelah selesai ujian Sastro sering mencocokan jawabannya dengan
temannya namun apa yang disangkan jawaban Sastro berbeda dengan teman-temannya
hal ini lantas membuat Sastro merenungi nasibnya. Hal tersebut berjalan terus
sampai ujian berakhir.
Sastro harap-harap cemas akan
hasilnya terlintas di benak Sastro tentang kegagalan dan Ia tidak bisa membuat
orang-orang kagum padanya. Ia selalu berdoa agar Ia diberikan keberhasilan oleh
Nya, Pada akhirnya Sastro pun menyerah dan pasrah, Ia tidak memikirkan lagi
soal keberhasilan tersebut dan bingar-bingar untuk membuat orang takjub padanya
karena Sastro sadar memang Ia tidak sehebat teman-temannya yang lain. Ia pun
sudah meminta maaf kepada orang tuanya kalau dia mungkin akan mengecewakan
untuk keduakalinya.
Hari pengumuman pun tiba, Hasil
Ujian diterimakan untuk orang tua siswa, Jantung Sastro berdegup kencang Ia
takut persasaan takut menghantuinya, Takut akan segala harapanya kandas oleh
sebuah tinta yang tertulis di selembar kertas. Hal itu di perparah karena orang
tua Sastro tidak kunjung pulang padahal semua orang tua temannya sastro sudah
pulang.
Dan apa yang terjadi???, Orang
tua Sastro telah sampai di rumah dan memberi secarik kertas dan secarik kertas
itu isinya menyatakan bahwa Sastro LULUS dengan Nilai rata-rata 8. Betapa
Bahagianya Sastro akan hasil itu, Ia bersyukur terhadap tuhan yang telah
melimpahkan rahmat kepadanya
Semua ini tak lepas dari doa
guru-dan teman-temanku dan juga orang tuaku, Kata Sastro
Harapan Sastro terwujud Ia bisa
membayar cemoohan masyarakat kepadanya bahwa dia berhasil keluar dari belenggu
pergaulan yang tidak sehat waktu SMP. Ia dengan bangganya melawan opini-opini
masyarakat bahwa tak selamanya sekolah yang buruk itu tidak bisa memproduksi
generasi emas, Dan Sekolah baik pun belum tentu menciptakan butir-butir emas
bisa kebalikannya, Toh kenyataanya hasil ujian kali ini sangat mencerminkan hal
tersebut.
Di sisi lain Soerno yang sekolah
di sekolah elite berhasil lulus dengan nilai yang relatif baik, Ia tidak ingin
melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas karena alasan biaya, oleh karena
itu orang tua Soerno mendaftarkan dirinya di sekolah kejuruan yang harapanya
ketika sudah lulus nanti Soerno akan bisa langsung bekerja dan menghidupi
adik-adiknya yang sejak SMP ditinggalkan oleh ibunya entah kemana.
Kini dengan bangganya Sastro
mendaftar di sekolah menengah atas di luar kota yang termasuk sekolah
elite,Suasana Baru menyelimuti hari-hari baru Sastro,Teman-teman yang jauh lebih
beradab dari temannya yang dulu. Kini perjalanan Sastro hampir lengkap Ia punya
berbagai teman dari berbagai kalangan pula yang menjadikannya bocah yang
kuat,bijak,dan easy going. Ia tidak
kaget lagi orang yang biadab dan tidak canggung pula ketika menghadapi orang
beradab
Bingar-bingar kelam Sastro telah
dilupakan termakan waktu.Kini Sastro maupun Soerno telah sampai di penghujung
masa putih abu-abu. Sastro harus memikir dan berjuang kemana karir yang akan
ditempuhnya kelak sedangkan Soerno ditantang oleh dunia kerja yang semakin
maju.
Antara Sastro maupun Soerno
pernah merenung bersama
Entah apalagi kejutan-kejutan
allah yang akan diberikan kepadaku ya No!, Kata Sastro
Aku pun tak tahu, Yang jelas Allah
itu tidak bisa ditebak bro,Allah itu juga tidak bisa didekte yang kita inginkan
itu belum tentu dikabulkan oleh allah, Kata Soerno
Terus kalau keinginan kita tidak
selalu dikabulkan terus kita berdoa buat apa?, Sastro menjawab
Berdoa itu hanya Sarana agar
manusia sadar sebenarnya kita tidak bisa apa-apa bila tanpa bantuan Nya, Soal
keinginan kita dikabulkan atau tidak itu bukan tujuan kita karena allah punya
skenario yang lebih indah untuk kita kawan, Kita dituntut untuk
berjuang,berjuang dan terus berjuang hingga kita benar-benar lelah untuk
berjuang dan berserah diri pada allah Kata Soerno
Berjuang melihat Allah ya kawan?,
Kata Sastro
Ya, perjuangan melihat allah,
Kita harus melihat allah di setiap langkah kita karena allah selalu melihat
kita dan memberikan jalan agar kita tidak tersesat (soerno)
Kata-kata yang indah teman,
Semoga kelak kita bisa berjalan, berjalan di jalan yang lurus jalan yang di
kehendakinNya Kata Sastro kepada Soerno diiringi gelak tawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!