Blora, suatu kata yang
mungkin terdengar asing bagi orang-orang yang belum tahu daerah terpencil ini.
Dari segi administratif Blora terletak di provinsi Jawa tengah sekitar
127 km sebelah timur Semarang dan
berbatasan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Tidak banyak yang
tahu bahwa Kabupaten Blora memiliki banyak potensi yang tidak dimiliki oleh abupaten
lainnya, baik dari potensi alam, potensi kebudayaan, kuliner, potensi arkeologi
dan geologi seperti minyak tua dan berbagai peninggalan sejarah. Semua potensi
yang dimilikinya sebenarnya bisa menjadi sebuah potensi wisata yang mampu
mengundang banyak para wisatawan untuk berkunjung ke Blora. Pada dasarnya
orang-orang awam lebih tahu akan kepopuleran kecamatan Cepu, (yaitu salah satu
kecamatan di Blora yang dikenal akan kekayaan minyak buminya) dibandingkan
dengan Blora itu sendiri. Padahal pada dasarnya Blora memiliki daya tarik
tersendiri untuk menarik industri pariwisata, misalnya kuliner sate ayam blora
yang khas, kesenian Barongan, kesenian Tayub, serta keunikan suku samin. Selain
itu blora juga mempunyai tempat wisata yang tak kalah dari daerah lain semacam Goa
Terawang, waduk tempuran, ataupun aduk greneng. Tapi mengapa semua keindahan
pariwisata di Blora itu belum mampu menarik kedatangan wisatawan ke blora?.
Salah satu faktor yang dinilai mempengaruhi kedatangan wisatawan adalah faktor
promosi. Dalam hal promosi Kabupaten Blora memang dirasa kurang sehingga
masyarakat di luar Blora belum menyadari keesistensian wisata yang ada di
Blora.
Kegiatan promosi wisata di Kabupaten
Blora seharusnya menjadi tanggung jawab bersama untuk seluruh lapisan
masyrakat. Hal ini dimaksudkan agar kesadaran dan kebanggaan masyarakat Blora
terhadap daerahnya muncul. Rasa kesadaran dan kebanggan itu akan memicu
lahirnya para seniman dan budayawan yang “nguri-uri”
budaya Blora. Melalui budaya inilah potensi wisata di blora dapat dikenal oleh
khalayak luas. Misalnya saja Seni Barongan yang merupakan simbol tersendiri
bagi kesenian tradisional Blora akan mampu menarik wisatawan apabila ada
penggerak seni dalam masyarakat dan peran pemerintah untuk memajukan kesenian
tersebut.
Apresiasi terhadap budaya lokal
Blora sudah mulai digencarkan oleh pemrintah Kabupaten Blora. Hal ini
dibuktikan dengan diangkatnya tokoh Samin Surosentika sebagai ikonik kota Blora.
Kita tahu bahwa dulunya banyak orang Blora
tidak tahu siapa itu Samin Surosentika, namun setelah pemerintah
kabupaten Blora mempopulerkan nama Samin Surosentika sebagai nama gedung
instansi pemerintahan, kepopuleran Samin surosentika semakin banyak dikenal
oleh warga. Selain itu pemerintah Kabupaten Blora mulai menggalakkan
pembangunan insfrastruktur tempat wisata seperti tempat wisata tirtonadi reborn, Goa terawang, dan masih banyak
lagi.
Pemerintah Kabupaten Blora mulai
sadar bahwa Pariwisata merupakan sektor yang dapat memberikan
peranan besar bagi pembangunan suatu daerah sekaligus memberi kontribusi bagi
perolehan Pendapatan Asli Daerah maupun menciptakan lapangan kerja, selain itu
kegiata pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan
melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat pada
umumnya. Dengan adanya pariwisata diharapkan masyarakat mengalami prubahan
kearah kebaikan dalam berbagai aspeknya Dalam hari jadi Kabupaten Blora ke-265
Pemkab Blora mengangkat slogan “wis
wayahe kuncoro” Dalam slogan tersebut, tersimpan harapan tentang selesainya
sejumlah tugas-tugas dasar pemerintah.Selanjutnya, Kabupaten Blora dalam
berbagai sektor akan bangkit dan setara dengan kota dan kabupaten lain di Jawa
Tengah bahkan Indonesia.“Kuncoro artinya pekerjaan yang selesai dengan
sempurna. Maka, Wis Wayahe Kuncoro bermakna
dengan pencapaian yang dilaksanakan pemerintah sampai tahun ini, sejumlah
pekerjaan dasar telah selesai. Kini saatnya, Kabupaten Blora bangkit atau dalam
bahasa jawa Wis Wayahe Kuncoro,” .
Kebangkitan Blora untuk menjadi daerah maju ditandai dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat luas tentang daerah Blora. Indikator yang menunjukannya adalah penuh
sesaknya kota Blora ketika long weekend,
tempat kuliner dan wisata Blora hampir seluruhnya dipenuhi oleh wisatawan dari
luar daerah. Waduk tempuran misalnya mampu memikat para wisatawan untuk datang
ke lokasi tersebut walau hanya melihat pemandangan waduk dan bersantap kuliner
di sekitar waduk tempuran yang terkenal khas itu. Lantas apa langkah
selanjutnya yang dilakukan pemerintah untuk menunjang kepariwisataan di
kabupaten Blora?.
Tingginnya minat pengunjung untuk mendatangi
obyek Wisata Waduk Tempuran tersebut harus diimbangi dengan dukungan dari
fasilitas-fasilitas penunjang yang disediakan. Minimnya transportasi menuju
daerah Waduk Tempuran serta kondisi jalan yang kurang baik menjadi kendala
dalan pengembangan Desa Tempuran sebagai Desa Wisata, mengingat peningkatan
obyek wisata merupakan suatu langkah yang strategis untuk mendorong pembangunan
pada suatu wilayah, memperluas lapangan kerja, mendorong pelestarian lingkungan
dan budaya bangsa, serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Jika Industri kepariwisataan di Blora dapat berkembang
maka bisa dipastikan Blora akan mencapai targetnya untuk menjadi daerah yang
makmur, daerah yang tidak hanya mengandalkan potensi sumber daya alam semisal
kayu jati dan minya bumi saja. cadangan 250 juta barel minyak bumi yang
ditemukan pada tahun 1899 sudah banyak dilakukan ekploitasi habis-habisan
sehingga tidak akan mampu menopang perekonomian Blora untuk masa yang akan
datang, bahkan Sumber daya alam berupa
kayu jati dan minyak bumi tidak lantas membuat Kabupaten Blora menjadi
kabupaten kaya. UU No 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusatdan Pemerintah
Daerah yang diantaranya menetapkan kedua sumber daya alam tersebut dikelola
oleh Pemerintah Pusat telah membuat Kabupaten Blora hanya mendapatkan
‘sisa-sisa’ kekayaannya. Oleh karena itu harapannya kedepan Blora mampu menjadi
daerah berdikari yang bertumpu pada potensi pariwisata daerah, daerah yang
tidak hanya bertumpu pada potensi minyak buminya saja namun juga potensi
kebudayaannya. Jika industri pariwisata berkembang maka akan meningkatkan peran
ekonomi kreatif di masyarakat dan ketika tahap ekonomi kreatif sudah pada
tingkatan yang tinggi maka peran masyarakat dalam perekonomian Blora akan
semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Per-kapita Kabupaten Blora.
Oleh: Rifai Anas Amirul Huda
Oleh: Rifai Anas Amirul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DON'T RUSUH!