Sabtu, 27 Oktober 2018

EKSISTENSI MEDIA RADIO PADA ABAD KE-20 HINGGA SAAT INI



Disusun guna menyelesaikan tugas Sejarah Peminatan Bab VII tentang Indonesia dan Dunia pada Masa Revolusi Teknologi Abad ke-20


Oleh :
Sinta Agustina Wismardhani
XII.IPS.4
27

SMA N 1 BLORA
Tahun Pelajaran 2017/2018
A. PENDAHULUAN

Dengan makin banyaknya satelit dipergunakan sebagai saluran komunikasi, peranan media massa mengalami dinamisasinya. Diduga bahwa setelah rangsangan pertama melalui salah satu media terhadap suatu permasalahan, maka orang akan mencari bahan tambahan dari jenis media yang sama atau akan memperluas perhatiannya terhadap media yang lain dan menggunakannya sebagai sumber informasi tambahan. Hal ini dikenal dengan pengaruh sentrifugal dari media. Salah satu sarana yang memperluas perhatian dan kebiasaan menggunakan media ialah satelit komunikasi, yang mampu menembus batas – batas geografis dan juga sangat memperpendek waktu berkomunikasi. Sifat aktualita karenanya meningkat.

Adapun penggunaan satelit ternyata lebih menguntungkan hubungan radio daripada diduga semula. Justru penggunaan radio yang dihubungkan dengan satelit telah merehabilitasi nilai semula dari radio, karena nilai aktualita makin dapat dipenuhi oleh radio dibandingkan dengan saingannya, yaitu televise. Bila penganaktirian radio pada masa lampau terjadi karena orang terlalu menitikberatkan sifat visual televise yang dipertentangkan dengan nilai sifat audio radio, maka dewasa ini dengan peningkatan kebutuhan akan aktualita, ternyata justru teknik visualisasi tersebut memakan lebih banyak waktu dan keterampilan yang dikorbankan untuk nilai aktualita tersebut. Keadaan ini mendadak dan tidak direncanakan, sukar dapat direkam dan disiarkan segera oleh televise. Lain halnya dengan radio yang tidak memerlukan banyak waktu persiapan untuk menyiarkan kejadian demikian secepat mungkin. Selain berfungsi sebagai sumber informasi, maka radio juga berfungsi sebagai sarana hiburan dan sarana pendidikan.


a.     Rumusan Masalah
1.      Seperti apakah keadaan media radio pada abad ke-20?
2.      Bagaimana eksistensi radio dimasa sekarang ini?
3.      Bagaimana peranan radio dan kemampuan nyata dalam masyarakat?
4.      Bagaimana peranan radio dalam pemupukan identitas nasional?

b.     Tujuan
Tujuan dari penulisan essay ini adalah  dengan ditulisnya essay ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana media radio pada abad ke- 20 hingga sekarang, essay ini menjelaskan bagaimana eksistensi media radio pada masa kini, dan memaparkan berbagai peranan media radio di beberapa bidang di masyarakat.

c.      Manfaat
Manfaat penulisan essay ini bagi penulis adalah essay ini bermanfaat bagi penulis sebagai tolak ukur pemahaman mengenai pengetahuan teknologi pada abad ke- 20. Selain itu, manfaat penulisan essay ini bagi generasi muda adalah essay ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan atau informasi mengenai media radio pada abad ke- 20 hingga eksistensinya sampai saat ini dan peranannya di beberapa bidang di masyarakat.








B.  ISI / PEMBAHASAN

1.  Keadaan Media Radio Pada Abad Ke-20
Perkembangan IPTEK pada abad ke-20, boleh dikatakan banyak bermunculan inovasi baru yang telah merubah kehidupan peradaban umat manusia. Inovasi IPTEK yang menonjol pada abad ke-20, yaitu pada waktu terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Adapun inovasi IPTEK yang diimplementasikan pada abad ke-20, yaitu seperti : pesawat terbang, roket, tank, eksplorasi antariksa hingga penemuan bom bertenaga atom.

Penemuan serat optic adalah salah satu penemuan penting yang melahirkan sarana telekomunikasi untuk mempermudah komunikasi manusia. Keistimewaan dari serat optic ialah kemapuannya membengkokkan jalannya cahaya. Serat optic ini berupa kaca yang bersifat fleksibel atau filament plastic transparan yang memancarkan cahaya melalui serangkaian pantulan internal. Pada awalnya serat optic ini digunakan hanya dalam bidang kedokteran tetapi kemudian berkembnag untuk mengirimkan telex, telefon dan sinyak televises kabel dimana serat optic ini memiliki keunggulan dibandingkan kabel logam.

Abad ke-20 ditandai juga dengan teknologi komunikasi penting yang membuat hubungan di dunia ini tidak lagi terbatas oleh jarak dan wilayah serta benua. Satelit komunikasi merupakan jaringan satelit raksasa yang berada dalam orbit geostasioner di sekitar bumi. Satelit komunikasi ini berfungsi untuk siaran televisi dan radio dalam skala global sehingga suatu kejadian di suatu Negara akan dapat diketahui dunia dalam waktu yang relative cepat. Teknologi yang muncul pada abad ke-20 merupakan kelanjutan dari hasil-hasil teknologi sebelumnya yang kemudian disempurnakan kembali sesuai dengan semakin berkembangnya pengetahuan manusia.
2.     Eksistensi Radio Dimasa Sekarang Ini
Memasuki era digital seperti sekarang ini, jika dilihat dari banyaknya media yang menyajikan beragam informasi dan hiburan, sepertinya radio nasibnya akan tersingkirkan. Tapi hebatnya, ternyata radio mampu bertahan walaupun banyak gempuran dari beragam media lainnya seperti televisi, smartphone, internet dan sebagainya. Jika secara bentuk fisiknya, radio sudah mulai jarang diminati. Coba lihat di toko elektronik, sekarang ini jarang sekali menemukan orang yang dengan sengaja mencari radio untuk membelinya. Sekalinya ada mungkin hanya sedikit peminatnya, salah satunya mungkin para kolektor barang antik. Karena untuk mendengarkan siaran radio kini sudah bisa lewat beragam media lainnya seperti pada player yang berada pada mobil, smartphone dan sebagainya.

Perkembangan zaman memberikan banyak pilihan, termasuk untuk memilih hiburan dan informasi dari beragam media membuat keberadaan radio semakin terpojokan, kebanyakan orang mendengarkan radio hanya pada saat mengendarai mobil atau mungkin saat di warung makan dan warung kopi di pinggir jalan serta lainnya. Walaupun masih ada pendengar setianya tapi jumlahnya mungkin tidak sebanyak dulu. Kendati demikian tapi keberadaanya masih tetap saja eksis sampai sekarang, menurut Nielsen Radio Audience Measurement mencatat bahwa meskipun internet tumbuh pesat tapi tidak berarti bahwa jangkauan akan pendengar radio menjadi rendah. Walaupun penetrasi media televisi 96%, media luar ruang sebesar 52% dan internet 40%. Namun media radio masih cukup baik berada di angka 38% pada kuartal ketiga pada tahun 2016. Masih menurut data dari Nielse, hingga pertengahan tahun 2016 radio masih didengarkan oleh sekitar 20 juta orang Indonesia.


3.     Peranan Radio dan Kemampuan Nyata Dalam Masyarakat
Pengaruh sifat aktualita yang dapat dilayani oleh radio, lebih cepat daripada televisi. Hal ini telah mengakibatkan evaluasi yang lebih positif terhadap radio daripada sebelumnya. Terutama karena dalam bentuk transistor, radio lebih murah daripada televisi dan dapat tersebar di pedesaan, dan radio bagi masyarakat berkembang akan mempunyai peranan yang tidak kalah dengan televisi, terutama dalam isi-mengisi kebutuhan manusia akan informasi. Karena radio transistor lebih mudah dibawa dan tidak terlalu terikat pada tempat serta harganya yang murah, maka negara berkembang akan lebih banyak mengambil manfaat radio sebagai sumber informasi ditinjau dari segi individual di mana tiap orang akan membeli sarana komunikasi ini dari kantongnya sendiri.

Selain berfungsi sebagai sumber informasi, maka radio juga berfungsi sebagai sarana hiburan dan sarana pendidikan. Bahwa fungsi sebagai sarana hiburan lebih mudah dipenuhi, terbukti dari suatu penelitian yang ditugaskan kepada Departemen Komunikasi FIS-UI sebagai penugasan Departemen Penerangan di daerah perbatasan Propinsi Riau, dalam tahun anggaran 1976/77. Penelitian ini menemukan bahwa memang daratan Propinsi Riau telah dapat dicakup oleh TV maupun radio. Lain halnya di Riau-Kepulauan yang belum dapat menangkap siaran TV dari Pekanbaru dank arena itu sangat tergantung dari radio Tanjungkarang. Ternyata bahwa fungsi radio, terutama siaran RRI dalam hubungan ini hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, terutama musik populer Indonesia. Untuk kebutuhan lainnya, pendengar radio di Riau-Kepulauan lebih cenderung mendengarkan radio dan TV negara tetangganya yaitu Singapura dan (terutama) Malaysia. Ternyata bahwa hambatan utama bukan saja hambatan teknik, akan tetapi juga hambatan budaya, yaitu masalah bahasa. Karena bahasa Melayu Riau lebih mendekati bahasa Malaysia daripada bahasa Indonesia, maka bagi penduduk Riau-Kepulauan terlalu sukar untuk dapat “menangkap makna” siaran RRI nonmusik. Sehubungan dengan ini, penduduk memperoleh informasi tentang Indonesia melalui siaran radio tetangganya. Situasi ini merupakan suatu tantangan bagi RRI Tanjungkarang, terutama karena TVRI belum dapat menjangkau wilayah kepulauan tersebut.
  
Dalam hubungan ini dijelaskan bahwa kemampuan audio radio sangat menghambat dalam situasi kebudayaan yang tidak sama. Mungkin sekali sifat televisi yang disamping berkemampuan audio juga bersifat visual ini, lebih dapat menerobos perbedaan budaya. Walaupun demikian selama televisi belum menjangkau kepulauan ini, maka perlu diusahakan adanya suatu perimpitan kepentingan (overlapping of interests) antara komunikator RRI dengan komunikannya di kepulauan / wilayah yang kurang memahami bahasa Indonesia, hal mana mudah dilakukan dengan dengan umpamanya pengadaan siaran “ulangan” terutama warta berita dari pusat yang diterjemahkan ke dalam bahasa setempat. Juga informasi yang penting perlu disiarkan dalam dua logat bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan logat Melayu Riau. Di daerah lain hal ini dapat dilakukan pula, terutama daerah perbatasan dimana TVRI belum dapat mencapai komunikannya.

Dilihat dari contoh Riau-Kepulauan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pendidikan melalui radio sebagai salah satu media massa ialah terutama dalam bidang pendidikan informal. Pendidikan informal berbeda dengan pendidikan formal maupun nonformal dalam sifatnya, di mana pendidikan informal tidak mempunyai kurikulum apalagi silabus. Sifat pendidikan informal tidak teratur dan biasanya terbatas pada pembahasan masalah yang aktual. Dengan demikian sifat pendidikan informal lebih dekat dengan pemberian informasi aktual daripada pendidikan teratur.
Informasi merupakan rangkaian data yang telah diseleksi dan dirangkaikan oleh komunikator sedemikian rupa, sehingga merupakan suatu “pengetahuan” yang dapat dipergunakan. Data merupakan bahan mentah yang masih perlu diseleksi dan diolah.

Bagi Negara berkembang, yang berkemampuan membawa informasi aktual dan merupakan suatu sarana komunikasi yang sangat penting ialah media massa. Melalui informasi aktual/pendidikan informal, perhatian komunikan dapat dirangsang dan diarahkan untuk pertama kalinya ke suatu arah tertentu. Melalui pengulangan dan perluasan oleh media yang sama atau media yang lain, pengetahuan masyarakat akan ditunjang. Karena itu radio merupakan sarana pembuka jalan bagi media lainnya maupun memperkenalkan untuk pertama kalinya suatu masalah sebelum penyuluh melanjutkan dan memperdalam pengetahuan komunikan tentang masalah tersebut. Dengan demikian, radio menjadi perangsan bukan saja untuk pendidikan nonformal yang merupakan serangkaian kursus, melainkan juga untuk pendidikan formal. Dalam situasi kekurangan guru, radio dapat menunjang penyebaran dan pengulangan bahan pelajaran pendidikan formal maupun nonformal, walaupun pengajaran melalui radio tanpa guru, tidaklah mungkin atau hanya menghasilkan mutu pendidikan yang rendah sekali. Bagaimanapun juga kehadiran guru bagi dalam komunikasi langsung dan berkomunikasi timbal – balik, tidak dapat diganti oleh media massa yang umumnya bersifat komunikasi searah, karena komunikasi langsung dan timbal - balik merupakan syarat mutlak proses belajar yang efektif. Dari apa yang dikatakan terdahulu, jelaslah bahwa kemampuan media massa ialah terutama mengadakan penyebaran atau difusi informasi, berbeda dengan komunikasi vertikal, terutama bersifat mempengaruhi secara psikologis dan mendalam.

4.     Peranan Radio Dalam Pemupukan Identitas Nasional

Telah dikatakan, dengan memperhatikan aktualita, maka radio menjadi sarana komunikasi yang berkemampuan mengadakan mobilitas sosial. Mobilitas sosial dan perubahan masyarakat dengan sendirinya akan mengakibatkan perubahan nilai. Keadaan ini mudah menjurus kepada disorganisasi dan disintegrasi sosial suatu masyarakat. Dengan sendirinya diperlukan pengadaan usaha reintegrasi secepat mungkin, agar suatu bangsa tidak akan menjadi “a nation of nations”.

S.N. Eisenstadt, dalam tulisannya “The changing vision of modernization and development” menyebut adanya enam krisis dalam proses modernisasi, yaitu :
            1. Krisis identitas
            2. Krisis legitimitas
            3. Krisis penetrasi
            4. Krisis partisipasi
            5. Krisis integrasi
            6. Krisis penyebaran / distribusi
            Krisis ini terjadi terutama karena mobilitas sosial. Disamping itu karena konsep tradisi dipertentangkan sebagai paradigma dengan proses modernisasi. Dengan demikian terjadilah pemikiran implisit seakan – akan semua yang berakar pada tradisi adalah salah. Akibat paradigma ini terutama ialah bahwa banyak nilai tradisional telah dibuang, sebelum ada nilai yang baru. Juga masalah urbanisasi dan industrialisasi tanpa adanya penampungan melalui reintegrasi sosial, merupakan salah satu akibat dari konsep pertentangan modernisasi dengan tradisi.  
                        Sebaliknya banyak penelitian membuktikan adanya kemampuan penyesuaian lembaga sosial tradisional, yang telah memungkinkan modernisasi tanpa mengorbankan identitas dan kepribadian bangsa. Penelitian inilah yang kemudian membuktikan bahwa perubahan / modernisasi tidaklah uniliniar dan bahwa proses modernisasi merupakan suatu rangkaian proses diferensiasi, mobilitas sosial dan perubahan nilai, yang mengadakan beberapa pengelompokan sosial yang baru dan yang dengan sendirinya akan mengakibatkan ketegangan sosial lagi. Dilihat dari masalah ini bagaimanakah peranan media massa, terutama radio?
                        Telah dikatakan bahwa pada satu pihak, radio dapat menjadi sarana mobilitas sosial, pembawa nilai – nilai baru, akan tetapi apakah tugasnya hanya terbatas pada tugas ini dilihat dari perlunya regintegrasi sosial diadakan secepat mungkin, bahkan kalau mungkin bersamaan dengan proses mobilitas sosial tersebut. Dalam hubungan ini, justru kenyataannya menunjukkan bahwa radio menjadi sarana hiburan, member jalan baru bagi radio sebagai sarana komunikasi massa untuk menanamkan dan memupuk nilai – nilai tradisional yang baik. Sebagaimana diketahui, justru dalam bentuk hiburan, dalam bentuk musik, radio mengikat pendengarnya. Dari segi ini jelaslah bahwa hiburan sebagai pencerminan kebudayaan bangsa, pencerminan kepribadian bangsa dapat ditunjang dan disebar serta dipupuk sebanyak mungkin oleh radio. Banyaknya kaset music populer maupun music tradisional ataupun drama tradisional yang dikenal sebagai wayang orang dan lain – lain, menunjukkan bahwa manusia Indonesia sudah terbiasa dengan media audio. Radio mempunyai kesempatan yang cemerlang yang tidak boleh terlalui, sebelum masyarakat luas terikat pada televisi.
                        Disamping membawa pesan pembaharuan, radio dapat dimanfaatkan untuk tetap mempertahankan kepribadian daerah dan membantu manusia mempertahankan identitasnya. Apabila proses modernisasi ialah proses pemupukan kesatuan bangsa, musik populer mencerminkan kebudayaan kontemporer Indonesia, maka music dan drama daerah merupakan pencerminan kebudayaan dan nilai – nilai khas Indonesia. Sebagai saluran komunikasi pembangunan, radio tetap bermanfaat, akan tetapi perlu ditunjang lebih lanjut oleh para penyuluh. Informasi yang terlalu teknis dan terinci kurang tepat untuk disebarkan melalui radio, karena sifatnya yang audio. Lain halnya dengan televisi yang dalam bidang ini dapat lebih memperlihatkan melalui visualisasi apa yang dimaksudkan.

C. Penutup   

1.     Kesimpulan
                        Dengan makin banyaknya satelit dipergunakan sebagai saluran komunikasi, peranan media massa mengalami dinamisasinya. Diduga bahwa setelah rangsangan pertama melalui salah satu media terhadap suatu permasalahan, maka orang akan mencari bahan tambahan dari jenis media yang sama atau akan memperluas perhatiannya terhadap media yang lain dan menggunakannya sebagai sumber informasi tambahan. Hal ini dikenal dengan pengaruh sentrifugal dari media. Salah satu sarana yang memperluas perhatian dan kebiasaan menggunakan media ialah satelit komunikasi, yang mampu menembus batas – batas geografis dan juga sangat memperpendek waktu berkomunikasi. Sifat aktualita karenanya meningkat.
Bagi Negara berkembang, yang berkemampuan membawa informasi aktual dan merupakan suatu sarana komunikasi yang sangat penting ialah media massa. Melalui informasi aktual/pendidikan informal, perhatian komunikan dapat dirangsang dan diarahkan untuk pertama kalinya ke suatu arah tertentu. Melalui pengulangan dan perluasan oleh media yang sama atau media yang lain, pengetahuan masyarakat akan ditunjang. Karena itu radio merupakan sarana pembuka jalan bagi media lainnya maupun memperkenalkan untuk pertama kalinya suatu masalah sebelum penyuluh melanjutkan dan memperdalam pengetahuan komunikan tentang masalah tersebut. Dengan demikian, radio menjadi perangsan bukan saja untuk pendidikan nonformal yang merupakan serangkaian kursus, melainkan juga untuk pendidikan formal. Dalam situasi kekurangan guru, radio dapat menunjang penyebaran dan pengulangan bahan pelajaran pendidikan formal maupun nonformal, walaupun pengajaran melalui radio tanpa guru, tidaklah mungkin atau hanya menghasilkan mutu pendidikan yang rendah sekali. Bagaimanapun juga kehadiran guru bagi dalam komunikasi langsung dan berkomunikasi timbal – balik, tidak dapat diganti oleh media massa yang umumnya bersifat komunikasi searah, karena komunikasi langsung dan timbal - balik merupakan syarat mutlak proses belajar yang efektif. Dari apa yang dikatakan terdahulu, jelaslah bahwa kemampuan media massa ialah terutama mengadakan penyebaran atau difusi informasi, berbeda dengan komunikasi vertikal, terutama bersifat mempengaruhi secara psikologis dan mendalam.

2.     Saran
Media massa seperti radio hendaknya harus terus dikembangkan dan diberi perhatian khusus. Hal tersebut demi meningkatkan mutu atau kualitas serta tetap menjaga eksistensi radio dimasa sekarang ini. Radio yang telah banyak memberikan informasi sejak dahulu, haruslah tetap dijaga dan dikembangkan agar media yang satu ini tetap dapat memberikan informasi dan hiburan bagi para pendengarnya. Masyarakat juga diajak untuk menggermari media radio agar menambah wawasan dan mendapatkan informasi yang berguna.

DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Astrid. 1986. Komunikasi Massa 1. Jakarta: Binacipta

Susanto, Astrid. 1986. Komunikasi Massa 2. Jakarta: Binacipta

Suroso, Apriandi. 2015. Revolusi Teknologi Abad Ke 20.
(https://ilmupengetahuansosial2015.blogspot.co.id/2015/11/revolusi-teknologi-abad-ke-20.html?m=1)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DON'T RUSUH!