Senin, 20 Agustus 2018

Apa Esensi dari Peringatan Reformasi 1998 Terhadap Bangsa Indonesia



Bangsa Indonesia sejauh ini telah berhasil mempertahankan keberadaan sebagai sebuah bangsa hingga abad ke 20 ini. Mulai dari Orde Baru dengan semangat mempertahankan kedaulatan NKRI, Orde Lama yang merupakan perpanjangan era dari Orde Baru, dan Era Reformasi yang mempunyai semangat untuk mewujudkan Demokrasi yang sebenarnya. Bangsa ini telah menginjak era dimana butuh kestabilan luar biasa untuk tetap bertahan. Mulai dari sektor ekonomi, bisnis, politik, budaya, dan seterusnya. Peringatan Reformasi ke 20 ini, ada beberapa hal yang dibutuhkan Indonesia untuk tetap bergerak maju.
Pertama, Tetap belajar dari Sejarah. Keberadaan sebuah bangsa, tentu bukan hanya diukur dari “ada” dan “tidak”. Jika dibandingkan dengan berbagai Negara, Indonesia lebih cepat beradaptasi dengan dunia millenial yang mempunyai persaingan ketat dengan perlombaan tekhnologi dan ilmu pengetahuan. Sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk tinggi, pendapatan perkapita Indonesia masih lebih baik daripada India (Okezone Economy, 2016) dan menempati peringkat kelima di Asia. Ini adalah sesuatu yang patut dibanggakan jika menilik umur Bangsa ini yang masih “remaja”. Menjadi pesaing negara China dan India (detik finance 2017) bukan hal yang mudah. Butuh konsistensi perkembangan perekonomian dan daya beli serta investasi yang memadahi dengan pertumbuhan penduduk. Karena seperti yang kita ketahui, peradaban cina, india, atau bahkan mantan penjajah kita, Jepang, umur mereka jauh diatas pemerintahan Indonesia yang masih berumur 80 an.
                Era demi era memang tak hayal menjadi sebuah perjalanan, era millenial ini sepertinya menjadi pembelajaran bagaimana demokrasi dijalankan. Bagaimana tidak, warga internet (netizen) bisa lebih leluasa memberikan opini, ulasan, komentar terhadap apapun, siapapun, dan kapanpun. Ini berarti ada dua sisi yang sama-sama berkembang. Sisi positifnya adalah, masyarakat lebih mudah menyampaikan aspirasi, tapi mempunyai efek negatif, yaitu pendapat yang berlebihan akan menimbulkan gejolak, atau munculnya pihak tidak bertanggung jawab yang menyebarkan informasi palsu (hoaks).
                Kedua, untuk tetap pada jalur, dibutuhkan suatu “Soko Guru” atau tiang penyangga yang kuat dalam suatu bangsa, yaitu Kepemimpinan yang Fungsional. Setelah belajar dari sejarah, Indonesia tidak bisa menutup mata dengan betapa pentingnya pemimpin Negeri ini mempengaruhi bangsa. Terlepas dari ada dan tidak pemimpin yang luar biasa, terlebih dahulu haruslah disadari bahwa semangat revolusi yang mengedepankan demokrasi mengizinkan masyarakat menciptakan pemimpin untuk Negeri ini. Menciptakan, berarti apa yang diharapkan dari bangsa harus tercermin pada sosok pemimpin. Amanat nasional adalah yang utama., dan aspirasi rakyat adalah mutlak.
                Terakhir, adalah pemimpin yang mempedulikan kecerdasan rakyat. Point terakhir ini yang kadang diremehkan dan tidak disadari. Kehendak rakyat, bukan berarti yang penting rakyat senang. Karena akan percuma pembangunan ini jika rakyat tidak cerdas dalam berdemokrasi. Menutupi berita negatif pemerintahan, manipulasi media, bukan lagi cara berpolitik yang baik. Rakyat juga butuh “dipimpin” dalam arti sebenarnya, dimana rakyat bisa secara kondusif, memahami apa keinginanya terhadap sosok pemimpin, kritis dan objektif dalam menilai pemerintahan. Era reformasi harusnya menjadi titik tolak dimana kedaulatan rakyat, yang merupakan instruksi tertinggi dalam Demokrasi, benar-benar didaulatkan serta dicerdaskan. Rakyat adalah otak demokrasi, cerdaskan otaknya, baru kita berbicara tentang kesejahteraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DON'T RUSUH!