Kamis, 01 Februari 2018

TOKOH PEMERSATU BANGSA “HASYIM MUZADI”







 


Kyai Haji Ahmad Hasyim Muzadi (lahir di TubanJawa Timur8 Agustus 1944 – meninggal di Malang16 Maret 2017 pada umur 72 tahun) adalah seorang tokoh Islam Indonesia dan mantan ketua umum Nahdlatul Ulama yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015. Ia juga pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam di MalangJawa Timur, sebelumnya dia sempat mengenyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor (1956-1962).
Muzadi menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950, melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor Ponorogo, ia lalu menuntaskan pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri MalangJawa Timurpada tahun 1969.
Kiprah organisasinya mulai dikenal ketika pada tahun 1992 ia terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur yang terbukti mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999. Tercatat, suami dari Hj. Muthomimah ini pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan

Karir politik :
Muzadi telah disebut-sebut sebagai pendamping Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden Indonesia seawal November 2003. Ia resmi maju bersama Megawati pada 6 Mei 2004.[2] Dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2004, Megawati dan Muzadi meraih 26.2% suara di putaran pertama, tetapi kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla di putaran kedua.
Meninggal :
K.H. Hasyim Muzadi meninggal pada 16 Maret 2017 di MalangJawa Timur pada pukul 06.15 WIB.
Karya Tulis :
1.     Membangun NU Pasca Gus DurGrasindo, Jakarta, 1999.
2.     NU di Tengah Agenda Persoalan Bangsa, Logo, Jakarta, 1999.
3.     Menyembuhkan Luka NU, Jakarta, Logos, 2002.

Peran Kyai Hasyim Muzadi dalam pemersatu Bangsa
Pikiran dan gagasan Kyai Hasyim selama menjabat Rais Aam PBNU hingga mendampingi Presiden RI Joko Widodo sejak 2015 lalu sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, sangat teduh dan mencerahkan setiap kali melontarkan pandangan. Hal ini berdasarkan penuturan beberapa tokoh nasional, seperti Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin dan beberapa tokoh nasional.
Jusuf Kalla yang menjadi inspektur ucapara militer sebagai penghormatan terakhir bagi sang kyai pun tak kuasa menyembunyikan kesedihannya. Dari cara bicaranya saat memberikan sambutan, terlihat mata Jusuf Kalla terlihat berkaca-kaca. Dalam sambutannya, Jusuf Kalla tidak henti-hentinya memuji sosok Kyai Hasyim yang tak kenal lelah untuk tetap membawa Islam Indonesia sebagai umat paling toleran di dunia.
Apa yang diperlihatkan oleh Jusuf Kalla juga diperlihatkan oleh tokoh Muhammadiyyah dan MUI, Prof. Din Syamsuddin. Din mengungkapkan kekagumannya terhadap Kyai Hasyim. Bahkan Din tak malu menyebut Kyai Hasyim sebagai guru yang membimbingnya untuk menjadi pribadi yang arif dan bijaksana dalam menerima perbedaan.
Hari ini kita kehilangan sosok yang sangat berwibawa, sosok pemikir yang selalu mencoba mempersatukan semua golongan Islam. Saya bersama beliau bukan saja sama-sama alumni Gontor, tetapi kami juga sangat dekat ketika saya menjabat Ketua Umum Muhammadiyah, dan beliau menjabat Ketua Umum PBNU. Kita bisa lihat betapa dekatnya hubungan NU dan Muhammadiyah,” kata Din mengenang kisahnya tentang Kyai Hasyim di Komplek Pesantren Al-Hikam, Depok, Kamis (16/3).
Din melanjutkan kisahnya, Kyai Hasyim adalah putra bangsa yang patut disyukuri keberadaannya. Din mengaku selama ini, ia bersama Kyai Hasyim selalu berusaha menjadikan umat Islam Indonesia sebagai cerminan Muslim dunia.
“Hingga menjelang wafatnya, saya sempat menjenguk Kyai Hasyim. Ada dua pesan yang beliau sampaikan kepada saya. Pertama beliau mengingatkan saya untuk mensyukuri nikmatnya sehat. Kedua, beliau mengingatkan saya untuk tetap arif dalam menyelesaikan persoalan umat dan bangsa, khususnya persoalan yang bersifat internal,” kata Din.
Juga pengakuan yang disampaikan oleh Staf Kepresidenan Teten Masduki, dengan tutur kata lirih di tengah kerumunan wartawan saat mengahadiri pemakaman, Teten bercerita tentang bagaimana sosok Kyai Hasyim yang selama ini sangat dikagumi olehnya. Teten menyebut Kyai Hasyim adalah tokoh penuh integritas, luwes, dan memiliki banyak ilmu. Sehingga tak mengherankan masyarakat Indonesia cinta kepadanya.
Ini menunjukkan betapa Kyai Hasyim adalah sosok yang bisa diterima oleh semua golongan, berawal dari peran beliau yang menghargai perbedaan, bersikap arif dan tetap santun terhadap orang yang mengkritiknya, dan perjuangan Kyai Hasyim melebarkan persamaan antara sesama umat Islam, bukan menebalkan tembok perbedaan.
Penulis teringat betul bagaimana Kyai Hasyim menghadiri Konferensi Media Islam (ICIM – International Conference of Islamic Media) di Auditorium Adhiyana, Gedung Antara, Jakarta pada pertengahan tahun lalu dalam keadaan kurang sehat, tetap menghadiri dan menghormati undangan dari acara yang diselenggarakan oleh Jamaah Muslimin (Hizbullah), Kantor Berita Islam MINA, LKBN Antara, dan Republika.
Ini menjadi nilai tersendiri dari penulis untuk Kyai Hasyim.
Di tengah persoalan umat Islam Indonesia saat ini, Kyai Hasyim tetap istiqomah mengarahkan umat Islam untuk memilih pemimpin muslim. Bahkan di Masjid Nuruttaqwa Malang saat mengisi acara Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Sabtu (3/12/2016), Kyai Hasyim tak ragu menyebut Aksi Super Damai 212 di Monas pada akhir tahun lalu seperti peristiwa Badar di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
“Saya menduga, (aksi) 212 dihadiri malaikat. Buktinya, minta teduh dikasih teduh, minta hujan dikasih hujan, tujuh juta umat berkumpul dan bubar tanpa musibah, Jam empat sore Monas dan sekitarnya bersih lagi seperti sediakala. Peristiwa Badar Surat Al-Anfal ayat 9 terjadi lagi di Monas.”
Apa maknanya? Ini menunjukkan kekaguman beliau terhadap persatuan umat Islam Indonesia pada peristiwa tersebut. Sehingga beliau berani menganalogikan Aksi Super Damai 212 seperti peristiwa Badar. Kita tau peristiwa Badar adalah peristiwa paling bersejarah dalam perjalanan Islam, peristiwa paling menentukkan keberadaan Islam saat itu.
Di sisi lain, Kyai Hasyim tetap legowo dan tidak keras terhadap sesama muslim yang mendukung non muslim. Namun, apakah sikapnya yang legowo mengubah pendiriannya mengarahkan umat memilih pemimpin muslim? Tidak.
Keluwesan Kyai Hasyim terhadap sesama muslim, ketegasan Kyai Hasyim terhadap non muslim patut ditiru oleh setiap kader yang mengaku dirinya sebagai kader NU.
Seorang ulama kenamaan pernah mengatakan bahwa jika ingin melihat jiwa seseorang, apakah ia seorang yang baik ataukah ia seorang yang buruk, maka lihatlah bagaimana pandangan orang-orang ketika ia sudah meninggal.
Kata Mutiara Hasyim Muzadi :
Orang yang tidak berbuat apapun, untuk kemaslahatan umat, justru akan dililit oleh permasalahannya sendiri.
 - Hasyim Muzadi

“Orang yang tidak memperjuangkan umat tidak akan kekurangan, dan orang yang memperjuangkan diri sendiri belum tentu berlebihan”
 - Hasyim Muzadi

Keikhlasan itu tidak nampak dan tidak perlu ditampak-tampakkan. Tetapi Allah akan menampakkan hasil dari keikhlasan itu
 - Hasyim Muzadi
Janji Allah selalu bersyarat dan rahmat Allah selalu meminta tanggung jawab
 - Hasyim Muzadi
Kita boleh berdoa meminta kelonggaran tetapi tidak bisa meminta kesulitan itu dihilangkan. Karena justru masalah dan kesulitan itulah yang membuat kita dewasa. Kamu akan besar dengan segala kesulitan, bukan besar dengan segala kesenangan
 - Hasyim Muzadi (Pengajian Kamis Pagi 19 Mei 2016)

Nama : Rifai Anas Amirul Huda
Kelas : XII IPS 4
No : 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DON'T RUSUH!