Sabtu, 26 November 2016

Makalah Sumpah pemuda ( Korelasi pemuda dulu dan kini)



Sumpah Pemuda ( Semangat Pemuda dulu dan sekarang )
Oleh : Rifai Anas A.H
   BAB I
Pendahuluan    
Sejarah Pemuda adalah sejarah revolusi, pemudalah motor perubahan yang hakiki. Karena pemuda kesadaran dan pendidikan Kkebangsaan tumbuh seabad yang lalu, diatas tanah Ibu Pertiwi yang ratusan tahun dijajah oleh bangsa kompeni. Siapa yang tak takjub karena sumpah sekelompok pemuda untuk bersatu nusa, bersatu bangsa, bersatu bahasa. Terejawantahkanlah Indonesia, negeri dengan beragam suku dan religi yang sesungguhnya tak lebih dari dongeng imajinasi. Pemuda bergerak mencarikan jalan kemerdekaan padahal Indonesia jauh dari merdeka. Inilah Soempah Pemuda 28 oktober 1928
A.       Latar Belakang Masalah
Tanggal 28 oktober 1928, sekitar 88 tahun yang lalu merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia. Perjuangan para pemuda dengan semangat membara mengutarakan janji-janji suci yang merupakan awal terjadinya perjuangan yang menyeluruh yang dilandasi semangat persatuan dan kesatuan bangsa demi tercapainya cita-cita perjuangan bangsa menuju Indonesia merdeka.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan permasalahan yang didapatkan pada makalah ini adalah :
1.       Bagaimana awal mula terjadinya peristiwa 28 oktober 1928
2.       Apa isi yang terkandung dari sumpah pemuda
3.       Apa manfaat dan tujuan sumpah pemuda
4.       Bagaimana pengaruh dari sumpah pemuda bagi Indonesia
5.       Apa korelasi makna sumpah pemuda
6.       Bagaimana kesinambungan antara pemuda dulu dan sekarang
   
C.  Tujuan

          Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui arti penting peristiwa 28 Oktober 1928 bagi bangsa Indonesia.
D.   Manfaat

          Manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui arti penting peristiwa 28 Oktober 1928 bagi bangsa Indonesia.
2.      Dapat mengambil hikmah dari peristiwa 28 Oktober 1928 bagi masa yang akan datang.
3.      Menambah wawasan kita terhadap sejarah perjuangan bangsa.
BAB II
Pembahasan
A.            Awal mula terjadinya peristiwa 28 oktober 1928
Sumpah pemuda merupakan babak baru bagi perjuangan bangsa Indonesia. Perjuangan yang semula bersifat lokal (kedaerahan) berubah menjadi perjuangan yang bersifat nasional. Pemuda waktu itu mulai sadar bahwa perjuangan yang bersifat lokal kurang efektif untuk melumpuhkan kolonial Belanda. Penjajah dapat mematahkan perlawanan mereka walaupun cukup merepotkan juga. Mereka juga sadar bahwa hanya dengan persatuan dan kesatuan, cita-cita kemerdekaan dapat diraih
Pada tahun 1908, bangsa Indonesia mulai bangkit. Kebangkitan ini
ditandai dengan berdirinya Budi Utomo atas inisiatif dan dorongan Dr. Wahidin Sudirohusada. Walaupun Budi Utomo waktu itu masih dengan corak kesadaran lokal yang tercermin dari tujuannya, yaitu mau memajukan  dan membangkitkan masyarakat dan kebudayaan Jawa terutama melalui pendidikan, Budi Utomo membawa peran penting bagi pemuda waktu itu. Budi Utomo mencoba membantu orang-orang muda yang  tidak mampu memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Alhasil bermunculan organisasi-organisasi pemuda baru semisal Tri Koro Darmo. (Jong Java), Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Betawi, Jong Minahasa, Sekar Rukun, dan Pemuda Timor. Organisasi-organisasi inilah yang nantinya akan mendorong lahirnya Sumpah Pemuda.
Organisasi pemuda yang gencar mencanangkan persatuan Indonesia adalah Perhimpunan Indonesia (PI) sendiri sudah memberi teladan terlebih dahulu
Hal tersebut nampak jelas dalam ideologi PI yaitu :
  1. Kesatuan nasional: mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit yang berdasarkan kedaerahan kemudian menciptakan kesatuan aksi.
  2. Solidaritas: tanpa melihat perbedaan antarsesama bangsa Indonesia, seharusnya kita sadar bahwa terdapat perbedaan kepentingan yang mendasar antara penjajah dengan yang dijajah.
  3. Non kooperatif: kemerdekaan harus timbul dengan kekuatan sendiri.
  4. Swadaya: untuk mengandalkan kekuatan sendiri perlu dikembangkan suatu struktur alternatif dalam kehidupan nasional politik, sosial, ekonomi, dan hukum yang kuat berakar pada masyarakat pribumi.
Semua ideologi PI tersebutlah yang mendorong Bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Pada tanggal 15 November 1925 organisasi-organisasi pemuda berkumpul dan menyepakati dibentuknya suatu panitia untuk mempersiapkan kesepakatan besar pemuda. Diharapkan dengan adanya kesepakatan besar bersama dari para pemuda, berkembanglah paham persatuan kebangsaan dan berusaha merekatkan, Yang pada Akhirnya pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926 dilaksanakanlah Kongres Pemuda pertama yang dilaksanakan di Batavia (jakarta) yang diketuai oleh Muhammad Tabrani. Dalam Kongres Pemuda pertama menghasilkan berbagai kesepakatan yang meliputi sebagai berikut :
  1. Cita-cita Indonesia merdeka menjadi cita-cita semua pemuda Indonesia.
  2. Semua perkumpulan pemuda berdaya upaya menggalang persatuan organisasi pemuda dalam suatu wadah. Dari hasil kesepakatan yang dicapai ini, sangat tampak kemajuan yang mendukung arti pentingnya kesatuan dan persatuan antarmereka. Hal ini merupakan suatu prestasi besar pada saat itu.
Kongres Pemuda I, di dalamnya dilakukan beberapa kali pidato tentang pentingnya Indonesia bersatu. Disampaikan pula tentang upaya-upaya memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh di atas kepentingan golongan, bahasa, dan agama. Selanjutnya, dibicarakan juga tentang kemungkinan bahasa dan kesusastraan Indonesia kelak di kemudian hari.
tanggal 26 – 28 Oktober 1928 meletuslah Kongres Pemuda 2  yang dilatarbelakangi oleh semangat pergerakan nasional sebagai tindak lanjut Kongres I yang belum mencapai tujuan, juga sebagai bentuk pembahasan lanjut akan keputusan kebangsaan seperti penetapan bahasa nasional yg belum rampung pada kongres 1. Masih dengan semangat yg sama yaitu menyatukan seluruh organisasi kepemudaan di Indonesia.
Kongres tersebut dihadiri wakil-wakil dari perkumpulan-perkumpulan pemuda, antara lain : Pemuda Sumatra, Pemuda Indonesia, Jong Bataksche Bond, Sekar rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islameten Bond, Jong Java, Jong Ambon, dan Jong Celebes.
Dalam kongres yang diselenggarakan selama  3 hari tersebut sempat terjadi 2 kali insiden hanya karena disebut-sebutnya “Kemerdekaan Indonesia”. Polisi Belanda sempat menegur ketua rapat agar tidak menggemakan lagi “Kemerdekaan Indonesia”. Insiden itu justru semakin menyulut kebencian pemuda pada pihak Belanda.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkandalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :
Ketua  : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Pada Kongres Pemuda 2 menghasilkan tiga prasaran :
 “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia” oleh Muh. Yamin,
 “Pendidikan” oleh Nn. Purnomowulan, Darwono dan S. Mangunsarkoro, “Kepanduan” oleh Ramelan, dan Mr. Suaryo
Moh. Yamin menyimpulkan semua pembicaraan dalam konggres tersebut. Perumusan yang berupa kesimpulan itulah yang dikenal dengan  Sumpah Pemuda. Kemudian Moh. Yamin dipersilakan untuk menjelaskan rumusan itu dan disetujui secara aklamasi oleh seluruh peserta sidang. Inilah kesimpulan dari Moh. Yamin itu yang kita kenal dengan SUMPAH PEMUDA:
Pertama
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia.
Kedua
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa  yang satu,
bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa  persatuan,
bahasa Indonesia.
B.     Isi yang terkandung dalam Sumpah Pemuda
Isi sumpah pemuda yang menyatakan bahwa bersatu nusa, bersatu bangsa, bersatu bahasa yang memiliki arti sebagai berikut :
1.Satu Nusa
Nusa sama artinya dengan wilayah atau pulau. Telah diketahui bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.499 yang merupakan jumlah pulau terbesar di dunia. Meskipun wilayah Indonesia terpisah oleh bentangan lautan yang luas namun tetap merupakan kesatuan wilayah yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
2 Satu Bangsa
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku-suku, menurut data sensus BPS tahun 2010 ada sekitar 1.331 suku bangsa di Indonesia ini, tentu itu bukan jumlah yang sedikit, setiap suku tentunya mempunyai adat istiadat tersendiri dan khas. Walaupun demikian Indonesia tetaplah Indonesia walaupun tradisi suatu daerah berbeda-beda bukan menjadikan Indonesia terpecah karena perbedaan itu indah, NKRI tetap harga mati
3 Satu Bahasa
Di Indonesia di setiap suku punya bahasa tersendiri bahkan bisa dikatakan setiap daerah di Indonesia punya khas bahasa tersendiri yang berlaku dalam keseharian masyatakat, karena perbedaan bahasa daerah ini, diperlukan satu bahasa nasional untuk mempersatukan bangsa, yaitu bahasa Indonesia. Dengan adanya bahasa Indonesia, seluruh bangsa dapat saling berhubungan. Dengan demikian, akan tercipta persatuan dan kesatuanbangsa.
C.     Tujuan dan Manfaat sumpah pemuda
Para pemuda yang menyatakan berikrar untuk bersatu nusa, bersatu bangsa, bersatu bahasa, dikumandangkan pada 28 Oktober 1928 di di Gedung Oost Java Bioscoop bertujuan untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang sebelumnya masih bersifat sangat kedaerahan. Selain itu sumpah setia ini bertujuan untuk mempersatukan pemuda-pemuda di seluruh tanah air.
Para pemuda itu bersatu yang entah berasal dari entik tertentu bersedia untuk menomorduakan keinginan menjadi nomer satu sendiri demi NKRI kita. Mereka bersedia membatasi diri demi persatuan bangsa, bukti yang paling mencolok, modal paling penting bangsa Indonesia waktu itu adalah kesediaan etnik terbesar, etnik jawa, untuk menyetujui bahwa bukan bahasa mereka, melainkan bahasa Indonesia yang dijadikan pemersatu.
Hal itulah yang kini kian pudar, nilai-nilai esensial dari sumpah pemuda yang bersatu untuk kepentingan bersama kini mulai tergerus oleh kepentingan suatu elite politik untuk rencana piciknya, Devide et Empera modern mulai muncul kembali, ironisnya politik adu domba sekarang di gunakan oleh sekelompok elite politik yang tidak bertanggung jawab untuk menjatuhkan salah satu pihak tanpa mengakibatkan efek yang ditimbulkannya.
Marilah kita bercermin pada sumpah pemuda untuk menyatukan bangsa Indonesia ini dengan mengambil hikmah sebagai berikut :
1.      Semangat kekeluargaan, persatuan, dan persaudaraan antar sesama.
2.      Terwujudnya kerukunan antar masyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga tidak mudah dipecah belah (di adu domba)
3.      Menumbuhkan kesadaran  bahwa ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan terhadap disintegrasi bangsa yang merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

D.     Pengaruh sumpah pemuda bagi Indonesia
Pengaruh sumpah pemuda sangat signifikan bagi Indonesia waktu itu. Pertama timbulnya rasa persatuan dan kesatuan setelah dicetuskannya ikrar sumpah pemuda itu yang membuat bangsa Indonesia sadar arti akan keanekaragaman Indonesia itu sendiri. Kedua Pergerakan kedaerahan mulai beralih ke pergerakan yang bersifat nasional dan berskala besar. Ketiga semangat nasionalisme yang menggelora untuk meruntuhkan kolonialisme Belanda dan mulai merencanakan untuk merdeka. Keempat tembok kedaerahan yang dahulunya menjadi penghalang kini sudah berhasil ditumbangkan oleh rasa persatuan dan kesatuan yang mengakar pada hati sanubari rakyat Indonesia. Kelima Organisasi-organisasi politik yang lahir setelah Sumpah Pemuda, semuanya memakai kata “Indonesia” dalam namanya, seperti Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931, Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) tahun 1931, Partai Indonesia Raya (Parindra) tahun 1935 dan lain-lain. Bahwa partai Sarekat Islam, pada tahun 1929 berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Dengan demikian partai ini lebih menujukkan corak kebangsaannya.
E.      Korelasi makna sumpah pemuda
Akhir-akhir ini Ketika beraneka-ragam kecenderungan permusuhan atau perpecahan mulai nampak membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita, ormas-ormas radikal bermunculan ironisnya mereka mengatasnamakan agama sebagai alat pemecah persatuan Indonesia, seperti yang dipertontonkan oleh organisasi/gerakan semacam Front Pembela Islam, Ahluk ussunah Waljemaah, Majelis Mujahidin Indonesia, KISDI dan lain-lain sebagainya. Agama hanya digunakan sebagai daya tarik untuk kepentingan politik seketika, malah kadangkala agama dijadikan alat untuk menjatuhkan lawan politik oleh sekelompok politisi, Bung Karno merupakan sosok pemimpin politik yang sangat religius dalam arti yang sebenarnya. Tapi, dia tidak pernah menggunakan simbol-simbol agama
“Islam, yes; Partai islam, no!” Ungkapan Cak Nur yang sangat kontroversial itu merupakan penegasan beliau mengenai pentingnya esensialitas keberagamaan  sebagai sarana menuju yang kholiq. Cak Nur  yang notabene seorang intelektual dan cendekiawan muslim berkali-kali melakukan pembelaan ketika islam hanya dijadikan sebagai sarana atau instrumen politik, di mana di dalamnya sarat akan kepentingan kelempok. Apalagi, ada kecenderungan di antara parpol-parpol berlabel islam seakan-akan memonopoli kebenaran, sehingga tidak heran kalau kemudian terjadi konflik horiontal yang mengatasnamakan kebenaran. Padahal konflik itu terjadi tidak lain hanyalah karena menyangkut kepentingan yang sifatnya politis, bukan ideologis apalagi teologis.
Itulah konsekuensi politik yang dengan terpaksa harus kita terima sebagai akibat dari dinamika yang tidak sehat. Nilai-nilai esensial agama tidak dimaknai sebagai pendorong kesalihan sosial, demekian juga politik tidak dimaknai sebagai sarana dimana kepentingan yang berbeda-beda itu sejatinya bermuara pada satu tujuan: keadilan sosial (social justice)
Setali tiga uang, etnis pun demikian, kaum mayoritas bersifat semena-mena terhadap kaum minoritas, begitupula kaum minoritas yang tidak menghargai mayoritas. Seolah-olah mereka lupa perjuangan para pemuda 28 oktober Saat mengkesampingkan persoalan etnis, suku, dan agama. Mereka lupa bahwa bangsa Indonesia terbentuk atas intergrasi kaum-kaum minoritas dan kaum mayoritas.
Indonesia iku beda tapi tan kena mbedak-mbedakke, falsafah jawa yang artinya Indonesia itu terbentuk atas perbedaan, tapi perbedaan itu tidak boleh membuat kita untuk saling membedakan. Mbedak-mbedakke dalam konteks perlakuan, orang jawa sering menyebutnya dengan ungkapan emban cindhe, emban siladan. Makna dari ungkapan tersebut adalah salah satu pihak digendong menggunakan selendang mewah (Cindhe), adapun pihak lain digendong dengan benda yang membuat badan gatal (siladan). Salah satu pihak dilakukan secara istimewa sedangkan pihak lain disia-siakan.
Sebagai bangsa Indonesia kita wajib memahami adanya perbedaan di setiap daerah Indonesia, namun perbedaan itu bukanlah sesuatu yang aneh dan tidak lazim, melainkan sangat wajar. Dengan menganggap perbedaan itu wajar, perbedaan antara suku, agama, dan ras di Indonesia dapat diterima tanpa menimbulkan gejolak atau permusuhan
Perbedaan antarwarga dalam berbagai segi pada hakikatnya bukan melemahkan, melainkan menguatkan sebab, berbagai kelebihan yang dimiliki individu atau sekelompok orang bisa berguna bagi pihak lain. Hal tersebut dapat diibaratkan mur dan baut dalam dunia perbengkelan. Perbedaan mur dengan baut bukan saling menghancurkan, melainkan menguatkan satu sama lain.
Itulah sebenarnya Indonesia yang dituangkan dalam ikrar sumpah pemuda. Jika satu sama lain mampu menghargai perbedaan yang ada maka akan tercipta masyarakat yang kuat. Kekuatan itu meliputi segi ekonomi, spiritual, dan sosial kemasyarakatan. Perbedaan apa pun pada warga masyarakat di Indonesia justru menjadi modal untuk saling membantu. Saling membantu atas dasar sikap saling menghargai membuat hubungan sosial antar warga Indonesia semakin kuat.
Dalam konteks bahasapun demikian bangsa Indonesia akhir-akhir ini sudah terbawa arus kemajuan dalam bidang kebahasaan. Bisa dikatakan bahwa bangsa Indonesia sudah mulai kebablasan dalam soal bahasa sehingga mulai meninggalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa leluhur. Fenomena sekarang menunjukan bahwa seseorang lebih condong ingin belajar bahasa asing daripada bahasa pribuminya sendiri, bahkan ironisnya ada seorang anak sejak lahir sudah dijejali dengan bahasa asing sampai-sampai tidak bisa bahasa Indonesia. Tidak elok kiranya bila kita berbicara kepada sesama teman menggunakan bahasa asing.
Meskipun terkesan modern, maju, canggih, atau bahkan intelek, perilaku itu tentu kurang elok. Bercakap-cakap dengan bahasa asing dalam keseharian dalam falsafah jawa diistilahkan dengan bener ning kurang pener, (benar, tetapi kurang tepat), jikalau ingin memperdalam bahasa asing, dapat dilakukan di tempat khusus, misalnya di bimbingan belajar, bukan di tempat umum. marilah kita bangsa Indonesia menengok sejarah sumpah pemuda dimana para pemuda menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
F.      Kesinambungan pemuda dulu dan sekarang
“Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia”, pekik Bung Karno suatu ketika. Saat Indonesia masih dalam belenggu kolonialisme, keberadaan pemuda seperti menjadi sebuah ancaman yang pelan-pelan akan mengusir penjajah. Lahirnya sumpah pemuda misalnya, merupakan sebuah jawaban bagaimana mereka memaknai kesadaran berbangsa dan bernegara untuk bersatu padu memperjuangkan kemerdekaan.
Pasca Indonesia merdeka peran pemuda juga masih terlihat signifikan, di tangan mereka rezim otoriter orde baru yang berkuasa selama 32 tahun, akhirnya runtuh juga. Gerakan pemuda pada tahun itu benar-benar memiliki taring yang sangat ditakuti. Semangat mereka dalam menegakan keadilan terus berkobar, sehingga muncul istilah agent of change dan agent of social control sebagai simbol bahwa di pundak merekalah masa depan negeri ini dipikul
Keberadaaan kaum muda yang tergabung dalam organisasi-organisasi begitu penting perannya dalam mengawal setiap perjuangan. Sejarah telah mencatat bagaimana mereka berada di garda depan dalam mewujudkan bangsa yang bebas dari cengkraman otoritarianisme. Lewat semangat perjuangan yang ditunjukan oleh pemuda, bangsa ini memiliki harapan untuk bangkit menjadi bangsa yang lebih maju, beradab, dan disegani.
Sayangnya, kita sekarang sudah hidup di tengah situasi yang berbeda. Andai Bung Karno masih hidup mungkin beliau akan menarik lagi statemennya, mungkin Bung Karno juga akan menafsirkan kembali ihwal “sepuluh pemuda”yang pernah diucapkannya itu
Gerakan pemuda saat ini dengan corak dan model perjuangan yang berbeda-beda, yang tentu saja lebih modern dan lebih maju di bandingkan budi oetomo atau Indische Vereeniging M.Hatta. Gerakan pemuda sekarang telah mengalami disorientasi perjuangan yang memilukan. Gerakan pemuda saat ini bukanlah gerakan yang berpijak pada semangat kebangsaan, yang mengusung idealisme perjuangan dan visi yang bisa di pertanggungjawabkan.
Gelombang gerakan pemuda yang kian semarak yang lahir dari “rahim” ormas-ormas besar, seperti NU dan Muhamadiyah, misalnya, yang sampai saat ini masih eksis di perkuliahan atau organisasi-organisasi kepemudaan yang dibentuk oleh partai-partai politik, tidaklah mencerminkan visi dan cita-cita yang tulus.
Situasi Inilah yang perlahan membuat masyarakan enggan lagi percaya pada setiap gerakan pemuda dengan latar belakang ideologi apapun. Hal itu disebabkan karena gerakan pemuda sekarang sudah terjebak dalam praktek politik praktis. Visi yang diperjuangkan hanya senilai uang semata yang bisa ditebus oleh para elite politik.
Itulah cermin keretakan gerakan pemuda yang kini sudah tidak memiliki taring lagi, inilah fakta yang ironis perihal gerakan pemuda yang sudah mengalami disorientasi. Di tengah spirit perjuangan yang mengalami disorientasi itu cobalah kita sebagai pemuda merefleksikan diri guna mengingat dan memaknai kembali hakikat perjuangan itu sendiri, serta memaknai kembali peran penting pemuda sebagai tulang punggung bangsa.
Memaknai hakikat perjuangan berarti memaknai cita-cita luhur bangsa ini. Nilai penting dari sebuah perjuangan adalah terletak dari kesadaran berbangsa dan bernegara yang kemudian menjelma menjadi benih-benih nasionalisme. Kesadaran itulah yang pada gilirannya mengantar seseorang dengan penuh semangat dan ketulusan untuk bersatu dalam tanah air, bangsa, dan bahasa sebagaimana yang tercantum dalam isi sumpah pemuda.
Sedangkan memaknai kembali peran pemuda berarti dengan sepenuh hati memahami tanggung jawab sebagai agent of change, sebab gerakan kaum muda atau terpelajar merupakan harapan bangsa yang dipikul di pundak mereka
Prinsip dasar yang harus dimiliki generasi pemuda adalah semangat kebangsaan, dengan begitu peran pemuda amatlah vital bagi kemajuan suatu bangsa. Dengan demikian, sangat penting bagi kita untuk menggelorakan kembali hakikat pemuda yang hakiki dan yang di harapkan Founding fathers bangsa ini, agar gerakan yang kita bangun apapun itu, benar-benar memiliki sumbangsih yang nyata bagi bangsa Indonesia ini.
BAB III
Penutup
Integrasi bangsa yang kokoh harus kita pertahankan. Hanya dengan begitu bangsa Indonesia bisa diselamatkan dari berbagai kepentingan asing yang menindas. Ketika semangat integrasi bangsa yang sudah sedemikian berkobar dan terinternalisasikan dalam jiwa masing-masing individu, maka tidak mustahil bangsa Indonesia akan bersatu padu di bawah kibaran merah putih, satu Negara satu bangsa.
“Kita Ingin mendirikan satu negara semua buat semua, bukan satu negara untuk satu orang, bukan pula satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi, kita mendirikan negara semua buat semua”, kata Bung Karno
Saran
Sebaiknya generasi penerus lebih bisa menyaring segala bentuk provokasi yang bisa merusak bangsa ini. Salah satu caranya yaitu apabila pemuda dan masyarakat luas merasa kurang dengan kinerja para pemimpin bangsa ini maka ikutilah cara-cara yang dulu pernah dilakukan oleh para pemuda sejarah yang sudah tercetak ampuh. Dengan mengadakan kongres penolakan dan menunjukan kegiatan yang positif dari kongres tersebut. Atau dengan cara negosiasi secara mufakat agar bangsa ini tidak dikenal sebagai bangsa yang agresif.

BAB IV
Daftar Pustaka

Rizqiani , Annisa Arif. “Pemuda yang Memaknai Sumpahnya, Pasti Cinta Budayanya”. 12 November 2015.     http://adriannisa.blogspot.co.id/2015/10/selamat-hari-sumpah-pemuda.html

Sadewa, Anton Giri. KESADARAN SEJARAH MASA KINI MENGENAI SUMPAH PEMUDA”. Maret 13, 2011. https://giri1070.wordpress.com/2011/03/13/kesadaran-sejarah-masa-kini-mengenai-sumpah-pemuda/
Rahmat, Sumpah Pemuda : Antara Idealisme dan Realisme Pendidikan Politik, Jurnal Kependidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 1, No. 1, Februari-Juli 2003, diakses dari : http://digilib.uin-suka.ac.id/8581/1/RAHMAT%20SUMPAH%20PEMUDA%20ANTARA%20IDEALISME%20DAN%20REALISME%20PENDIDIKAN%20POLITIK.pdf, diakses pada 5 Maret 2015
Widodo, Sutejo K., Memaknai Sumpah Pemuda di Era Reformasi, Jurnal Sejarah – Universitas Diponegoro, diakses dari : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/4604/4185, diakses pada 29 Juni 2015
Miftahuddin, Nasionalisme Indonesia : Nasionalisme Pancasila, diakses dari : http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Miftahuddin,%20M.Hum./Artikel%20Nasionalism%20Pancasila.pdf, hal 8-9, diakses pada 29 Juni 2015

 

Setyowanto, Hari. 2016. “Sumpah Pemuda Sumpah Sakti Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa”. Gemari 45/v/2004

Thohari, Hajriyanto Y. “(Bukan) Bangsa Sontoloyo”. Suara Muhammadiyah. Edisi no. 19 tahun ke-101

Bayuadhy, Gesta. 2015. Eling lan waspada. Yogyakarta: Saufa.

Setiadi, Andi. 2014. Bung Karno Marah!. Yogyakarta: PALAPA.

Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar sejarah Indonesia baru: sejarah pergerakan nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme. Jakarta: Gramedia pustaka utama.

Marwati, Djanoed Poesponegoro. 2010. Sejarah Nasional Indonesia IV cetakan keempat –edisi pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DON'T RUSUH!