Sabtu, 26 November 2016

Cerpen Amatir



Perjuangan “Melihat Allah”




Oleh : Rifai anas amirul huda

Apa agamamu?, Jika kalian islam maka tentu kalian mempercayai bahwa allah adalah tuhan kita, Tuhan YME tidak beranak dan tidak diperanakan pula. Allah adalah pencipta alam semesta yang kita tinggali ini tempat seluruh makhluk hidup mengadu nasib mulai dari binatang, Tumbuhan, Serta manusia. Tidak ada yang mampu menandingi kehendakNya, Allah adalah penulis skenario terbaik hidup ini

Ini sebuah cerita anak Blora kota bernama Sastro, Sastro ialah anak yang  melihat allah di setiap jalan hidupnya saat ini entah apa yang di rasakannya tapi selalu ada saja hikmah di balik jalan hidupnya saat ini, Mungkin karena disetiap langkah Sastro, Sastro melihat allah dan allah melihatnya. Perjuangan Sastro  mungkin tidak seberat para perajut asa atau kisah para super hero. Ini berawal sejak Ia  kecil, Sastro lahir tahun 1999 atau peralihan masa transisi pemerintahan Indonesia dimana pada saat ini terjadi banyak kerusuhan. Begitu pula keadaan keluarga Sastro yang saat itu gelempangan karena krisis ekonomi yang makin membesar, Perusahaan tempat ayah sastro bekerja gulung  tikar memaksa kehidupan keluarganya mengalami penurunan, Hal itu diperparah dengan harga pangan yang tak kunjung stabil.

 Keadaan keadaan seperti itu membuat kehidupan masa kecil Sastro begitu sederhana, Tidak ada yang istimewa dari masa kecilnya, Mainan saja seadanya hanya ada mainan warisan saudaranya yang sudah tak terpakai.Karena pada saat itu keluarganya  tak mampu membelikan Sastro mainan, Suatu hari Sastro sangat iri kepada teman-temannya tatkala ingin menaiki mobil-mobilan di alun-alun yang waktu itu harganya dipatok Rp ; 3000,00 harga yang terbilang murah namun tidak untuk Financial keluarga Sastro waktu itu. Sastro hanya dijatah 2 minggu sekali bahkan 1 bulan sekali lain halnya dengan Bocah-bocah seumurannya yang kapanpun bisa memuaskan hasratnya.

Soal sesuap nasi pun tak jauh berbeda hari-hari Bocah kecil itu hanya makan tempe dan tahu untuk ikan dan daging sangat jarang  dijumpainya  karena memang saat itui tak mampu membelinya.. bocah kecil itu terkenal sangat nakal hampir semua orang mengatakan demikian, Karena ulah usilnya kepada semua orang yang tak habis-habis sampai-sampai orang tuanya sendiripun kewalahan untuk mengendalikannya. Sastro sering membantah bahkan sastro sering memukuli pembantunya sendiri dan memusuhinya tanpa sebab.

 Sempat suatu hari Sasto di marahi oleh orang tuanya sendiri dikarenakan memusuhi pembantunya sendiri yang mengakibatkan pembantunya tersebut menangis akhirnya Sastro dihukum dikunci di kamar mandi hampir sehari penuh. Sastro kecil kurang mendapatkan kasih sayang bapaknya dan bisa dibilang bapaknya adalah pemarah mungkin karena keadaan tekanan ekonomi keluarganya, Sastro sering di hajar bapaknya karena ulah nakalnya mulai dari di pukul pakai “kebyok”,sapu dan semacamnya.

Ketika Sastro berada di taman kanak-kanak sifat nakal Sastro itu masih melekat dalam dirinya, Sastro sering berkelahi dngan temannya karena memang Sastro sulit menngendalikan emosinya, Di sinilah letak petualangan Sastro dimulai ketika Ia menemukan teman-teman yang membuatnya berubah drastis. Sastro bertemu dengan Soerno,bocah seusianya yang waktu itu hidupnya sangat miskin untuk makan sehari-hari saja soerno tidak mampu betapa malangnya penggambaran soerno. Soerno akrab dengan Sastro sejak pertama kali berjumpa di taman kanak-kanak, Sejak saat itu Sastro menjinak sudah tidak senakal dulu

Sastro yang duduk di bangku TK dikenak sebagai sosok yang biasa-biasa saja, Tidak sepintar teman-temanya, Setiap ulangan   Sastro maupun Soerno tidak pernah mendapatkan nilai sempurna namun juga tidak pernah mendapatkan nilai rendah.Namun Soerno terlihat agak lebih rajin daripada Soerno Persahabatan keduanya itu berlanjut sampai mereka duduk di bangku Sekolah Dasar

Waktu itu sempat terjadi suatu perselisihan di antara keluarga Sastro karena masalah pilihan Sekolah Dasar untuk Sastro. Bapaknya ingi Ia sekolah di muhammadiyah, sedangkan ibunya Sastro sekolah di sekolah terbaik saat itu. Namun semuanya itu tidak ada yang terwujud dan pada akhirnya Sastro diputuskan untuk sekolah di sekolah biasa

Orang tua Sastro bukanlah orang yang ambisius yang harus menuntut anaknya terdepan dalam urusan prestasi. Orang tua sastro lebih menekankan pada perilaku yang unggul dan baik. Orang tua Sastro berpendapat bahwa prestasi itu adalah hadiah bagi orang mau berbuat baik. Hal itulah yang akan dijadikan filosofi hidup sastro  saat itu.
Waktu pun berjalan dan sampailah pada saat Ia merintis pendidikannya
Pada saat itu Sastro terkagt kaget karena berjumpa dengan Soerno
Loh, kita bertemu lagi, Kata Sastro!

Soerno pun terkejut melihat mereka satu sekolahan dan satu kelas lagi bersama Sastro.
Bangku Sekolah Dasar merupakan hal terburuk yang pernah di alami Sastro, Ujian demi ujian Dia alami bukan ujian tertulis dalam kertas namun ujian ini dalam konteks yang lebih kompleks. Sastro seringkali di hina oleh teman-temannya, Hinaan teman-teman Sastro selalu terbesit dalam telinganya setiap saat Ia menjejakan kaki. Walaupun demikian sastro tetap tabah dan menjalani dengan apa adanya. Soerno adalah salah satu temanya yang selalu mampu mnghibur kgundahan sastro dengan kata kata bak Pujangga Soerno yang selalu Ia lantunkan untuk memotivasi Sastro

Sastro beranjak dewasa Ia kini duduk di kelas 4, dan disinilah kehidupan keluarga Sastro membaik rintisan usaha ibunya terus meroket, Serta ayahnya yang sudah bekerja di sebuah perusahaan yang besar dan dengan gaji yang relatif tinggi. Membaiknya ekonomi keluarga Sastro membuat sastro kini kian percaya diri dalam seluruh kegiatanya. Ia tidak perlu meratapi hinaan saudaranya yang memamerkan hartanya.
Menaiknya ekonomi keluarga Sastro tak lantas membuat Ia menjadi sombong, Ia malah kian rendah hati dengan apa yang ia miliki bahkan Ia ingat temannya yang masih kesusahan yaitu Soerno.Persahabatan Sastro dan Soerno sudah seperti keluarga sendiri setiap hari Soerno kerumah Sastro untuk meminta sesuap nasi dan Sastro pun memberinya dengan suka hati tanpa adanya pamrih, Hal itu berjalan setiap hari setelah sepulang sekolah tatkala dirumah Soerno tak ada nasi untuk dimakan.

Pertemanan antara Sasto dan Soerno tak lantas selalu baik, Konflik antara keduanya pun kerap kali terjadi namun tak akan bisa memutuskan tali persahabatan antara kedua bocah ini
Suatu hari pernah Sastro terkena konflik dengan bapak Soerno, Entah apa penyebabnya pagi-pagi bapak soerno mendatangi rumah Sastro
Mana Sastro, Teriak Pak Sukaji (bapak Soerno)
Sastro keluar ke halaman rumahnya dan menemui Pak Sukaji
Iya  Pak, Ada apaya? Balas Sastro
Bapakmu kuilo dek wingi nyeneni anakku neng telpon maksute opo!!, Kata Pak sukaji dengan nada marah

Sastro pun Terbengong melihat Pak Sukaji, Dan datanglah Pak Sarjan (bapaknya sastro)
Ada apaya Pak kok kesini mari masuk, kata Pak Sarjan
Ora usah, Karepmu opo nyeneni anakku !? Pak Sukaji
Dengan nada heran Pak Sarjan tidak bisa menjawab karena Dia merasa tidak melakukan hal apa-apa pada Soerno bahkan  Dia tidak punya nomer HP nya Soerno
Setelah terjaadi perdebatan yang sengit serta umpatan Pak Sukaji dengan nada tidak terima, Akhirnya redam setelah Penjelasan Soerno pada Pak Sukaji bahwa telpon yang di terima kemarin itu bukan dari Pak Sarjan dan bahkan Pak Sarjan tidak punya nomerku kata Soerno pada Bapaknya.

Pada akhirnya Pak Sukaji merasa malu pada dirinya sendiri dan meminta maaf pada Pak sarjan serta Sastro karena merasa salah akan perbuatanya yang telah menuduh keduanya tanpa diusut dulu
Maafkan saya ya Pak, Tro, Kata Pak Sukaji

Kebaikan Sastro kepada Soerno tak lantas direspon baik oleh teman-temannya malah terkesan teman-teman iri kepada Soerno dan menghasut Sastro untuk menjelek-jelekan Soerno namun hal itu tidak mempan sama sekali kepadanya.

Waktu berjalan dengan cepat dan Sastro bertemu dengan teman-teman barunya Alvian,Haqi,Novian,Khoirul adalah sahabat perjuangan yang akan menemani kisah petualangan Sastro tatkalah memasuki masa SMP. Seiring waktu Sastro berubah menjadi anak yang pintar dan dia dijadikan nominasi sekolah untuk didaftarkan ke SMP unggulan oleh SD nya. Ada dua SMP favorit di kotanya Sastro, Sastro mendaftar di SMP pertama sedangkan Soerno di SMP yang kedua

Secara akal sehat Sastro Bisa masuk SMP tersebut dengan mulus namun di luar dugaan Saat pendaftaran Ia malah tidak ikut salah satu tes karena menolong temannya yang saat itu juga mendaftar bersamanya, Temannya itu adalah Alvian. Alvian mengajak Sastro pulang dan tak usah daftar di SMP tersebut karena alasan biaya dsb, Entah apa yang dipikirkan Sastro waktu itu, Sebenarnya Ia sudah menyelesaikan semua tesnya dan tinggal satu tes lagi, Namun malah Ia tinggalkan dan menuruti perkataan Alvian tersebut

Tindakan Sastro tersebut mengandung kontroversi di kalangan keluarganya karena pada selang beberapa hari setelah itu pengumuman hasil Ujian Nasional diumumkan, Dan apa yang terjadi?! Sastro nilainya tidak memuaskan dan membuat kedua orang tuanya marah kepada bocah tersebut. Lain Sastro lain pula Soerno, Walaupun Soerno nilai UN nya juga relatif sama dengan Sastro namun Soerno agak beruntung karena dia lolos dalam tes dan tidak perlu lagi susah payah mencari sekolah.

Hidup ini penuh realita, Kata Sastro di dalam hatinya yang melihat Soerno anak orang tidak punya namun allah memberikan jalan kemudahan atas segala rintangannya.Kali ini lembaran kisah baru akan ku ukir, Ukiran itu tergantung diriku akan ku ukir dengan tinta emas ataukah tinta kelam yang tak bisa diubah lagi, Renung Sastro di dalam hati

Setelah Sastro gagal di sekolah favorit.Rencananya orang tua Sasro akan menyekolahkannya di pondok pesantren, Namun lagi-lagi rencana itu tidak ter realisasikan karena alasan tempat tinggal dan biaya perbulannya.Hal tersebut lantas membuat Sastro melanjutkan pencariannya untuk mendapatkan sekolah baru dengan mendaftar ke berbagai sekolah negeri di kotanya.

Sastro mendaftar di salah satu sekolah di kotanya yang sedang naik daun namun tidak favorit, Pendaftaranya tidak semudah apa yang dibayangkanya.Semua menjadi sulit dikala nilai Sastro pas-pasan. Akhirnya Sastro tidak lolos dalam pendaftaran tersebut karena standar nilainya yang tidak memadahi. Orang tua sastro menyarankanya untuk bersekolah di salah satu sekolah yang terbilang baru namun negeri, Sayangnya saran orang tuanya tidak sependapat olehnya karena citra sekolah tersebut terbilang sudah rusak di kalangan masyarakat, Namun Sastro tidak punya pilihan lagi jikalau dia tidak masuk sekolah tersebut otomatis pilihannya sekolah swasta, Sedangkan sekolah swasta Biayanya terbilang mahal dan belum berkembang di masyarakat desa.

Dengan berat hati Sastro menyetujuinya untuk bersekolah di sekolah tersebut. Hari-hari terasa berat bagi Sastro untuk menjalani sekolahnya, Banyak hal-hal diluar dugaan Sastro, Cemoohan kerap kali datang dari orang disekitar Sastro karena Ia sekolah di sekolah tersebut. Hal begitu tidak membuat patah semangat Sastro Ia kini makin semangat untuk belajar dan memperbaiki nasib dan tentunya membeli bualan kosong orang-orang yang mengejeknya

Perjalanan untuk memperbaiki nasib tak lantas mudah begitu saja, Sastro sulit menyesuaikan diri dengan teman-temannya yang mayoritas mereka adalah anak yang tidak mendapat perhatian orang tua (liar) namun Sastro punya teman-teman semasa kecilnya yang sekolah bersamanya, yang selalu mendukungnya dan memotivasinya. Mereka adalah Alvian,Haqi,Khoirul,Widodo.

Walaupun begitu saat Sasro menemukan teman-temannya yang baru saat Ia Naik kelas mereka adalah Asyarofi,Sukaji,Sarimin,Parjo,Sarkan mereka adalah orang pilihan, mereka semua orang-orang yang akan berjuang bersama-sama untuk lepas dari labeling sekolah mereka yang telah rusak di cap nakal oleh masyarakat.

Bersama mereka semua Sastro mendapatkan motivasi baru untuk melangkah lebih maju. Saat yang telah ditunggu-tunggu oleh Sastro untuk membayar omongan orang-orang tentang dirinya pun telah tiba. Ya Ujian Nasional tingkat SMP, Sastro tidak ingin mengulangi kisah pahit masa lalunya,Sastro ingin membuka lembaran baru, lembaran yang digores oleh tinta emas bukan tinta kelam.Bersama teman-temannya Sastro berusaha giat untuk belajar dan tentunya mendapatkan hasil yang terbaik. Tidak terkecuali Soerno teman yang selalu bersamanya selalu memberikan solusi terhadap segala persoalan Sastro.

Sastro berusaha dengan semaksimal mungkin tidak hanya usaha segi fisik namun juga rohani dengan berdoa dan memohon petunjuk kepada Nya agar dikasih jalan terbaik. Sastro sendiri masih terbayang-bayang kisah kelam masa lalunya yang pernah gagal, Melihat hasil-hasil Try out sebelum ujian Sastro agak cemas karena nilainya jauh yang diharapkan dan jauh dari teman-temannya, Namun walau begitu Sastro tetap optimis Dia berserah diri kepada Allah dia tidak tahu mau melakukan apalagi karena Ia rasa usahanya sudah maksimal dan mencapai titik jenuh.

Dengan modal doa dari orang tua, guru serta seluruh teman-temannya Sastro menyongsong ujian, Ia menjawab soal dengan hati hati dan selalu berdoa kepada allah agar diberikan kemudahan disetiap menjawabnya.Setelah selesai ujian Sastro sering mencocokan jawabannya dengan temannya namun apa yang disangkan jawaban Sastro berbeda dengan teman-temannya hal ini lantas membuat Sastro merenungi nasibnya. Hal tersebut berjalan terus sampai ujian berakhir.

Sastro harap-harap cemas akan hasilnya terlintas di benak Sastro tentang kegagalan dan Ia tidak bisa membuat orang-orang kagum padanya. Ia selalu berdoa agar Ia diberikan keberhasilan oleh Nya, Pada akhirnya Sastro pun menyerah dan pasrah, Ia tidak memikirkan lagi soal keberhasilan tersebut dan bingar-bingar untuk membuat orang takjub padanya karena Sastro sadar memang Ia tidak sehebat teman-temannya yang lain. Ia pun sudah meminta maaf kepada orang tuanya kalau dia mungkin akan mengecewakan untuk keduakalinya.

Hari pengumuman pun tiba, Hasil Ujian diterimakan untuk orang tua siswa, Jantung Sastro berdegup kencang Ia takut persasaan takut menghantuinya, Takut akan segala harapanya kandas oleh sebuah tinta yang tertulis di selembar kertas. Hal itu di perparah karena orang tua Sastro tidak kunjung pulang padahal semua orang tua temannya sastro sudah pulang.

Dan apa yang terjadi???, Orang tua Sastro telah sampai di rumah dan memberi secarik kertas dan secarik kertas itu isinya menyatakan bahwa Sastro LULUS dengan Nilai rata-rata 8. Betapa Bahagianya Sastro akan hasil itu, Ia bersyukur terhadap tuhan yang telah melimpahkan rahmat kepadanya
Semua ini tak lepas dari doa guru-dan teman-temanku dan juga orang tuaku, Kata Sastro
Harapan Sastro terwujud Ia bisa membayar cemoohan masyarakat kepadanya bahwa dia berhasil keluar dari belenggu pergaulan yang tidak sehat waktu SMP. Ia dengan bangganya melawan opini-opini masyarakat bahwa tak selamanya sekolah yang buruk itu tidak bisa memproduksi generasi emas, Dan Sekolah baik pun belum tentu menciptakan butir-butir emas bisa kebalikannya, Toh kenyataanya hasil ujian kali ini sangat mencerminkan hal tersebut.

Di sisi lain Soerno yang sekolah di sekolah elite berhasil lulus dengan nilai yang relatif baik, Ia tidak ingin melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas karena alasan biaya, oleh karena itu orang tua Soerno mendaftarkan dirinya di sekolah kejuruan yang harapanya ketika sudah lulus nanti Soerno akan bisa langsung bekerja dan menghidupi adik-adiknya yang sejak SMP ditinggalkan oleh ibunya entah kemana.

Kini dengan bangganya Sastro mendaftar di sekolah menengah atas di luar kota yang termasuk sekolah elite,Suasana Baru menyelimuti hari-hari baru Sastro,Teman-teman yang jauh lebih beradab dari temannya yang dulu. Kini perjalanan Sastro hampir lengkap Ia punya berbagai teman dari berbagai kalangan pula yang menjadikannya bocah yang kuat,bijak,dan easy going. Ia tidak kaget lagi orang yang biadab dan tidak canggung pula ketika menghadapi orang beradab

Bingar-bingar kelam Sastro telah dilupakan termakan waktu.Kini Sastro maupun Soerno telah sampai di penghujung masa putih abu-abu. Sastro harus memikir dan berjuang kemana karir yang akan ditempuhnya kelak sedangkan Soerno ditantang oleh dunia kerja yang semakin maju.
Antara Sastro maupun Soerno pernah merenung bersama
Entah apalagi kejutan-kejutan allah yang akan diberikan kepadaku ya No!, Kata Sastro
Aku pun tak tahu, Yang jelas Allah itu tidak bisa ditebak bro,Allah itu juga tidak bisa didekte yang kita inginkan itu belum tentu dikabulkan oleh allah, Kata Soerno

Terus kalau keinginan kita tidak selalu dikabulkan terus kita berdoa buat apa?, Sastro menjawab
Berdoa itu hanya Sarana agar manusia sadar sebenarnya kita tidak bisa apa-apa bila tanpa bantuan Nya, Soal keinginan kita dikabulkan atau tidak itu bukan tujuan kita karena allah punya skenario yang lebih indah untuk kita kawan, Kita dituntut untuk berjuang,berjuang dan terus berjuang hingga kita benar-benar lelah untuk berjuang dan berserah diri pada allah Kata Soerno
Berjuang melihat Allah ya kawan?, Kata Sastro

Ya, perjuangan melihat allah, Kita harus melihat allah di setiap langkah kita karena allah selalu melihat kita dan memberikan jalan agar kita tidak tersesat (soerno)
Kata-kata yang indah teman, Semoga kelak kita bisa berjalan, berjalan di jalan yang lurus jalan yang di kehendakinNya Kata Sastro kepada Soerno diiringi gelak tawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DON'T RUSUH!