Sabtu, 26 November 2016

Eksistensi Gerakan Pemuda pada masa pergerakan Nasional



Tugas Sejarah Indonesia
Karya Ilmiah


“EKSISTENSI ORGANISASI PEMUDA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL “




Disusun Oleh :

Nama              : GALANG NARARIYYA KIRANA
Kelas              : XI IPS 4
No. Absen       : 12




           

SMA NEGERI 1 BLORA



Kata Pengantar

            Pemuda adalah masa depan bangsa, ditangan mereka masa depan dapat ditentukan. Didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam akselerasi kemajuan suatu negara. Baik buruknya suatu negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda adalah penenrus dan dan pewaris bangsa dan negara.Pemuda harus memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, serta berjiwa saing yang tinggi.
            Seperti selama zaman pergerakan nasional, para pemuda merupakan unsur paling nyata dan paling dinamis. Mereka menggunakan segala potensinya untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajah. Berbagai cara dilakukan, seperti halnya dengan membuat organisasi-organisasi kepemudaan. Para pemuda di berbagai pelosok daerah Indonesia bangkit mendirikan organisasi-organisasi kepemudaan sekalipun sifatnya masih kedaerahan.
            Meningkatnya nasionalisme yang mendorong keinginan untuk bersatu dalam perjuangan, mendorong organisasi-organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan itu untuk bersatu dalam satu wadah.








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya  organisasi-organisasi pergerakan nasional. Pemuda Indonesia dngan gerakan  kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cit-cita bangsa. Di tangan kaum mudalah harapan bangsa dapat terwujud. Bila berkaca pada sejarah, gerakan pemuda Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang disbut Boedi Oetomo pada tahun 1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai kesepakatan untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi bangsa yang satu.
Banyak pemuda-pemuda daerah yang juga membentuk organisasi-organisasi pemuda seperti Jong Sumatranen Bond, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Timorees Verbon dan lain-lain. Pada dasarnya organisasi tersebut masih bersifat kedaerahan tetapi semuanya mempunyai cita-cita kearah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.

1.2  Rumusan Masalah
Pembahasan materi ini meliputi:
a.                   Bagaimana latar belakang tumbuhnya organisasi kepemudaan?
b.                  Organisasi apa saja yang terbentuk pada masa itu?
c.                   Bagaimanakah sifat organisasi-organisasi kepemudaan tersebut?
d.                  Bagaimanakah perkembangan organisasi-organisasi kepemudaan tersebut?
e.                   Apakah tujuan pemuda-pemuda Indonesia membentuk organisasi-organisasi kepemudaan?
f.                    Bagaimana pengaruh adanya organisasi kepemudaan terhadap kemajuan Indonesia?
g.                   Teladan apakah yang dapat kita ambil dari organisasi-organisasi pemuda tersebut?

1.3  Tujuan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
1.                  Menggali informasi mengenai organisasi kepemudaan sebagai sumber pengetahuan penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
2.                  Mengenalkan arti, bentuk dan fungsi organisasi kepemudaan kepada pembaca.
3.                  Sebagai pengetahuan masyarakat mengenai organisasi kepemudaan pada waktu masa pergerakan nasional.
4.                  Mengetahui pengaruh organisasi-organisasi kepemudaan pada waktu pergerakan nasional terhadap kemajuan bangsa Indonesia.
5.                  Mencari sumber informasi untuk dapat mempublikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.4  Manfaat
Manfaat yang dapat kita ambil dari karya ilmiah ini adalah :
1.                  Dapat mengetahui dan memahami latar belakang lahirnya organisasi pemuda pada masa pergerakan nasional.
2.                  Adanya  teladan yang dapat kita ambil dari adanya organisasi-organisasi kepemudaan tersebut.

BAB II
   PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang terbentuknya Organisasi Pemuda pada masa Pergerakan Nasional
Sebelum tumbuhnya dengan cepat organisasi-organisasi pemuda daerah pada masa pergerakan nasional, Budi  Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 pada mulanya dapat dipandang sebagai organisasi pemuda. Hanya sesudah kongres I, peranan pemuda dalam organisasi ini menjadi lemah, bahkan kemudian hilang karena merasa kecewa atas kebijaksanaan yang diambil oleh pimpinannya.
Beberapa tahun sesudah Budi Utomo didirikan, pada tahun 1915 berdiri Tri Koro Dharmo di Jakarta. Pendirinya, yakni antara lain R. Satiman Wiryosandjoyo, Kadrman dan Sunardi menetapkan bahwa perkumpulan itu dibentuk khusus untuk anak-anak sekolah menengah yang berasa dari daerah Jawa dan Madura.Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (Sakti, Budi, Bakti) bertujuan menimbulkan pertalian antara murid-murid bumiputra pada sekolah menengah dan perguruan kejuruan; menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggota dan membangkitkan dan mempertajam peranan  suat segala bahasa dan budaya. Dengan ini hendak dicapai tujuan untuk mencapai Jawa Raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Namun pada tahun 1918 dalam kongresnya di Solo namanya diubah menjadi Jong Java. Dalam kongres tahun 1919 diputuskan untuk menunjuk seorang anggota wanita duduk dalam pengurus besar dan dalam anggota redaksi majalah organisasi. Kegiatannya berkisar pada bidang sosial-budaya, seperti pemberanyasan buta huruf, kepramukaan, seni dan lain-lain. Pada kongres bulan Mei 1922 diputuskan bahwa Jong Java tidak mencampuri urusan politik. Anggota-anggota dilarang menjalankan politik atau menjadi anggota perkumpulan politik.
Sejalan dengan munculnya Jong Java, banyak pemuda-pemuda daerah yang juga membentuk organisasi-organisasi pemuda seperti Jong Sumatranen Bond, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Timorees Verbon dan lain-lain. Pada dasarnya organisasi tersebut masih bersifat kedaerahan tetapi semuanya mempunyai cita-cita kearah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.

2.2 Organisasi-organisasi Pemuda yang terbentuk pada masa Pergerakan Nasional
1. Budi Utomo
Budi Utomo berdiri pada tahun 1908 yang pada awal mula berdirinya merupakan organisasi pelajar yang ruang lingkupnya masih kedaerahan, namun pada perkembangannya berubah menjadi organisasi perkumpulan pemuda nasional.
2.                  Trikoro Dharmo
Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa. Trikoro Dharmo didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1915 oleh R.Satiman Wiryosanjoyo, Sunardi, dan Kadarman di gedung kebangkitan nasional. Trikoro Dharmo artinya tigatujuan mulia (= sakti, budi, bhakti).Adapun tujuan Trikoro Dharmoadalah mencapai jaya raya dengan jalan memperkukuh persatuan antarpemudaJawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang dilakukan Trikoro Dharmo adalah menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali persaudaraan antar murid bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah kejuruan; membangkitkan dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya Indonesia, khususnya Jawa. Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java.Kegiatannya berkisar pada bidang sosial, budaya, pemberantasan buta huruf,kepanduan, seni, dan lainnya. Pada kongresnya (1922) diputuskan bahwa JongJava tidak bergerak dalam bidang politik dan anggotanya dilarang masuk partai politik. Namun, masuknya Agus Salim (tokoh SI) menyebabkan Jong Java mulai bergerak dalam bidang politik.
Oleh karena itu, ada yang pro dan kontra.Akhirnya, yang setuju bergerak dalam politik mendirikan Jong Islamieten Bond(JIB) (1925) dengan agama Islam sebagai dasar pergerakan dan menerbitkan majalah Al Noer. Selanjutnya, Jong Java pada kongresnya (1928) menyetujui adanya fusi organisasi pemuda yang diberi nama Indonesia Muda. Islamieten Bond. Setelah kongres pemuda I pada tahun 1926, faham persatuan dan kebangsaan Indonesia semakin meningkat di kalangan anggota Jong Java. Pada kongres VII 27-31 Desember 1926 di Surakarta, Jong Java yang diketuai Sunardi Djaksodipuro (Mr.Wongsonegoro) membuat putusan untuk merubah tujuan dan ruang gerak organisasi tersebut.
Tujuan tidak hanya membangun Jawa Raya saja, tetapi pada saatnya nanti, Jong Java juga harus bercita-cita membangun persatuan dan membangun Indonesia Merdeka. Ruang lingkup yang dirambah organisasi tersebut juga mulai memasuki dunia Politik, setelah adanya putusan bahwa anggota yang berusia lebih dari 18 tahun boleh mengikuti rapat-raapat politik, sedangkan yang di bawah 18 tahun hanya boleh mengikuti kegiatan-kegiatan dalam seni, olah raga, dan kepanduan. (Cahyo, B.U, hal 119) Pada tahun 1928, organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java, semata-mata demi tanah air. Oleh karena itu, maka terhitung sejak tanggal 27 Desember 1929, Jong Javapun bergabung dengan Indonesia Moeda.
3.                  Jong Sumatranen Bond
Berdirinya Jong Java di Batavia memberikan inspirasi bagi pemuda-pemuda Sumatra yang sedang belajar di Batavia untuk mendirikan organisasi serupa. Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik pemuda Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra. Untuk mecapai tujuan tersebut, usaha-usaha yang dilakukan antara lain adalah dengan menghilangkan adanya prasangka etnis di kalangan orang Sumatra, memperkuat perasaan saling membantu, serta bersama- sama mengangkat derajatpenduduk Sumatra dengan jalan menggunakan propaganda, kursus, ceramah-ceramah, dan sebagainya. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. JSB memiliki delapan cabang, enam di Jawa meliputi Batavia, Bogor, Bandung, Serang, Sukabumi,dan Purworejo, serta dua di Sumatra, yakni di Padang dan Bukittinggi. Beberapa tahun kemudian, para pemuda Batak keluar dari perkumpulan ini dikarenakan dominasi pemuda Minangkabau dalam kepengurusannya. Para pemuda Batak ini membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak.
Kelahiran JSB pada mulanya banyak diragukan orang. Salah satu diantaranya ialah redaktur surat kabar Tjaja Sumatra, Said Ali, yang mengatakan bahwa Sumatra belum matang bagi sebuah politik dan umum. Tanpa menghiraukan suara-suara miring itu, anak-anak Sumatra tetap mendirikan perkumpulan sendiri. Kaum tua di Minangkabau menentang pergerakan yang dimotori oleh kaum muda ini. Mereka menganggap gerakan modern JSB sebagai ancaman bagi adat Minang. Aktivis JSB, Bahder Djohan menyorot perbedaan persepsi antara dua generasi ini pada edisi perdana surat kabar Jong Sumatra. Surat kabar Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan Januari 1918. Dengan jargon Organ van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar ini terbit secara berkala dan tidak tetap, kadang bulanan, kadang triwulan, bahkan pernah terbit setahun sekali. Bahasa Belanda merupakan bahasa mayoritas yang digunakan kendati ada juga artikel yang memakai bahasa Melayu. Jong Sumatra dicetak di Weltevreden, Batavia, sekaligus pula kantor redaksi dan administrasinya. Mulanya, dewan redaksi Jong Sumatra juga merupakan pengurus (centraal hoofbestuur) JSB. Mereka itu adalah Tengkoe Mansyur (ketua), A. Munir Nasution (wakil ketua), Mohamad Anas (sekretaris I), Amir (sekretaris II), dan Marzoeki (bendahara), serta dibantu beberapa nama lain.
Keredaksian Jong Sumatra dipegang oleh Amir, sedangkan administrasi ditangani Roeslie. Mereka ini rata-rata adalah siswa atau alumni STOVIA serta sekolah pendidikan Belanda lainnya. Setelah beberapa edisi, keredaksian Jong Sumatra dipisahkan dari kepengurusan JSB mesk tetap ada garis koordinasi. Pemimpin redaksi pertama adalah Mohammad Amir dan pemimpin perusahaan dijabat Bahder Djohan. Surat kabar Jong Sumatra memainkan peranan penting sebagai media yang menjembatani segala bentuk reaksi atas konflik yang terjadi. Dalam Jong Sumatra edisi 12, th 1, Desember 1918, seseorang berinisial Lematang mempertanyakan kepentingan kaum adat. Sambutan positif juga datang dari Mohamad Anas, sekretaris JSB. Anas mengatakan dengan lantang bahwa bangsa Sumatra sudah mulai bangkit dari ketidurannya, dan sudah mulai memandang keperluan umum. Sumatra memang dikenal banyak menghasilkan jago-jago pergerakan, dan banyak di antaranya yang mengawali karier organisasinya melalui JSB, seperti Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin. Hatta adalah bendahara JSB di Padang 1916-1918.
Kemudian ia menjadi pengurus JSB Batavia pada 1919 dan mulai mengurusi Jong Sumatra sejak 1920 hingga 1921. Selama di Jong Sumatra inilah Hatta banyak menuangkan segenap alam pikirannya, salahsatunya lewat karangan berjudul “Hindiana” yang dimuat di Jong Sumatra no 5, th 3, 1920. Sedangkan Mohammad Yamin adalah salah satu putra Sumatra yang paling dibanggakan. Karya-karyanya yang berupa esai ataupun sajak sempat merajai Jong Sumatra. Ia memimpin JSB pada 1926-1928 dan dengan aktif mendorong pemikiran tentang perlunya bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan. Kepekaan Yamin meraba pentingnya bahasa identitas sudah mulai terlihat dalam tulisannya di Jong Sumatra no 4, tahun 3, 1920. Jong Sumatra berperan penting dalam memperjuangkan pemakaian bahasa nasional, dengan menjadi media yang pertama kali mempublikasikan gagasan Yamin, mengenai bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
4.                  Jong Ambon
Setelah muncul jong jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah organisasi lokal kedaerahan lain seperti jong celebes, jong ambon, jong minahasa, dan lain sebagainya.

2.3  Sifat Organisasi-organisasi kepemudaan
Sejalan dengan munculnya Jong Java, banyak pemuda-pemuda daerah yang juga membentuk organisasi-organisasi pemuda seperti Jong Sumatranen Bond, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Timorees Verbon dan lain-lain. Pada dasarnya organisasi tersebut masih bersifat kedaerahan tetapi semuanya mempunyai cita-cita kearah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.

2.4 Perkembangan Organisasi-organisasi kepemudaan
Selain pemuda-pemuda daerah yang membentuk organisasi-organisasi di daerahnya, di luar negeripemuda-pemuda Indonesia banyak menuntut ilmu, organisasi-organisasi pemuda juga muncul. Tetapi yang paling terkenal dan kemudian juga sangat berpengaruh dalam Pergerakan Nasional adalah Perhimpunan Indonesia. Melalui majalah Indonesia Merdeka gagasan-gagasan PI disebar ke Indonesia. Organisasi-organisasi ini didirikan pada tahun 1908 dengan nama Indische Vereeeniging hanya untuk kegiatan sosial, tetapi sesudah tahun 1920 terutama bergerak di bidang politik. Nasionalisme dan percaya pada diri sendiri dalam mencapai cita-cita Indonesia Merdeka merupakan dasar utama perjuangan PI. Tokoh-tokohnya yang utama adalah Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Sukiman, Sunaryo, Ali Sastroamidjoyo, Iskak, Samsi, Budhyarto Martoatmodjo, Iwa Kusumasumantri, Sutan Sjahrir, Nazir Datuk Pamontjak dan lain-lain yang ternyata kemudian memegang peranan pening dalam Perjuangan Nasional sejak 1945, dalam pemerintah Republik Indonesia, dan dalam partai-partai politik.
Meningkatnya nasionalisme yang mendorong keinginan untuk bersatu dalam perjuangan, mendorong organisasi-organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan itu untuk bersatu dalam satu wadah. Pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 diadakan Kongres Pemuda Indonesia I di Jakarta. Kongres ini dilaksanakan oleh suatu komite yang diketuai oleh Tabrani dengan anggota Bahder Djohan, Sumarto, Jan Toule, Soulehuwij, Paul Pinontuan. Komite ini adalah hasil dari pertemuan antara Jong Java,  Jong Sumatranen bond, Jong Ambon, Jong Minahasa, Sekar Rukun dan lain-lain pada tanggal 15 Nopember 1925. Tujuan kongres ialah untuk menanamkan semangat kerjasama antara perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar persatuan Indonesia dalam arti yang lebih luas. Usul untukmembentuk suatu organisasi bagi pemuda Indonesia tidak berhasil karena rasa kedaerahan masih kuat. Karena itu pada tanggal 15 Agustus 1926 beberapa organisasi pemuda mengadakan pertemuan di Jakarta untuk membicarakan suatu badan tetap bagi kepentingan pemuda Indonesia. Hasilnya adalah bahwa pada tanggal 31 Agustus 1926 disyahkan anggaran dasar suatu organisasi baru yang bernama Jong Indonesia dengan tujuan menanamkan dan mewujudkan cita-cita persatuan Indonesia.Organisasi ini  berbentuk permanen dan berdiri di luar organisasi-organisasi pemuda yang sudah ada.
Akan tetapi harapan Jong Indonesia itu tidak begitu terpenuhi. Karenanya pada permulaan tahun 1926 oleh Algemene Studieclub di Bandung dibentuk pula organisasi baru juga dengan nama Jong Indonesia. Tujuan tidak begitu banyak berbeda dengan yang lama, tidak berpolitik tetapi membolehkan anggotanya berpolitik secara perorangan.
Sementara itu para pelajar di Jakarta dan Bandung melihat adanya dua kepentingan yang bertentangan dalam penjajahan, yang disebut merekasebagai antithese kolonial yang sangat merugikan pihak Indonesia. Antithese ini akan hapus apabila penjajahan sudah lenyap. Untuk itulah para pelajar tersebut, yang berasal dan berbagai daerah, pada bulan September 1926 mendirikan organisasi Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) di Jakarta. Berdasarkan pandaƱgan tersebut, PPPI bertujuan memperjuangkan Indonesia Merdeka dan untuk itir para anggota dididik untuk menjadi pemimpin rakyat sejati. Dengan demikian para anggota harus rajin belajar. Cita-cita itu hanya akan tercapai apabila sifat kedaerahan lenyap, begitupun perselisihan pendapat antara sesama nasionalis harus lenyap. Dalam aksi-aksinya kelihatan militansi PPPI dibidang pergerakan pemuda, sosial dan politik. Tokoh-tokohnya antara lain adalah: Abdullah Sigit, Sugondo, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro, Muh.Yamin, A.K. Gani, Moh. Tamzil, Sunarko, Sumanang, Amir Sjarifuddin.

Pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa bangga, rasa telah menemukan diri-sendiri, rasa memiiki cita-cita tinggi yaitu Indonesia Merdeka, telah mencekam jiwa rakyat Indonesia yang terjajah. Dalam Kongres Pemuda Indonesia II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, yang dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi pemuda, diikrarkanlah sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Isinya adalah:

ISI SUMPAH PEMUDA : 
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia 
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Kepada Kongres juga diperkenalkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, merupakan salah satu puncak Pergerakan Nasional. Karena itu peristiwa yang bersejarah ini setiap tahun diperingati sampai sekarang sebagai han besar nasional.
Sebagai kelanjutan kongres ini pada tanggal 24-28 Desember 1929 di Yogyakarta disetujui gagasan fusi daripada organisasi-organisasi pemuda yang telah ada. Persiapan ke arah itu dilakukan oleh suatu komisi dan pada tanggal 31 Desember 1930 dalam konferensi di Solo berdirilah Indonesia Muda, yang pada saat berdirinya telah mempunyai 25 cabang, 4 di Sumatra dan satu di Su1awesi. Jong Islamieten Bond dan Pemuda Muslimin karena alasan tertentu tidak ikut dalam Indonesia Muda. Organisasi ini memutuskan tidak akan bergerak dalam aksi politik walau hanya sebagai taktik belaka. Tetapi justru keputusan ini kemudian menyebabkan organisasi ini agak mundur. Meskipun telah ada pernyataan demikian, namun kecurigaan pemerintah kolonial tetap besar, bahkan sampai melarang murid-murid beberapa sekolah untuk menjadi anggotanya. Tekanan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah kolonial terhadap organisasi ini menyeabkan banyak anggotanya ke luar. Akibatnya perasaan tidak puas terhadap pemerintah kolonial bertambah dalam.

Politik reaksioner Gubernur Jenderal de Jonge yang mengadakan bermacam-macam peraturan larangan bagi kegiatan organisasi-organisasi nasional menyebabkan aksi-aksi menjadi lesu. Untuk memperkuat barisan, kembali diusahakan suatu kongres pemuda pada tahun 1936. Usaha itu gagal karena tidak ada ijin dari pemerintah. Barulah pada tahun 1938 dapat diadakan Kongres Pemuda Indonesia III di Yogyakarta, dihadiri utusan 22 organisasi, yang melahirkan fusi baru organisasi pemuda yaitu Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Pemuda Indonesia (Perpindo) dengan pusat di Jakarta.
Dalam organisasi ini organisasi-organisasi pemuda yang bernaung di bawah sesuatu partai politik tidak turut serta.Di samping organisasi yang bersifat “sekuler” juga ada organisasi yang bersifat keagamaan seperti :Anshor Nahdatul Ulama,, Pemuda Muhammadiyah, JIB, Persatuan Pemuda Kristen, Persatuan Pemuda Katholik, danlain-lain. Begitupun organisasi yang terbatas lingkungannya masih banyak juga seperti Pemuda Taman Siswa, Unitas Studiosorum Indonesiensis (USI) dan lain-lain. Bahkan organisasi pemuda yang tumbuh pada masa-masa terakhir penjajahan Belanda yang ada sifat kedaerahannya juga masih ada seperti: Pemuda-Pemudi Cirebon, Pemuda Sriwijaya, Minangkabau Muda dan sebagainya.

2.5 Tujuan pemuda-pemuda Indonesia membentuk organisasi-organisasi kepemudaan.
      1. Mempererat tali persaudaraan.
      2. Memajukan budaya daerah masing-masing.
      3. Memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda daerah.
      4. Keinginan untuk bersatu dalam perjuangan.
      5. Mendidik umtuk menjadi pemimpin bangsa.
      6. Mempelajari dan mengembangkan budaya daerah masing-masing.
      7. Terlepas dari kolonialisme Belanda.
      8. Mencapai Indonesia Merdeka.

2.6 Pengaruh adanya organisasi kepemudaan terhadap kemajuan Indonesia
Organisasi kepemudaan Indonesia pada masa Pergerakan Nasional memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan Indonesia hingga pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa bangga, rasa telah menemukan diri-sendiri, rasa memiiki cita-cita tinggi yaitu Indonesia Merdeka, telah mencekam jiwa rakyat Indonesia yang terjajah. Dalam Kongres Pemuda Indonesia II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, yang dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi pemuda, diikrarkanlah sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Isinya adalah:

ISI SUMPAH PEMUDA
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia 
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa  Indonesia.

Kepada Kongres juga diperkenalkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, merupakan salah satu puncak Pergerakan Nasional. Karena itu peristiwa yang bersejarah ini setiap tahun diperingati sampai sekarang sebagai han besar nasional. Dalam organisasi ini organisasi-organisasi pemuda yang bernaung di bawah sesuatu partai politik tidak turut serta.Di samping organisasi yang bersifat “sekuler” juga ada organisasi yang bersifat keagamaan.

2.7 Teladan yang dapat kita ambil dari organisasi-organisasi kepemudaan tersebut yaitu perjuangan para pemuda pemuda tersebut untuk memajukan bangsanya dan lepas dari cengkaraman para penjajah.


BAB III
         PENUTUP

3.1 Simpulan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Seperti pada masa pergerakan nasional pemuda-pemuda indonesia beruapaya mencapai Indonesia Merdeka dengan berbagai apaya salah satunya membentuk organisasi-organisasi kepemudaan, dimana organisasi-organisasi ini memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia.
3.2 Saran
Sebagai pemuda, kita harus gigih dan pantang menyerah untuk mencapai tujuan kita sehingga bisa menjadikan masa depan Indonesia lebih baik lagi. Kemudian, kita harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar kita dapat mengolah sumber daya alam yang ada tanpa memerlukan bantuan dari bangsa lain. Pemuda juga seharusnya tidak melupakan jasa-jasa para pahlawan, tetapimenjadikan itu sebagai semangat untuk terus mengharumkan nama bangsa Indonesia.






           

DAFTAR PUSTAKA


Notosusanto, Nugroho dkk. 1992. Sejarah Nasional Indonesia 3.Jakarta: Depdikbud.
Yulianti. 2007. 1700 Bank Soal Sejarah Indonesia dan Dunia. Bandung: Yrama Widya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DON'T RUSUH!